Bagian 30 : Kebenaran (?)

431 52 2
                                    

Awalnya aku berpikir jika semuanya baik-baik saja. Tapi semakin lama dipikirkan, itu terasa semakin mencurigakan. Ingat saat aku mengatakan bahwa tiga maknae itu perlu diperhatikan? Aku rasa tidak salah jika aku berpikir seperti itu setelah semua yang terjadi.

Mereka sangat pandai menyembunyikan masalahnya masing-masing. Jika sudah begini, maka sebaiknya aku tidak diam lagi. Jika bahkan Jungkook hampir dibunuh, siapa yang tahu apa yang mungkin terjadi selanjutnya?

Dan sekarang Jimin. Aku sudah berpikiran buruk saat dia tiba-tiba pingsan saat berada di rumah sakit. Aku selalu berpikir jika dia tidak mudah sakit. Buktinya selama ini dia baik-baik saja. Tapi hari ini―setelah melihat apa yang terjadi―aku tidak ingin berpikir jika dia baik-baik saja.

Lagi pula untuk apa menyembunyikan hal semacam ini? Dia bahkan tetap diam meskipun aku berkali-kali bertanya. Sepenting itukah masalah ini untuk dirahasiakan? Aku hanya mencemaskannya. Kenapa semua maknae itu tidak mengerti?

"Jimin-ah."

Lihat, dia bahkan tidak melihatku saat aku memanggilnya. Kenapa aku harus menghadapi situasi seperti ini? Sungguh. Aku benar-benar membencinya.

"Kau menyembunyikan semua ini, tapi aku sudah tahu. Jika pada akhirnya aku tetap tidak mengetahui apapun, maka aku lebih baik berjaga-jaga dengan memberitahu yang lainnya. Setidaknya mereka bisa membantumu jika kau tiba-tiba seperti ini lagi."

Meskipun aku mengatakan itu, tapi sebenarnya aku hanya ingin mengancamnya. Jika dia memang ingin menyembunyikan semuanya, maka dia  pasti akan mengatakannya kepadaku. Dia tidak akan mau bicara jika aku tidak melakukan ini. Dan aku rasa dia cukup pintar untuk mengerti maksud sebenarnya dari ucapanku.

"Jadi..."

"Hyung." tepat seperti yang aku pikirkan. Jimin pasti tidak akan membiarkan itu terjadi. "Aku hanya tidak yakin dengan semua ini. Tolong mengerti."

Tapi keadaan membuatku tidak ingin mengerti keinginanmu.

"Katakan saja yang sebenarnya. Kau tahu aku tidak akan pernah mengatakannya kepada orang lain." ujarku mulai kesal oleh sifat keras kepalanya.

"Hyung, aku..."

"Katakan, Park Jimin-ssi!"

Dia terdiam tepat setelah aku memotong ucapannya. Entah kenapa aku mulai geram dengan sifatnya itu. Aku hanya tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi. Aku hanya ingin tahu agar bisa mencegah kemungkinan itu.

"Kalau begitu ingin mendengar sebuah cerita, hyung?"

Apa?!

"Ka..."

"Jimin hyung!"

Aku dan Jimin langsung menoleh ke arah sumber suara. Suara Dokter Kang yang seakan memarahi orang yang tiba-tiba berteriak itu terdengar setelahnya. Pandanganku beralih kepada Jimin yang masih melihat ke arah sumber suara meskipun pandangannya terhalang tirai.

Sepertinya aku harus melupakan acara bercerita ini karena tiba-tiba Taehyung datang.

"Jimin hyung!"

Kali ini bukan hanya suaranya. Taehyung muncul setelah menyibak tirai yang menjadi pembatas antar bilik. Wajahnya memerah dengan nafas yang tak beraturan. Biar kutebak, dia berlarian kesana-kemari karena tidak menemukan Jimin di kelas. Aku melihatnya pergi ke ruang guru saat berjalan ke perpustakaan. Dan aku berani bertaruh jika dia tidak mengetahui apapun mengenai acara berdarah-darah Jimin.

Aku sudah menduga ini. Dan meskipun tidak mengetahui apakah dugaanku benar atau tidak, tapi aku yakin jika Jimin tidak akan bisa menyembunyikan masalah sejelas ini dari Taehyung. Maksudku mereka selalu bersama. Jadi mustahil jika alien itu tidak tahu sama sekali.

"Aku mencarimu kemana-mana. Jangan pergi tanpa memberitahu." ujar Taehyung sembari melangkah lebih dekat denganku.

"Siapa kau? Aku tidak harus selalu melapor, kan?" Jimin menjawab dengan enteng.

"Ya! Kau tidak tahu seberapa paniknya aku saat teman-teman mengatakan bahwa kau berdarah-darah?!"

Drama apa yang sedang kutonton secara live ini?

"Ayolah, mereka melebih-lebihkannya."

Jimin-ah, aku melihat dengan mataku sendiri jika kau memang berdarah-darah tadi. Jujur aku ingin mengatakan itu ketika mendengar ucapan Jimin yang terlampau tenang.

"Ah, terserah. Apa itu masih sakit?" Taehyung bertanya sembari menunjuk hidungnya sendiri.

"Apa?"

Taehyung berdecak kesal lalu menoleh ke arahku. "Yoongi hyung, tolong katakan kepadanya untuk lebih berhati-hati."

Sebentar, aku pikir dia tidak bisa melihatku karena sedari tadi terus mengacuhkan keberadaanku. Ekhem, maaf.

"Kau tahu, hidungnya patah karena berkelahi dengan anak-anak berandalan tempo hari. Aku tahu dia hanya ingin menolong anak kecil. Tapi setidaknya dia tidak mencari masalah dengan mereka." kata Taehyung dengan nada kesal. Seolah-olah dia sedang menjelaskan kepadaku mengenai penyebab semua ini.

"Oh..."

Tapi kalau memang itu alasannya, kenapa Jimin terlihat sangat tidak ingin memberitahu siapapun? Kalian tahu jika aku sangat mudah mencurigai sesuatu. Dan sepertinya aku tidak akan mudah mempercayai mereka berdua. Ah, tidak. Bertiga dengan Jungkook.

"Karena hyung sudah tahu, tolong jangan beritahu siapapun." Jimin kembali bersuara.

"Kenapa?"

"Kau tahu jika dia sangat memikirkan pandangan orang lain kepadanya, hyung. Aku tidak mengerti mengapa dia berpikir jika orang lain akan menganggapnya sebagai anak nakal." bukan Jimin, tapi Taehyung yang mengatakan itu.

"Kau harus membuang pemikiran seperti itu, hyung. Semua orang menganggapmu malaikat. Aku malah heran kenapa mereka memanggilku alien." kali ini Taehyung berbicara kepada Jimin.

Baiklah, akhirnya aku tahu dan terpaksa mengerti garis besarnya. Anggap saja jika semua yang dikatakan Taehyung benar. Lagi pula dia tidak terlihat sedang atau berniat berbohong. Aku harus menghapus kekhawatiran yang berlebihan ini.

Entahlah. Belakangan ini aku selalu merasa perlu untuk mencemaskan banyak hal. Mungkin itu yang membuatku mudah berpikiran buruk. Lain kali aku tidak boleh mudah berasumsi tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kali ini aku akan memaafkan diriku yang tidak bisa berpikir positif ini.

Baiklah. Karena di sini sudah ada Taehyung, maka sebaiknya aku pergi saja. Lagi pula seharusnya Jimin beristirahat dengan benar karena kejadian tadi. Oh, aku masih tidak percaya jika darahnya sebanyak itu. Ah, sudahlah.

"Aku harus pergi." ucapanku mengundang perhatian dari dua manusia itu.

"Kau pergi sekarang, hyung? Setidaknya katakan kepada Jimin hyung agar berhati-hati. Dia tidak pernah mendengarkanku." kata Taehyung yang langsung mendapat tatapan mematikan dari Jimin.

"Kau harus berhati-hati." itu adalah ucapan terakhirku kepadanya sebelum aku benar-benar berbalik dan melangkah pergi.

"Wah, benar-benar tanpa niat." aku masih mendengar ucapan Taehyung yang pasti mengomentari kalimat terakhir yang kukatakan itu.

Baiklah, aku tidak peduli. Setidaknya—aku mengangkat sebelah tanganku untuk memperhatikan pil kecil yang sempat kuambil—aku harus mengetahui obat apa ini.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang