Begitu aku melangkahkan kakiku memasuki ruang rawat Jimin, perhatian semua orang langsung teralih kepadaku. Aku yang merasa tidak senang diperhatikan seperti itu langsung menatap mereka dengan tajam dan sukses membuat semuanya mengalihkan pandangan.
"Hyung, bagaimana keadaan Jungkook?"
Aku melirik Jimin sekilas ketika dia menanyakan itu. Tapi aku mengacuhkan itu sejenak untuk menutup jendela ruangan yang terbuka barulah menjawab, "Dia tidur."
"Kalian tidak membeku di suhu seperti ini?" tanyaku. Sebenarnya tidak benar-benar bertanya dan segera menaikkan suhu ruangan. Apa orang-orang ini tidak menyadari jika Jimin sedikit mengigil?
"Hyung, turunkan saja suhunya. Kau tidak merasa panas?" ucap Jimin.
"Dan kau mengigil." balasku cepat.
Jimin terdiam sebentar tapi kemudian membalas, "Tidak." lalu mengalihkan pandangannya dengan cepat. Aku mengerling. Sudah kedinginan masih tidak mau mengaku.
"Kau kedinginan, Jimin-ah?"
"Tidak."
Aku berusaha mengacuhkan perbincangan mereka dan langsung mendudukkan diri di sebelah Namjoon yang entah sedang melakukan apa dengan ponselnya. Aku baru akan menyibukkan diri dengan ponselku sendiri ketika mendengar Namjoon bersuara, "Kau membicarakan sesuatu dengan Jung hyung? Kalian terlihat serius sekali tadi, hyung."
Aku sontak menoleh. Seingatku mereka sudah tidak ada saat Jung Hyun mulai bicara. Dari mana Namjoon tahu aku membicarakan sesuatu? "Memangnya apa yang mungkin kami bicarakan?" begitulah jawabanku.
"Entahlah. Aku mendengar nama Jungkook disebut."
Tunggu! Dia tidak mendengarkan pembacaanku dengan Jung Hyun, kan? Jangan-jangan sebenarnya dia belum benar-benar pergi saat Jung Hyun berbicara. "Dari mana kau mengetahui itu?" tanyaku.
Namjoon mengendikkan bahu tanpa melepas pandangannya dari ponsel. Tapi ketika menyadari jika aku masih memandangnya, Namjoon langsung menghela nafas lalu mematikan ponselnya. Dia menoleh, balik memandangku. "Aku kembali ke sana untuk mengambil catatanku yang tertinggal dan mendengar pembicaraan kalian." ucapnya.
Aku tidak menyangka itu, tapi entah kenapa aku tidak terkejut. Aku segera berdiri lalu menariknya pergi. Meninggalkan empat orang di sana yang memandang kepergian kami dengan bingung. Ini bukan pembicaraan biasa yang bisa sembarangan didengar. Jadi lebih baik aku membungkam Namjoon sebelum dia tidak sengaja menyebarkannya.
"Jadi..." aku mulai berbicara setelah benar-benar keluar dari ruangan itu. "Apa saja yang kau dengar?"
"Kecelakaan, saling bunuh, Jeon Jungkook, Jeon Jung-Hyun, Seokjoong hyung, dan ayahmu."
Sialan! Dia mendengar semuanya. Bagaimana aku tidak berhati-hati dengan pembicaraan itu? "Dengar, Namjoon-ah. Selanjutnya jangan mengatakan apapun tentang ini. Kau tahu ini bukan sesuatu yang layak untuk dibicarakan." ujarku.
"Aku tidak sebodoh itu, hyung. Tapi aku memiliki pertanyaan untukmu." Namjoon menjeda ucapannya sejenak sebelum melanjutkan, "Apa yang akan kau lakukan selanjutnya? Tentang Jungkook dan kami."
Aku menghela nafas. Untuk apa dia menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya? "Sejak awal tidak ada yang aku lakukan. Tentang kalian dan Jungkook, tentu saja aku tetap akan bersikap seperti sebelumnya."
"Ne?" entah kenapa aku tidak menyukai keterkejutannya itu. "Apa kau benar-benar tidak marah? Maksudku..."
"Kubilang jangan membahas itu lagi. Aku tidak akan menganggapmu ada jika kau mengatakan sesuatu mengenai itu sekali lagi." potongku cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...