Bagian 36 : Lagi dan Lagi

449 60 4
                                    

Di saat seperti ini pun ada banyak hal yang berputar di otakku. Perubahan sikap Jungkook, Jeon Jung-Hyun, Seokjoong hyung, Jin hyung, Namjoon dan Hoseok, penyakit Jimin, keanehan Taehyung. Aku bahkan tidak memiliki waktu untuk memikirkan diriku sendiri.

Ada banyak hal yang kutakutkan. Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Aku tidak berniat untuk sok tahu atau mengada-ada. Tapi memikirkannya saja membuat kepalaku penuh.

Karena kondisi Jungkook yang tidak baik belakangan ini aku mengurungkan niat untuk bertanya kepadanya terkait masalah Jimin. Sedangkan jika aku bertanya kepada Taehyung, dia tidak akan menjawab. Apalagi jika kepada Jimin langsung. Itu malah akan membuat mereka was-was kepadaku.

Inilah yang tidak kusukai dari mereka. Pasti selalu saja menyembunyikan sesuatu, terutama luka dan rasa sakit. Aku selalu berpikir alasan semacam 'tidak ingin membuat semuanya cemas' atau 'agar tidak ada lagi yang terluka' sungguh memuakkan. Aku bukan tipe orang yang bisa mengacuhkan orang yang terluka begitu saja. Dan sikap mereka yang seperti itu membuatku selalu mencemaskan terlalu banyak hal. Itu sungguh membuatku kesal.

Sekarang aku sedang berpikir apa yang mungkin terjadi. Bahkan setelah mengetahui bahwa Jungkook tidak keluar dari kelasnya dan berkumpul seperti biasa, aku menjadi semakin memikirkannya. Nada suaranya saat mengatakan 'sakit' benar-benar terus terputar indah di otakku.

"Yoongi-ya, berhentilah melamun!"

Jin hyung berteriak di dekat telingaku, tapi aku sudah terlalu kebal akan teriakannya itu. Jadi tanpa banyak bicara aku langsung menoleh dan memandangnya dengan tatapan 'apa itu masalah untukmu?' seperti biasa.

"Sebentar lagi jam istirahat selesai. Cepat habiskan makananmu. Kau hanya diam sambil melamun dari tadi." kata Jin hyung lagi.

Aku mengangguk singkat, tapi tidak melakukan apa yang dia katakan. Justru aku hampir kembali ke lamunanku jika saja Jimin tidak tiba-tiba berkata, "Kau baik-baik saja, hyung?" dengan wajah cemasnya. Padahal semua orang―setidaknya kalian yang terus membaca ini―tahu jika pertanyaan itu lebih cocok diberikan kepadanya.

"Hmm." aku benar-benar tidak berniat mengatakan apapun dan hanya berdeham untuk menanggapinya. Dan sepertinya dia tidak puas dengan caraku menanggapinya itu. Tapi meskipun begitu dia akhirnya diam dan tidak mengatakan apapun lagi.

Sejenak hanya celotehan Hoseok dan Jin hyung serta tanggapan singkat Namjoon yang terdengar di meja kami. Jimin dan Taehyung tetap tenang menikmati makanannya sementara aku―sudah kubilang―tidak berniat mengatakan apapun.

"Tae, ayo kembali ke kelas."

Mendengar ucapan Jimin yang setengah berbisik membuatku langsung melirik keduanya. Taehyung juga langsung menoleh ke arah Jimin dengan ekspresi terkejut dan cemas yang disembunyikan. "Kau merasa sakit lagi?" tanya Taehyung balas berbisik. Mereka tidak sadar jika aku sedang menguping, kan? Baguslah jika begitu.

Jimin tidak menjawab lagi, hanya mengangguk singkat. Kemudian Taehyung langsung berdiri dan tentu saja mendapat tatapan bertanya dari Jin hyung, Hoseok, dan Namjoon. Aku? Tentu saja pura-pura melakukannya juga.

"Aku lupa harus mengumpulkan tugas teman-teman satu kelas ke ruang guru. Ayo bantu aku, Jimin hyung. Hyungdeul, kami pergi ya." ucapnya cepat, seolah panik karena melupakan tugasnya. Padahal aku yakin jika dia hanya mencemaskan Jimin yang tiba-tiba memucat.

"Kau selalu lupa, Tae."

"Lain kali kau harus mengingatnya."

Setelah mendengar ucapan Hoseok dan Namjoon, Taehyung mengangguk singkat dan tersenyum bersalah. "Baik, hyung." ucapnya lalu beralih kepada Jimin. "Ayo, hyung."

"Ah, iya."

Jimin segera berdiri. Aku yakin jika dia menghindari kontak mata dengan kami. Itu juga akan menyembunyikan wajah pucatnya agar tidak terlihat. Aku sedang mengakui kemampuan acting mereka berdua saat tiba-tiba mataku terbelalak karena Jimin terhuyung dan ambruk begitu saja. Taehyung langsung menangkapnya, tapi ternyata dia benar-benar telah menutup matanya. Bahkan saat Taehyung memanggil-manggil namanya, Jimin tetap tak merespon sama sekali.

"Ya! Ada apa?" Jin hyung, Hoseok, dan Namjoon langsung berdiri dan mengerubungi Jimin dan Taehyung yang terduduk di lantai. Tapi Taehyung tidak menanggapi ketiganya dan malah sibuk mencoba membuat Jimin terbangun meskipun aku rasa dia tahu jika itu akan sia-sia.

"Taehyung-ah, kau harus membawanya ke rumah sakit, kan?" ucapku karena sepertinya Taehyung terlalu panik untuk berpikir.

Dia mendongak, memandangku sebentar sebelum kembali mengalihkan atensinya kepada Jimin sepenuhnya. "A―aku akan melakukannya." suaranya bergetar. Aku rasa dia benar-benar panik melihat apa yang terjadi.

"Kalian bertiga tidak ada yang ingin menemaninya?" kini aku bertanya kepada Jin hyung, Hoseok, dan Namjoon yang masih saja terdiam. Dan karena aku mengatakan itu, sepertinya mereka paham tentang apa yang seharusnya mereka lakukan.

"Aku akan pergi bersamamu. Ayo cepat, Taehyung-ah." Jin hyung buru-buru berkata dan membantu Taehyung membawa Jimin.

"Aku akan mengurus izin untuk kalian." kata Namjoon lalu bergegas pergi mendahului yang lain. Setidaknya dia peka dan langsung tahu apa yang harus dilakukan.

Karena semuanya sudah pergi dengan tujuan masing-masing, hanya ada aku dan Hoseok―yang masih memandang kepergian Jin hyung, Jimin, dan Taehyung dengan tatapan cemas―di sini. Aku menoleh ke arahnya, berpikir sejenak sebelum kemudian berkata, "Hoseok-ah, ayo ikut denganku."

Dia menoleh kemudian mengernyit ketika menyadari apa yang barusan aku katakan. "Kemana?" tanyanya.

"Kelas Jungkook."

Kerutan di dahinya semakin dalam. "Untuk apa kita ke kelas Jungkook?" tanyanya lagi.

"Dia mengetahui sesuatu."

Hoseok terlihat masih akan menanyakan sesuatu lagi. Tapi aku yang terlalu malas menjawab langsung pergi mendahuluinya. Karena aku sudah pergi, jadi mau tak mau dia akhirnya mengikutiku. Dan meskipun dia terus menanyakan banyak hal, aku malah sibuk memikirkan cara agar maknae itu mau bicara.

Saat aku dan Hoseok sampai di kelas Jungkook, suasana di sana sedang sepi. Bahkan jika mataku tidak mencari dengan teliti, Jungkook―yang duduk diam di meja pojok belakang kelas dengan posisi menelungkup di atas meja―tidak akan terlihat. Dia itu pandai berkamuflase jika kalian ingin tahu.

"Jungkook-ah." Aku pikir Jungkook tidak mungkin tidur, jadi langsung memanggilnya. Tapi ternyata dia sama sekali tidak merespon. "Jungkook-ah, kau tidur?" aku kembali memanggilnya sambil sedikit mengguncang tubuhnya. Tapi sekali lagi dia tidak merespon sama sekali.

"Hyung, apa yang terjadi?" tanya Hoseok mulai panik.

"Jungkook-ah! Ya! Jangan main-main."

Bahkan ketika aku menarik paksa tubuhnya hingga duduk tegak, Jungkook sama sekali tidak bereaksi. Bagus. Apa lagi yang terjadi saat ini?

"Hoseok-ah, minta Namjoon untuk mengurus izin keluar. Aku akan membawa Jungkook ke rumah sakit."

Sementara Hoseok langsung melesat pergi, aku memandang Jungkook sekali lagi. Darah lagi. Luka di pergelangan tangannya... sepertinya itu cukup berbahaya.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang