JIMIN POV
Sial. Aku hampir saja membuat satu kelas ribut setelah tiba-tiba cairan merah ini mengalir hebat dari hidungku. Sebelum ada lebih banyak orang yang tahu aku bergegas keluar dari kelas dan berlari ke toilet sambil membekap hidungku. Aku harap anak-anak yang melihatku berdarah-darah seperti ini tidak akan bertanya macam-macam atau bahkan menyebarluaskannya.
Di saat seperti ini aku baru menyadari jika jarak ruang kelasku ke toilet benar-benar jauh. Aku harus menuruni tangga, memutari koridor kelas sunbae, lalu berbelok di dekat lorong perpustakaan agar sampai di sana.
Aku beruntung karena semua orang tidak berniat mendapat hukuman karena berkeliaran di luar saat jam pelajaran. Koridor yang kulewati terkena titik-titik darah yang gagal aku cegah keluar. Bisa gawat jika seseorang tiba-tiba lewat dan menyadarinya.
Sekali lagi sial. Aku hampir menabrak seseorang karena terlalu terburu-buru. Tapi aku memilih untuk tidak peduli dan terus berlari ke toilet yang sudah dekat.
"Ya!"
Oh, astaga! Aku mendapat masalah.
Langkahku terhenti sedetik setelah mendengar suara itu. Tapi demi apapun aku tidak berani berbalik dan menunjukkan wajahku yang pasti berlumuran darah. Ah, itu pasti seorang sunbae. Di dekat sini adalah deretan kelas mereka. Mati aku setelah ini.
"Jimin-ah?!"
Mataku melebar seketika. Ini masalah yang lebih besar. Itu jelas-jelas suara Yoongi hyung. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin berhadapan dengannya dalam kondisi seperti ini, kan?
"Maaf, hyung. Aku buru-buru. Nanti aku akan menemuimu." akhirnya aku hanya mengatakan itu lalu kembali berlari ke tujuan awalku.
"Ya! Jangan berlari! Jimin-ah!"
Maaf, hyung. Kali ini saja aku mengacuhkan ucapanmu. Kau akan terkejut saat melihat penampilanku yang mengerikan seperti ini. Masih bagus jika kau tidak menganggapku hantu karena ini.
Aku dapat bernafas lega saat akhirnya sampai di toilet. Tiba-tiba aku merasa beruntung karena tidak menemukan ada orang lain di sana. Aku segera menyalakan kran wastafel. Darahnya sudah berhenti keluar, jadi aku hanya perlu membersihkannya. Aku lebih beruntung karena pakaianku bersih dari noda merah.
Aku tidak mengerti. Padahal aku baru saja mendapat kesialan, tapi tiba-tiba merasa beruntung tepat setelahnya. Ini benar-benar tidak bisa dimengerti.
"Ah, kenapa..."
Aku segera mendongakkan kepalaku saat tiba-tiba cairan kental itu bertambah banyak. Aku salah, tidak seharusnya merasa beruntung. Seharusnya aku tahu jika ini akan terjadi.
Jika begini terus aku akan kehilangan terlalu banyak darah. Tolong berhentilah. Aku benar-benar sudah lemas. Rasanya aku bisa ambruk dan pingsan kapan saja.
"Ayolah..."
Benar-benar butuh waktu hingga cairan merah itu benar-benar berhenti dan aku bisa memastikan jika itu tidak akan keluar lagi. Setelahnya aku buru-buru membasuh wajahku dan memastikan jika tidak ada noda darah yang tertinggal.
Ah, sial. Meskipun sudah berhenti, tapi tubuhku benar-benar sudah tak bertenaga. Aku tidak yakin bisa memutari koridor dan naik ke kelasku setelah ini. Bahkan ruang kesehatan berada jauh dari sini.
Biasanya Taehyung akan mengikutiku tanpa disuruh jika tiba-tiba hal seperti ini terjadi. Tapi tadi dia tidak sedang berada di kelas dan tidak mengetahui apapun tentang ini. Jadi mau tidak mau aku harus kembali sendiri, kan?
Ah, lupakan saja itu dulu. Aku segera mengambil botol kecil berisi obat dari dalam saku. Tanpa menunggu lama aku langsung mengambil sebuah pil dari dalam dan menelannya tanpa bantuan air. Setidaknya rasa sakit ini akan sedikit berkurang.
Aku menghela nafas, lalu memandang cermin yang ada di hadapanku. Awalnya berencana untuk memastikan jika tidak ada noda darah yang tertinggal. Tapi pada akhirnya aku hanya memperhatikan wajah pucat yang sedang balas menatapku. Bahkan aku sendiri merasa prihatin melihat wajah itu.
Ah, aku harus segera pergi.
Dengan segera aku memasukkan botol kecil itu ke dalam saku lalu berbalik berniat pergi. Tapi tiba-tiba tubuhku menegang ketika melihat seseorang di sana.
Yoongi hyung.
Sejak kapan dia ada di sana?
Apa dia melihat semuanya?
Apa arti tatapannya itu?
Aku belum sempat bereaksi lebih dari itu ketika tiba-tiba mataku menangkap putaran memusingkan secara tiba-tiba. Tubuhku limbung dan nyaris ambruk jika Yoongi hyung tidak langsung masuk dan menahan tubuhku.
"Hyung..."
"Diam sebentar. Kau masih kuat berjalan?" tanyanya memotong ucapanku.
"Kau menyuruhku diam tapi bertanya kepadaku, hyung."
Yoongi hyung berdecak kesal mendengar ucapanku. "Berhenti bercanda." ujarnya dengan nada tegas. Jadi mau tak mau akhirnya aku diam dan membiarkan dia memapahku pergi dari sini.
Sekarang aku yakin jika Yoongi hyung sengaja mengikutiku. Jika diperhatikan aku benar-benar meninggalkan titik-titik darah di sepanjang koridor yang kulewati. Aku tidak tahu bagaimana reaksi Yoongi hyung jika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Apa sebaiknya aku tidak memberitahunya saja?
Sepanjang koridor kami hanya diam. Aku tidak yakin apa yang Yoongi hyung pikirkan. Ekspresi wajahnya benar-benar tidak terbaca. Tapi aku yakin manusia yang irit bicara seperti dia tidak akan membuang-buang waktu untuk menginterogasi aku. Aku bahkan tidak yakin jika Yoongi hyung benar-benar peduli kepadaku hanya karena dia membantuku seperti ini. Ekspresi wajahnya benar-benar menyebalkan.
"Apa yang terjadi?"
Kami spontan menoleh ketika mendengar suara itu. Ternyata Dokter Kang yang sedang membawa kantong besar di tangannya. Aku berani bertaruh jika itu adalah obat-obatan dan antiseptik yang baru dibeli karena stok di ruang kesehatan sudah habis.
"Jimin-ah, kau sakit lagi?"
Astaga, Dokter Kang. Bisakah kau tidak mengatakan itu di depan Yoongi hyung? Aku tidak ingin dia bertanya macam-macam nanti. Sepertinya aku harus menyiapkan asalan yang masuk akal karena Yoongi hyung langsung memandangku dengan curiga tepat setelah mendengar ucapan Dokter Kang.
"Biasanya kau bersama dengan Taehyung."
Mata Yoongi hyung semakin menyipit ketika mendapat informasi yang tak seharusnya didengar itu. Aku harus cepat-cepat mengakhiri ini sebelum Yoongi hyung semakin curiga.
"Aku hanya sedikit lemas." ucapku kepada Dokter Kang.
"Selalu seperti itu alasanmu."
Baiklah, tolong bantu aku mengakhiri ini.
"Cepat masuk saja. Kau bisa beristirahat di dalam." kata Dokter Kang sembari membuka kunci pintu dan membiarkan kami masuk.
Yoongi hyung membawaku ke salah satu bilik tanpa mengatakan apapun. Aku pikir Yoongi hyung tidak akan terlalu memikirkan masalah ini karena dia tetap diam setelah membiarkan aku berbaring di sana. Tapi sepertinya itu tidak benar karena dia tiba-tiba berkata, "Aku memaksa, katakan apa yang terjadi!" dengan nada tak ingin dibantah.
Dan tepat saat itu aku benar-benar merutuki semua yang terjadi hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...