Bagian 15 : Jelek dan Tampan lalu Baik dan Jahat

603 70 3
                                    

"Suga hyung!"

Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke belakang, tempat sumber suara yang memanggilku. Itu Taehyung. Entah apa yang dia inginkan. Intinya aku sedang tidak ingin bertemu dengan 'mereka'.

"Apa?"

Taehyung diam sebentar dan aku mulai curiga kepadanya. Biasanya dia akan melakukan hal menyebalkan jika datang dengan tingkah seperti itu. Maksudku pasti yang ingin dikatakannya adalah hal yang sama sekali tidak penting. Membuang-buang waktuku saja.

"Kau tidak bosan, hyung?"

Apa maksudnya tidak bosan? Sebenarnya apa yang ingin dia katakan, sih? Aku terlalu malas untuk membuka kamus besar bahasa alien, sungguh. Apa dia tidak bisa langsung mengatakan apa maunya saja?

"Setelah tidak menjadi dewan sekolah kau semakin tidak memiliki pekerjaan, kan? Aku pikir itu akan membosankan."

Nah, seharusnya kau mengatakan itu dari tadi, Tae. Jika kalimat itu yang kau katakan, maka aku pasti akan langsung mengerti.

Tapi apa katanya? Bosan karena tidak memiliki pekerjaan setelah tidak menjadi dewan sekolah? Yang benar saja. Aku justru bersyukur karena sekarang aku sudah tidak menjadi budak sekolah. Dia pikir pekerjaan dewan sekolah tidak menyusahkan?

"Sebenarnya apa maumu?" aku mulai jengah karena sepertinya sejak tadi dia hanya berputar-putar tanpa mengatakan apa maksudnya sebenarnya.

"Kelas Jungkook sedang ada pertandingan basket. Mau ikut melihatnya, hyung?" katanya dengan senyum khas yang sungguh membuatku muak.

Akhirnya aku mengerti jika dia mendekatiku hanya untuk mengajakku melihat pertandingan Jungkook. Kalau begitu kenapa dia berputar-putar dengan bahasa alien dan mengatakan jika aku tidak memiliki pekerjaan?

Tapi yang lebih penting, aku sama sekali tidak peduli dengan pertandingan atau apapun itu. Kelasku baru saja diberi tugas sejarah yang datang setiap semester sekali. Merangkum materi yang telah dipelajari. Dan sialnya kami harus menulisnya dengan sangat rinci. Aku yakin jika ini bahkan lebih banyak dari pada yang tertulis di modul yang diberikan kepada kami. Kalau begini namanya bukan merangkum, kan?

"Aku tidak ter..."

"Kalau begitu ayo langsung ke lapangan saja."

Hei, aku baru saja akan mengatakan jika itu sama sekali tidak menarik. Tapi Taehyung langsung memotong ucapanku lalu menarikku ke lapangan yang nampak ramai. Ada banyak sekali orang yang berkumpul di sana. Sepertinya hampir tujuh puluh persen siswa di sini menonton. Kebanyakan perempuan sih.

Maaf, aku harus mengatakan ini. Tapi aku sangat yakin jika perempuan-perempuan itu hanya ingin melihat Jungkook. Kau tahu, maknae itu sangat populer di sekolah. Memangnya siapa yang tidak tergoda dengan wajah tampan dan tubuhnya yang terbentuk dengan sangat bagus itu? Aku yakin kalian juga cukup waras dengan mengakui bahwa dia nyaris sempurna. Ya, nyaris. Jika saja dia tidak bersikap menyebalkan setiap saat.

Ah, aku salah. Dia tidak pernah bersikap menyebalkan kepada perempuan. Seakan dia memang sengaja tebar pesona, sikapnya terlihat sangat manis meskipun hanya melakukan hal-hal kecil. Itu membuatku berpikir jika ternyata enak menjadi laki-laki tampan. Terkutuklah kau, Jeon Jungkook yang mencuri semua ketampanan yang tersisa tanpa memberikannya kepadaku. Dan terkutuklah kau, Kim Taehyung yang aku yakin pasti telah bersekongkol dengan Jungkook.

"Taehyung-ah, Suga hyung, ke sini!"

Mataku langsung menangkap Jimin yang melambai-lambai seperti orang gila di antara kerumunan orang. Dia bahkan memamerkan senyum—yang sialnya terlihat manis—kepada aku dan Taehyung. Di sebelahnya ada Jin hyung, Namjoon, dan Hoseok yang langsung menoleh ke arah kami karena Jimin berteriak.

"Ayo cepat, hyung." Taehyung mendahuluiku menghampiri mereka. Sementara aku hanya menghela nafas lalu menyusulnya sebelum kemudian duduk di tribun. Ternyata mereka memang sengaja menonton. Aku yakin jika ini hanya pertandingan biasa, tapi rasanya seperti sedang menonton turnamen nasional. Baiklah, aku berlebihan.

"Aku terkesan karena Taehyung mampu membawamu ke sini, hyung." kata Namjoon sesaat setelah aku duduk.

"Hmm."

"Astaga, kau dingin sekali." bukan Namjoon, tapi Hoseok yang menyeletuk. Sayang sekali aku tidak peduli. Meladeninya berarti aku bodoh. Membuang-buang tenaga, kau tahu.

"Jungkook-ah, hwaiting!"

Aku melirik Taehyung yang berteriak keras ke arah lapangan. Di sana memang ada Jungkook, sedang melihat ke arah kami. Senyumnya itu... aku tidak kuat melihatnya. Saat aku menoleh ke arah lain, aku menyadari jika banyak orang yang menoleh ke arah Taehyung. Ah, benar. Aku belum memberi komentar atas perbuatannya itu.

Karena dia berteriak, orang-orang di sekitarnya langsung menoleh dan memandangnya. Tapi—sekali lagi—karena seorang Kim Taehyung yang berteriak gila, maka tidak ada yang mempermasalahkannya. Coba saja jika laki-laki berkacamata yang ada di bagian paling belakang tribun itu yang berteriak. Aku yakin jika mereka akan langsung saling berbisik dan mengatakan jika dia gila.

Tunggu, aku ingin mengumpat. Mereka gila memang. Ketampanan mengalahkan semuanya. Kalian sependapat denganku, kan? Mereka semua gila. Oh, atau kalian juga gila? Iya, tergila-gila kepada laki-laki tampan yang bahkan tidak bisa kalian gapai. Aku dan Bangtan contohnya. Ah, maafkan aku. Lupakan saja yang barusan itu.

"Hyung, kau mau minum?" saat aku menoleh, Jimin menyodorkan sebotol air mineral kepadaku. Aku hampir mengatakan jika seharusnya dia memberikannya kepada Jungkook nanti—karena sungguh aku bahkan tidak haus sama sekali—tapi kemudian aku urungkan. Aku langsung mengambilnya dari Jimin dan menerimanya untukku. Kenapa? Karena sepertinya dia memang sengaja membeli untuk kami berenam. Jadi aku harus menghargainya, kan?

"Aku dengar jika mereka melawan tim dari kelas Jee Yeonjin. Kau tahu, dia selalu mencari gara-gara dengan Jungkook." Hoseok tidak berkata kepadaku, tapi aku malah tertarik untuk mendengarkannya lebih lanjut.

"Benarkah? Ini tidak akan berakhir buruk, kan? Maksudku mereka tidak pernah akur, kan?" Namjoon membalas ucapan Hoseok.

"Entahlah. Berharap saja jika Yeonjin tidak akan bermain curang. Maksudku dengan mencelakai Jungkook misalnya."

"Ya! Jaga ucapanmu, Hoseok-ah." kini Jin hyung yang membalas.

Pandanganku kembali beralih pada Jungkook yang sudah sibuk dengan timnya. Lalu memandang tim lawan yang berada di sisi lapangan yang berbeda. Kenapa ada saja masalah di sini?

Jadi Yeonjin masih sering membuat keributan, ya? Padahal terakhir kali aku berpikir jika dia sudah cukup jera. Ternyata masih sering mengganggu Jungkook. Aku tidak mengerti mengapa laki-laki baik—meskipun akan berubah menjadi menyebalkan jika bersama kami—seperti Jungkook memiliki banyak sekali orang uang membencinya. Mungkin sebaiknya aku tetap menjadi orang jahat saja agar tidak ada yang berani macam-macam padaku. Kau tahu, salah satu film yang pernah kutonton membuatku mengetahui kalimat 'orang jahat bermula dari orang baik yang tersakiti' memang benar adanya.

Baiklah serius. Lupakan saja masalah film itu.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang