Entah sudah berapa lama waktu berlalu. Kelima orang itu memutuskan untuk tetap berada di rumah sakit untuk menemani Jimin dan Jungkook. Kemana keluarganya? Entahlah, mereka sulit dihubungi.
Taehyung sudah berkali-kali menelepon orang tua Jimin, bahkan adiknya. Tapi mereka tidak pernah menjawab teleponnya, entah karena apa. Bukannya Taehyung tidak tahu jika kedua orang tua Jimin terlalu sibuk dan terkesan tidak peduli kepada anaknya itu. Sementara adik Jimin memang tidak terlalu dekat dengan sang kakak dan memutuskan untuk tinggal sendiri. Ditelepon pun tidak bisa.
Jung Hyun? Tidak ada yang memiliki nomor teleponnya. Di sini hanya Jimin dan Jungkook yang memiliki nomor telepon laki-laki itu. Sementara keduanya sedang dalam kondisi tak sadarkan diri hingga saat ini. Ponselnya juga terkunci, jadi tidak bisa dibuka begitu saja. Jika ingin menghubungi Jung Hyun, maka harus menunggu salah satu dari mereka terbangun.
"Hyung, seharusnya kau memiliki nomor telepon Jung hyung, kan?"
Yoongi yang merasa Taehyung sedang berbicara kepadanya spontan menoleh. Sorot matanya seolah mengatakan 'kenapa aku harus memiliki nomor teleponnya' dengan sinis. Tapi Taehyung tidak terpengaruh dan langsung berkata, "Dia bekerja sama dengan dewan sekolah untuk acara bulan lalu."
Yoongi mengangguk-anggukkan kepalanya, mulai memahami apa yang dipikirkan Taehyung. "Kupikir semua dokumennya ada di ruang dewan sekolah. Itu pun jika semuanya belum dibuang. Tapi itu bukan nomor telepon pribadi, tapi kantor managemen." kata Yoongi.
Sebenarnya Taehyung tidak ada masalah dengan kata 'kantor managemen', tapi justru terganggu dengan kalimat 'ada di ruang dewan sekolah'. Apalagi setelah mendapat embel-embel jika belum dibuang. Jika begitu sudah tidak ada harapan lagi.
"Kau bisa menghubungi Daehyun jika ingin meminta nomor teleponnya." ucapan Yoongi kali ini disambut binar gembira dari Taehyung. Dia langsung menghubungi orang yang disebut Yoongi setelahnya. Jangan bertanya mengapa dia memiliki nomor teleponnya. Taehyung itu populer dan mudah bergaul.
"Yeoboseyo, Daehyun-ssi."
Yoongi hanya menoleh sekilas sebelum kemudian sibuk lagi dengan ponselnya. Sebenarnya dia juga memiliki nomor telepon kantor managemen kakak Jungkook, bahkan nomor pribadinya juga. Hanya saja Yoongi malas melibatkan diri dengan Jeon Jung-Hyun atas alasan apapun.
Jadi dia sedang berpikir apakah sebaiknya pergi saja atau tidak. Yoongi benar-benar tidak ingin bertemu dengan kakak Jungkook. Tapi jika tiba-tiba seperti ini hanya akan membuat semuanya mencurigainya lagi. Sudah cukup Jimin dan Jungkook, Yoongi benar-benar tidak ingin ikut terlibat.
Pada akhirnya Yoongi memilih untuk tetap tinggal. Bagaimanapun juga dia berpikir untuk tidak seperti ini selamanya. Dia bahkan tidak bisa memastikan jika Jeon Jung-Hyun adalah orang yang diingatnya. Mungkin saja Jeon Jung-Hyun itu hanya orang yang berhasil mengingatkannya pada laki-laki bedebah yang menghancurkan hidupnya itu.
Dia juga adalah kakak Jungkook. Jika adiknya saja sebaik dan selugu itu, Yoongi agak ragu jika kakaknya adalah orang yang sekejam itu. Bagaimanapun juga Jungkook terlihat sangat menyayangi kakaknya. Jung Hyun juga sangat memperhatikan Jungkook. Agak aneh jika mereka dapat mempertahankan hubungan yang baik seperti itu jika nyatanya Jung Hyun adalah orang yang Yoongi ingat. Jadi sekarang Yoongi sedang berusaha memperbaiki semuanya pikiran buruknya.
Yoongi menghela nafas. Nampaknya dia sedang berpikir jika sedari awal dirinya memang salah karena berprasangka buruk kepada Jung Hyun. Kejadian itu sudah sangat lama dan sangat mungkin jika ingatannya lah yang bermasalah. Lagi pula menuduh kakak Jungkook terdengar terlalu berlebihan. Pada kenyataannya Yoongi tidak ingin menyakiti maknae itu, tapi mencurigai kakak yang sangat disayangi oleh si maknae.
"Hyung, Daehyun mengatakan kepadaku bahwa kau memiliki nomor telepon kakak Jungkook." tiba-tiba Taehyung menghempaskan tubuhnya di sebelah Yoongi sembari menudingnya dengan kalimat itu.
"Oh, benarkah?"
Taehyung memutar bola matanya dengan jengah kemudian menengadahkan tangannya di hadapan Yoongi. "Kemarikan ponselmu. Aku tahu kau membohongiku." ucapnya.
Yoongi hanya meliriknya sekilas sebelum kemudian mengambil ponselnya dan menyerahkan benda itu kepada Taehyung. Setelah mendapatkan ponsel manusia kutub itu, Taehyung langsung mengotak-atiknya untuk mencari nomor telepon yang dicarinya. Alih-alih menyalin nomor telepon itu ke ponsel miliknya sendiri, Taehyung malah langsung menekan tombol panggil. Yoongi yang menyadari itu langsung melotot dan berusaha merebut ponselnya kembali. Tapi Taehyung langsung berdiri dan berjalan menjauh, jadi mau tak mau Yoongi hanya bisa membiarkannya.
"Yeoboseyo? Apa benar ini Jeon Junghyun-ssi?"
Diam sesaat. Taehyung menunggu si penerima telepon menjawab. "Ah, ne. Ini telepon milik Min Yoongi, tapi aku Kim Taehyung... Ah, mianhe... Sebenarnya aku teman Jungkook. Dia ada di rumah sakit sekarang. Bisakah anda datang? Kondisinya cukup buruk... Ani, dia sudah ditangani dengan baik. Tapi sepertinya anda harus datang... Di Seoul Hospital... Ne? Anda sudah di sini? Kalau begitu tolong segera kemari... Ne."
Setelah mematikan telepon, Taehyung langsung mendudukkan diri di sebelah Yoongi lalu menyerahkan ponselnya kembali. "Sepertinya dia mengenalmu, hyung. Dia langsung tahu jika itu nomor ponselmu." kata Taehyung dengan santai. Tak menyadari sama sekali raut terkejut yang tercipta di wajah Yoongi akibat perkataannya itu. Tentu saja terkejut. Bagaimana mungkin Jung Hyun memiliki nomor telepon Yoongi sementara pemiliknya saja tidak mengetahuinya.
Yoongi baru akan membuka mulut untuk menanyakan kebenaran itu saat pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan orang yang menjadi topik pembicaraan ini tiba-tiba muncul. Yoongi terdiam, tidak bisa berkata-kata. Cepat sekali orang itu muncul. Padahal Taehyung baru memanggilnya.
Hoseok, Namjoon, dan Taehyung segera berdiri untuk memberi salam. Bahkan Taehyung menarik Yoongi-yang malah terdiam-untuk berdiri dan melakukan hal yang sama. Jung Hyun hanya membalas seadanya sebelum kemudian menanyakan keadaan adiknya yang tentu saja langsung dijawab dengan detil oleh Namjoon.
Saat itu tiba-tiba Yoongi menyadari sesuatu. Tubuhnya tidak bereaksi sama sekali saat berdekatan dengan laki-laki yang notabenenya adalah kakak Jungkook itu. Padahal biasanya... Baiklah, lupakan saja. Yoongi masih terkejut karena mendapati kenyataan itu.
"Jangan kaku seperti itu. Karena kalian teman Jungkook, maka silakan panggil aku hyung saja." ucapan Jung Hyun berhasil menarik Yoongi kembali ke dunia nyata.
"Oh ya, apa hyung mengenal Yoongi hyung? Bagaimana bisa tahu jika aku menelepon menggunakan ponselnya?"
Yoongi melotot mendengar pertanyaan dari Taehyung. Dalam hati merutuki perbuatan dongsaengnya itu karena membuat perhatian Jung Hyun menjadi kepada dirinya.
"Oh, Min Yoongi, kan? Sepertinya aku pernah dua kali ke rumahmu, kan?"
Ah, sial.
Yoongi benar-benar mengumpati Taehyung dengan berbagai sumpah serapahnya. Tapi ketika dia mengingat bahwa dirinya ingin memperbaiki kesalahpahaman antara dirinya kepada Jung Hyun, akhirnya dia berusaha untuk tidak mengomel.
"Ah, sepertinya begitu." jawab Yoongi dengan canggung.
"Kita juga pernah bertemu di sekolah kalian, kan? Oh, aku bertemu denganmu juga." setelah menujukan kalimat pertamanya untuk Yoongi, dia merujuk kepada Namjoon.
"Hmm sepertinya sebelum itu juga. Dan sepertinya kau belum melupakannya."
Yoongi kembali mengalihkan pandangannya kepada Jung Hyun begitu mendengar ucapannya itu. Apa yang barusan dikatakannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...