Bagian 31 : Kebenaran (?!)

439 53 3
                                    

JIMIN POV

Ah, akhirnya Yoongi hyung pergi. Aku hampir saja mengatakannya jika Taehyung tidak tiba-tiba datang. Terkadang Taehyung memang benar-benar membantuku.

"Kau benar-benar harus berhati-hati, hyung. Kau membawa obatmu?" tanya Taehyung setelah memastikan bahwa Yoongi hyung benar-benar sudah tidak ada di ruang kesehatan.

"Tenang saja..."

"Bagaimana aku bisa tenang? Kondisi tubuhmu akan semakin buruk jika kau terus seperti ini. Setidaknya lakukan semuanya seperti yang dokter katakan." Taehyung memotong ucapanku dengan suara kecil, tak ingin ada yang mendengarnya selain aku.

Aku menghela nafas. Memang seharusnya itu yang aku lakukan. Tapi aku berpikir jika itu akan sia-sia. Lagi pula kemungkinan untuk berhasil tidak banyak. Tubuhku sudah dikuasai oleh penyakit itu. Aku yakin jika hidupku juga tidak akan lama lagi.

Setidaknya aku sudah merasakan hanyak hal menyenangkan selama ini. Jikapun nanti aku mati, maka setidaknya aku sudah merasakan kebahagiaan. Bukannya aku tidak ingin berusaha untuk menjaga hidupku sendiri. Semua ini sudah terlalu sulit untuk dimengerti.

Belakangan ini rasa sakit itu kerap tiba-tiba muncul seperti ini. Aku sudah terlampau yakin bahwa itu adalah pertanda bahwa aku harus bersiap menerima kenyataan pahit yang datang kepadaku. Sekarang aku benar-benar sudah siap, apapun itu.

Ah, beberapa hari yang lalu juga seperti ini. Hanya saja hingga saat itu masih tidak ada yang menyadari apapun selain Taehyung. Ah, tidak. Saat itu tiba-tiba seseorang mendengarnya.

 Saat itu tiba-tiba seseorang mendengarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini buruk. Aku tidak menyangka akan terjadi di saat seperti ini. Dan sialnya aku tidak membawa apapun. Aku pikir tidak apa-apa jika aku sedikit teledor. Aku sudah lelah bersikap begitu ketat kepada diriku sendiri. Tapi nyatanya malah ini yang terjadi. Sepertinya hyungdeul—terutama Yoongi hyung—marah karena aku tiba-tiba meninggalkan lapangan dan membuat acara bermain basket kami gagal.

"Jimin hyung! Berhenti! Jimin hyung!"

Ah, Taehyung mengikutiku. Padahal aku sudah bilang agar dia membiarkan aku sendiri di saat seperti ini. Aku hanya tidak ingin menunjukkan sisi lemahku kepada siapapun. Kenapa Taehyung tidak mau mengerti?

Aku ingin berlari lebih jauh lagi hanya untuk menyembunyikan diriku yang lemah dari pandangan orang lain. Tapi tidak bisa. Kakiku sudah tidak bisa bergerak lebih jauh lagi.

Aku merasakan tubuhku terhuyung dan nyaris terjatuh. Tapi sebelum itu terjadi Taehyung berhasil menyusul ku dan langsung menarik tubuhku. Sekali lagi seperti ini. Ah, entah ini sudah yang ke berapa kalinya.

"Hyung, kau merasa sakit lagi?" tanya Taehyung dengan nada panik. Nanti aku harus meminta maaf karena membuatnya seperti itu. Sekarang lebih baik aku memikirkan diriku sendiri.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang