"Yoongi-ya!"
Aku menghela nafas begitu mendengar panggilan itu. Masih sepagi ini aku tidak ingin mendengar apapun dari mulut Seokjin hyung. Telingaku masih ingin berfungsi dengan baik.
"Sedang apa kau di sini?"
Tiba-tiba Seokjin hyung sudah berada di sampingku. Aku hanya menoleh sekilas lalu kembali memandang objek awal. Mungkin karena merasa diacuhkan, Seokjin hyung ikut memperhatikan apa yang kulihat.
"Kau tidak bermain basket lagi?"
Aku berada di lapangan basket bukan berarti aku ingin bermain, Seokjin hyung. Mengapa aku sangat mudah kesal kepadanya, ya? Tapi dia memang mengesalkan. Jadi itu bukan salahku, kan? Wajah mengenalkannya itu yang patut untuk disalahkan.
Tanpa mengatakan apapun kepada Seokjin hyung, aku langsung pergi dari lapangan indoor itu. Tentu saja Seokjin hyung langsung meneriaki aku sebelum kemudian berlari mengejarku. Setelah itu seperti biasa dia akan membicarakan apapun yang sama sekali tidak aku pedulikan.
Aku benar-benar bosan karena harus selalu berada di kelas yang sama dengan Seokjin hyung. Sungguh kalian harus percaya bahwa Seokjin hyung bahkan lebih cerewet daripada ibu-ibu. Jadi kalian harus bersiap ke dokter THT setelah mendengarkan pembicaraan tidak jelasnya.
Saat aku sedang memikirkan hal-hal aneh itu, mataku menangkap sosok Jungkook berjalan sendirian dengan setumpuk buku tebal di tangannya. Itu pasti sangat berat, aku melihatnya sangat kesulitan karena membawanya sekaligus.
Ah, tangannya kan terluka. Kenapa dia malah membawa buku sebanyak itu sendirian? Membawa terlalu banyak beban dapat membuat lukanya kembali terbuka atau malah menjadi semakin parah. Tidak bisakah maknae itu sedikit saja memikirkan dirinya sendiri?
"Jungkook-ah!"
Aku memanggil maknae itu saat dia akan melewati aku dan Seokjin hyung begitu saja. Aku mengerti, dia bahkan tidak bisa melihat apa yang ada di depannya dengan benar karena tumpukan buku yang dibawanya benar-benar tinggi. Aku yakin jika itu pasti menghalangi pandangannya.
"Ne? Suga hyung?" dia menjawab dengan ragu. Tentu saja dia kesulitan melihatku yang berada di sisi kanannya. Dia hanya bisa melihat satu sisi jalan karena dia terpaksa selalu menoleh sedikit ke arah kiri sementara pandangannya di sisi kanan sepenuhnya tertutupi.
"Dari mana?" tanyaku sembari mengambil setengah lebih buku yang dibawanya. Sekarang aku dapat melihat wajahnya dengan jelas. Jika dilihat dengan baik dia masih terlihat pucat.
"Ah, songsaenim memintaku mengambil bahan ajar untuk satu kelas. Jadi aku baru saja meminjamnya dari perpustakaan." jawab Jungkook sembari memberikan seulas senyumnya kepadaku.
"Oh, begitu. Ayo jalan!" balasku.
"Bukunya?" dia memandang tumpukan buku yang aku ambil. Kemudian dia beralih menatapku seolah mengatakan untuk mengembalikan buku ini kepadanya.
"Cepat jalan!"
"O... Oh, baiklah."
Akhirnya dia kembali berjalan sementara aku langsung berbalik dan mengikutinya. Seokjin hyung yang melihatku berbalik arah dan malah mengikuti Jungkook sempat menggumam kecil sebelum kemudian berjalan ke arah berlawanan untuk kembali ke kelas.
"Itu berat, hyung. Tambahkan saja setengahnya kepadaku." kata Jungkook saat melihatku sedikit kesusahan membawa buku-buku itu.
Jujur ini memang berat. Dan faktanya ini hanya setengah dari jumlah awalnya. Yang mengejutkan adalah mengapa Jungkook mampu membawanya sekaligus tanpa mematahkan tangannya? Kenapa dia tidak meminta tolong kepada seseorang untuk membantunya membawa buku-buku ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...