Aissh, berisik sekali. Kepalaku semakin berdenyut-denyut saat berbagai suara memusingkan masuk ke telingaku. Apa mereka tidak tahu jika aku sedang tidak bisa marah-marah? Tubuhku lemas sekali. Jadi bisakah biarkan aku beristirahat dengan tenang.
"Yoongi, kau baik-baik saja?"
Aku spontan menoleh dan mataku menangkap sosok Seokjin Hyung di sana. Mataku menyipit, heran. Sedang apa dia? "Kenapa kita ada di sini?" tanyaku seraya bangun dan duduk.
"Kau tiba-tiba pingsan, ingat? Kami tidak sengaja berpapasan dengan Jungkook yang sedang membawamu kemari. Asal kau tahu, seisi sekolah geger karenamu. Kalau masih sakit, lebih baik kau beristirahat. Jangan memaksakan diri."
Aku memicingkan mataku. Ayolah, aku baru saja bangun dan sekarang sudah harus mendengar kecerewetan Seokjin hyung. Kepalaku terasa semakin sakit saja. "Kau bilang Jungkook yang membawaku kemari?" tanyaku saat mengingat salah satu kalimatnya tadi.
"Benar. Tapi sekarang dia sedang pergi bersama Namjoon."
Ah, ya. Benar juga. Aku mendengar suaranya tadi. Kebetulan sekali. Mungkin dia ingin menemui kakaknya. Mengenai kakaknya, aku baru tahu jika dia menjadi pihak sponsor untuk acara kalo ini. Bodohnya aku, bagaimana mungkin aku tidak tahu.
Oh ya, dari mana asal suara bising yang tadi kudengar? Kenapa tiba-tiba menghilang begitu saja? "Kau bilang 'kami' tadi. Mereka juga tahu?" tanyaku lagi.
"Tentu saja. Aku baru saja mengusir mereka agar membiarkanmu beristirahat." jawab Seokjin hyung. Dan saat itulah aku mengerti mengapa suara berisik itu tiba-tiba menghilang. Tentu saja karena Hoseok, Jimin, dan Taehyung pasti ribut sebelum akhirnya diusir oleh Seokjin hyung.
Aku sempat menghela nafasku sebelum akhirnya bergerak untuk bangun. "Hei, apa yang ingin kau lakukan?" tiba-tiba Seokjin hyung menahan lenganku. Aissh, rasanya semakin sakit. Aku meringis, sakit. "Lepaskan, hyung." ucapku yang langsung membuatnya melepaskan cekalan tangannya pada lenganku.
"Aku harus kembali, menyelesaikan tugasku."
"Tidak, Yoongi. Perhatikan juga dirimu. Namjoon sudah mengurus pihak sponsor dengan Jungkook. Dapat dewan sekolah juga sudah selesai. Jadi tetaplah di sini!"
Aku terdiam, tak tahu harus melakukan apa. Aku sudah sering melihat Seokjin hyung memperlakukan dongsaeng ku seperti ini. Tapi memperlakukanku begini, rasanya ini pertama kalinya. Jadi begini ya rasanya. Tapi aku tidak ingin berlama-lama berada di sini.
"Tapi-"
"Tetap di sini!"
Aku menoleh, memandang Namjoon yang tiba-tiba masuk dan memotong ucapan Seokjin Hyung. Aihh, di saat seperti ini aku mulai melihat sifat Namjoon yang... Entahlah, yang jelas membuatku tidak mampu melawannya. Padahal kan aku lebih tua darinya.
"Jung hyung sudah pergi. Kau tidak perlu memikirkannya lagi, hyung." Kini giliran Jungkook yang tiba-tiba masuk dan berkata demikian. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi jika Jung hyung ingin bertemu denganmu, tolong panggil aku. Biarkan aku menemanimu." lanjutnya.
Ah, kenapa tatapannya seperti itu? Benar-benar membuatku merasa bersalah. Dia masih mencemaskan ku, ya. "Tidak perlu. Ini tidak ada hubungannya denganmu." dan akhirnya aku memilih untuk mengatakan itu.
"Min Yoon-Gi dan Jeon Jung-Hyun adalah hyung ku. Mengapa itu tidak ada hubungannya denganku?"
Ya, memang benar. Aku harus mengakui jika itu memang benar. Hanya saja aku tidak ingin melibatkannya dalam masalah ini. Aku yakin jika itu akan membuatnya... Sedih. Akhirnya aku hanya menghela nafas dan berkata, "Lupakan saja. Kau tidak perlu memikirkannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...