Semua ini terasa aneh. Rasanya ada yang mengganjal di pikiranku. Tapi entahlah, aku tidak ingin terlalu memikirkannya. Otakku tidak ingin dipaksa untuk memikirkan apapun. Semakin aku melakukannya, semua ini terasa semakin membuatku takut.
Ah, tidak. Aku tidak akan membahas itu untuk saat ini.
Belakangan ini aku sibuk dengan masalah maknae hingga melupakan masalahku sendiri. Aku pikir lebih baik begitu, tapi ternyata muncul lagi. Padahal aku sudah sangat lelah dengan semua ini. Kapan ya ini berakhir.
Ah, kalian tidak pernah mendengar aku mengeluhkan masalah semacam ini, ya? Sebenarnya aku juga tidak ingin mudah mengeluh. Tapi bagaimana lagi, ini benar-benar melelahkan. Mungkin juga menyakitkan. Ah, tidak. Memang menyakitkan.
Ah, sudahlah. Aku benar-benar tidak ingin mengeluhkan apapun. Sebaiknya aku berhenti memikirkan hal semacam ini. Mari kita lihat apa yang bisa aku lakukan di sini.
Aku menoleh, memandang Namjoon yang sibuk dengan bukunya sebelum kemudian beralih kepada Jungkook yang terlihat tenang setelah perawat memberinya obat. Bagus, tidak ada yang bisa aku lakukan di sini. Sepertinya aku akan mati karena bosan dalam waktu singkat.
Ayolah, kau bahkan tahu jika itu tidak akan terjadi, Yoongi-ssi.
Berhenti menggangguku, Author-nim. Bisakah kau tidak muncul tiba-tiba? Biarkan aku bercerita dengan tenang kepada readers. Kau tidak perlu ikut campur saat aku sedang sibuk seperti ini.
Oh, benarkah? Kau baru saja mengatakan bahwa kau mungkin akan mati karena bosan dalam waktu singkat.
Aku tidak mengatakannya. Itu hanya ada dalam pikiranku. Jadi sebaiknya kau tidak mengada-ngada, Author-nim.
Yah... terserah kau saja. Aku hanya ingin mengingatkan jika kau tidak akan mati dalam waktu singkat. Aku tidak akan membiarkan itu hingga aku puas menyiksa kau dan para dongsaengmu.
Ya! Kau kejam sekali. Lagi pula kenapa kau tidak bersikap adil. Menyiksaku dan para dongsaeng tapi tidak menyentuh Jin hyung sama sekali. Ah, aku bahkan ingat jika kau tidak memberinya masalah sedikitpun.
Berhentilah protes jika tidak ingin kubuat menjadi lebih menderita. Semua yang terjadi di sini terserah padaku. Kau tidak perlu protes meskipun aku tidak memberikan masalah kepada Seokjin.
Tapi kau sangat kejam. Terutama kepada Jungkook. Ada masalah apa kau dengan maknae itu. Aku ingat jika di book mu yang lain kau juga sering sekali menyiksa Jungkook. Kau memang manusia yang kejam ya, Author-nim.
Ah, lagi pula jika kau ada masalah dengan Jungkook jangan melibatkanku. Siksa saja dia semaumu dan jangan membuatku dalam masalah. Cukup dia saja, oke?
Mari kita buat kesepakatan, Author-nim. Bagaimana jika kau lepaskan aku dari lingkaran masalahmu dan buat maknae menggantikan ku. Kau juga boleh mengubah jalan cerita sesukamu, aku tidak peduli. Jadi bagaimana?
Tidak.
A... Apa? Kau tidak ingin memikirkannya sekali lagi? Setidaknya kau bisa menjawabnya dengan kalimat yang lebih panjang. Aku sudah berbicara tiga paragraf dan kau hanya menjawab tidak? Astaga, Author-nim. Yang benar saja.
Baiklah, aku tidak peduli dengan semua keluhanmu karena aku tidak akan menuruti satupun permintaanmu. Dan lagi aku tidak ada masalah dengan Jungkook atau Jimin dan Taehyung. Satu-satunya hal yang tidak aku sukai dari mereka adalah... mereka tidak bisa 'ku klaim. Itu saja. Jadi kalau kau hanya ingin mengeluh, maka lupakan saja. Ah, aku akan segera pergi. Bersikaplah yang baik kepada readers.
Ya! Tunggu sebentar, Author-nim!
Ah, dia mengesalkan sekali. Aku bisa gila jika terus berurusan dengannya. Tunggu dulu! Dia benar-benar sudah pergi, kan? Aku ingin membuka jurnal absen kebun binatang ku terlebih dahulu.
Jangan berani melakukan itu.
Oh ternyata kau belum pergi. Kalau begitu pertimbangkan permintaanku sekali lagi. Aku akan melakukan apapun, lho.
Author-nim?
Kau masih di sana, kan?
Author-nim?!
Astaga, dia menghilang lagi. Baiklah, fokus saja ke ceritaku. Tiba-tiba aku malas membicarakan orang itu. Lupakan saja, ya. Lagi pula dia tidak penting.
"Suga hyung, kau tidak melihat blog sekolah?"
Kepalaku spontan menoleh ketika mendengar Namjoon tiba-tiba bersuara. Seketika otakku dipenuhi dengan pertanyaan mengenai mengapa aku harus melakukannya.
"Tim jurnalis sekolah baru saja menulis berita mingguan di sana. Mereka menambahkan berita tentang Jungkook, lho."
Apa ini? Kenapa mendadak aku menjadi penasaran? Baiklah, aku hanya ingin melihat bagaimana kerja tim jurnalis sekolah saja. Ini bukan karena berita tentang Jungkook ada di sana.
Aku menghidupkan ponselku lalu mencari website resmi sekolah. Memang benar jika di sana ada berita tentang Jungkook. Atau lebih tepat jika ku katakan sebagai 'memang hanya tentang Jungkook'? Rasanya minggu ini memang banyak yang terjadi pada maknae itu.
Yah... Walaupun kukatakan hanya tentang Jungkook sebenarnya masih ada beberapa berita lain seperti kegiatan ekstrakurikuler atau acara resmi sekolah. Tapi menurutku orang-orang akan lebih tertarik pada berita mengenai si siswa populer yang jelas-jelas tertulis pada judul beritanya.
"Kau bahkan mengizinkan mereka menulis ini sebelum polisi menyelidiki apapun?" tanyaku kepada Namjoon yang masih sibuk dengan buku... lebih tepat jika kukatakan novelnya.
Namjoon menoleh, meluruskan atensinya kepadaku. Tatapan datar yang sangat jarang terlihat mendadak membuatku tidak nyaman. Dia menutup bukunya, bahkan sebelum memindahkan pembatas yang berada jauh di halaman sebelumnya.
"Kau tahu, itu akan bagus untuk memancing target." ujarnya kelewat santai. Sementara aku yang menjadi lawan bicaranya malah tidak mengerti apa yang diucapkannya.
"Lihat saja hasilnya nanti." Namjoon tersenyum tipis sebelum kemudian melanjutkan, "Yeonjin menghilang, jadi aku rasa kita memerlukan sesuatu yang bisa membantu kita menemukannya."
"Hah?! Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan."
Namjoon menatapku lagi, tapi kali ini aku menemukan kekesalan dalam bola matanya. Maaf, tapi kau terlalu jenius untuk aku pahami. Hei, tunggu dulu. Bukannya aku juga jenius, ya?
"Kau hanya perlu memperhatikan hasilnya saja, hyung. Jadi intinya kau tidak perlu mengerti dan cukup melihat saja."
―seperti orang yang tidak berguna.
Diam diam aku menambahkan ucapannya. Dia menyuruhku diam saja dan membuat diriku ini nampak tidak berguna, sungguh. Bagaimana bisa aku menerimanya begitu saja? Benar-benar tidak bisa.
"Katakan saja apa rencanamu." ujarku kepada Namjoon yang mulai membuka kembali novel yang dibacanya.
"Tunggu saja, hyung. Aku pasti akan meminta bantuanmu jika tidak bisa menyelesaikannya sendiri."
Benar-benar meremehkan ku. Dan aku benar-benar tidak menyukai itu. Apa dia tidak menyadarinya? Sekarang aku kesal kepadanya.
"Oh ya, ngomong-ngomong kau sudah membaca halaman itu." ujarku saat melihatnya membaca halaman yang diselipi pembatas.
"Oh benarkah?"
Kau tidak merasa membaca halaman yang sama terus menerus? Sudah berapa kali dia melakukannya hari ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...