Bagian 19 : Isn't It Strange?

586 63 0
                                    

Hari yang buruk, sungguh. Kau tahu bagaimana rasanya dipaksa terus terjaga setelah tidak tidur semalaman, kan? Itu yang sedang aku rasakan. Awalnya aku berniat untuk tidur saat jam istirahat. Setidaknya aku memiliki waktu lima belas menit untuk pergi dari dunia nyata. Tapi semuanya hancur berantakan saat Jimin dan Taehyung datang dengan heboh dan mengajak aku dan Jin hyung bermain basket. Katanya mereka sudah mengajak Hoseok dan Namjoon lalu berpikir jika lebih banyak orang akan lebih baik.

Aku sudah menolak, tentu saja. Tapi mereka tidak akan berhenti berteriak sebelum aku mengatakan iya. Dan akhirnya aku di sini-lapangan basket-mengikuti mereka. Memang benar ada Hoseok dan Namjoon. Tapi tidak ada yang mengatakan jika Jungkook juga ada di sini.

Maksudku dia kan sedang terluka. Tidak mungkin kan dia ikut bermain. Aku akan menyeretnya pergi jika berani melakukan itu. Terserah pada gerutuannya yang tidak akan pernah habis. Yang penting dia keluar dari sini dan duduk manis di mana pun itu. Bahkan jika dikerubungi fans nya itu.

"Hyung, kau masuk tim kami." tiba-tiba Jimin dan Taehyung menghampiriku dan mengatakan itu.

Aku hanya memandang mereka tanpa minat kemudian berkata, "Siapa kalian?"

"Ya!"

"Baik, terserah saja." sudah cukup main-mainnya. Aku ingin segera menyelesaikan permainan ini dan pergi tidur. Mereka memintaku bergabung karena berpikir aku akan membuat mereka menang, aku sudah tahu. Tapi aku sedang tidak berniat melakukan apapun. Jadi kupastikan kalian kalah.

Setelah bersorak senang mereka menoleh ke arah Jungkook yang duduk tenang di kursi panjang-yang memang selalu ada di pinggir lapangan. Apa lagi yang ingin mereka lakukan?

"Jungkook-ah."

Maknae itu menoleh. "Ne?"

"Kenapa kau diam saja?" tanya Taehyung yang langsung membuatku sadar jika sedari tadi Jungkook memang tidak bersuara. Ini hal yang jarang terjadi mengingat dia selalu berisik dalam suasana apapun.

"Sedang berpikir."

Tunggu, rasanya jawaban itu familiar. Kapan aku pernah mendengarnya, ya? "Kau boleh meniru siapapun, tapi tidak dengan Yoongi hyung. Dia memberi dampak buruk kepadamu."

Apa katanya? Dasar alien sialan. Dia bilang aku membawa dampak buruk? Kurang ajar. Dia bahkan mengatakannya di hadapanku langsung. Tapi aku sering mengatakan itu? Rasanya tidak.

Jungkook hanya tertawa kecil tanpa menyahut lagi. Dia bahkan sengaja mengalihkan pandangannya dan mencari objek lain, seolah mencoba membuat Jimin dan Taehyung berhenti berbicara kepadanya. Aneh sekali.

"Kau tidak ingin ikut bermain? Ah, kakimu pasti masih sakit jika digerakkan." kata Jimin memandang Jungkook prihatin.

"Sepertinya Yeonjin memang sudah keterlaluan. Aku heran kenapa tidak ada yang melaporkan kelakuannya kepada guru." kini Taehyung yang berkata.

Jimin dan Taehyung saling berpandangan lalu menoleh serentak ke arah Jungkook. "Kenapa kau tidak melaporkannya, Kookie? Dia kan selalu mengganggumu." tanya mereka kompak. Bahkan aku heran mengapa mereka bisa sekompak itu. Bahkan ketika kemudian mereka melangkah untuk duduk di sebelah kanan dan kiri Jungkook saja terlihat sangat kompak.

"Itu tidak...argh!"

Aku bahkan sudah tidak memedulikan konversasi tiga maknae itu ketika kepalaku spontan menoleh karena Jungkook tiba-tiba mengerang kesakitan.

"Ada apa?" Jimin yang saat itu sudah duduk di sebelah Jungkook langsung bertanya.

"Ah..." dia berencana untuk mengelak. Kentara sekali. "Bukan ap..."

"Lenganmu." semuanya langsung menoleh ketika mendengar aku bersuara. Bahkan Jungkook nampak terkejut ketika menyadari apa yang baru saja aku katakan. "Jimin-ah, kau menyenggol lengannya?"

"Benarkah?"

Aku sontak merotasikan mataku dengan jengah. Aku sedang bertanya, Jimin-ah. Aku tidak melihat karena niatnya akan mengacuhkan kalian. Kenapa kau malah bertanya seolah sedang memastikan ucapanku?

"Jungkook-ah, lenganmu sakit?" tanya Jimin.

"Ini..."

"Coba kulihat."

"Hyung..."

"Mendekat lah sedikit."

Aku yakin jika Jungkook sedang merutuki Jimin yang sama sekali tidak memberinya waktu untuk berbicara. Tapi akhirnya maknae itu benar-benar melakukan apa yang Jimin katakan.

"Apa yang kau lakukan, Jungkook-ah?" tiba-tiba Jimin berteriak begitu membuka perban Jungkook. "Ini bahkan lebih parah dari pada kemarin." lanjutnya dengan nada kesal―meskipun dia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

"Gwenchanayo. Aku akan pergi ke ruang kesehatan sekarang. Kalian bersenang-senanglah, hyung." Jungkook langsung berdiri dan pergi begitu saja. Dia bahkan mengacuhkan teriakan Jimin yang merutuki betapa cerobohnya dia.

"Oh astaga! Kenapa dia tidak bisa berhati-hati sedikit." meskipun sudah tidak berteriak, tapi Jimin tetap menggerutu.

"Sudahlah, hyung."

"Argh! Jangan dipukul!" Jimin langsung menjauh dari Taehyung setelah alien itu memukul luka di tangannya dengan sengaja.

"Kau juga ceroboh." Taehyung menekankan kalimatnya. "Haruskah aku mengatakannya?" lanjutnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Baik, iya. Aku ceroboh. Berhentilah melihatku dengan tatapan menyeramkan seperti itu." kata Jimin menyerah.

"Bisa langsung saja? Aku mulai mengantuk melihat semua ini." ujarku menghentikan drama singkat antara Taehyung dan Jimin.

"Dasar pengganggu!" aku hanya sama sekali tidak bergeming saat mereka mengatakan itu kepadaku. Terserah saja. Lagi pula aku sama sekali tidak peduli meskipun mereka kesal kepadaku.

"Jika kalian ingin melanjutkan acara saling mencemaskan ini lebih baik aku kembali." ucapku dengan nada serius.

"Ya! Kau selalu mengancam, hyung."

"Benar-benar menyebalkan."

Jimin dan Taehyung menggerutu bersamaan. Aku hanya memandang mereka dengan tatapan jengah. "Astaga, berhentilah. Jadi bisa kita mulai saja? Sebentar lagi jam istirahat selesai." kata Hoseok yang tiba-tiba berdiri di antara aku dan dua maknae itu.

"Baik, baik."

Taehyung segera mengambil bola basket dan berjalan ke lapangan mengikuti kami yang sudah ke sana terlebih dahulu. Tapi aku berhenti berjalan ketika mendapati Taehyung malah berhenti dan memandang Jimin yang tidak juga bergerak dari tempatnya.

"Hyung..."

"Maaf, sepertinya aku tidak bisa." Jimin memundurkan langkahnya perlahan. "Hyungdeul, maafkan aku. Lain kali aku akan ikut." setelah mengatakan itu dia langsung berlari keluar dari lapangan entah kemana.

"Jimin hyung!"

Meskipun Taehyung memanggilnya, Jimin tidak merespon sama sekali dan terus berlari menjauh. Kami hanya memandangnya dengan bingung. Setidaknya begitu hingga tiba-tiba Taehyung melempar bola yang dipegangnya kepadaku lalu berlari mengikuti Jimin. "Maaf, hyung. Aku juga harus pergi." ujarnya.

Mereka itu kenapa sih? Jelas-jelas mereka yang mengajak kami untuk bermain basket. Tapi tiba-tiba mereka pergi begitu saja dan meninggalkan kami di sini. Aku masih bersabar. Jika tidak, maka mereka sudah kulumat habis.

Belum sempat ada yang bersuara tiba-tiba bel sekolah berbunyi. Aku menghela nafas. Pada akhirnya rencana ku untuk tidur tidak bisa direalisasikan. Dan yang menyebalkan adalah karena waktuku digunakan untuk hal yang tidak penting sama sekali seperti ini.

Awas saja kalian, maknae.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang