"Ne. Gamsahamnida."
Aku buru-buru membungkuk kepada dokter yang baru saja memeriksa Jungkook. Pria itu tersenyum ramah dan mengangguk kemudian pergi meninggalkanku.
Aku menghela nafas dan membuka pintu ruang rawat maknae itu. Dia masih tetap menutup matanya hingga saat ini. Lagi pula dia memang terluka cukup parah.
Kupikir dia hanya terluka di lengannya saja. Tapi setelah mendengar penjelasan dokter, ada banyak luka di tubuhnya. Bahkan nyaris sekujur tubuhnya dipenuhi bekas luka. Aku tidak mengerti mengapa aku dan Bangtan tidak mengetahui ini sama sekali.
Bandit katanya? Mana mungkin bandit bisa melukainya seperti itu. Lagi pula kan dia belajar bela diri. Ah, tunggu dulu. Apa teman-teman yang belajar bela diri bersamanya mungkin melakukan ini kepada Jungkook? Mungkin saja dia dibully oleh sunbae-nya.
Tapi orang seperti Jungkook dibully? Itu sangat jauh dari ekspetasi ku. Meskipun terkadang sulit berinteraksi dengan orang lain dan sedikit pemalu, tapi sikapnya tetap baik kepada siapapun. Siapa yang ingin memusuhi orang seperti itu. Kalaupun ada, aku tidak akan tinggal diam.
Jika mereka berani menyentuh maknae itu, maka seharusnya mereka berani bertanggungjawab. Lagi pula aku tidak akan memaafkan mereka.
Yang terpenting mengapa Jungkook tidak mengatakan apapun? Dia bahkan bersikap seolah tidak ada masalah apapun, bahkan tidak ada yang terjadi. Mengapa dia tidak menjadi aktor saja? Aku menjadi kesal terhadap sikapnya itu.
"Hyung..."
Aku menoleh dan menemukan Jungkook sudah bangun. Kini maknae itu sedang memandangku dengan mata sayunya itu. Aku segera mendekat dan duduk di kursi yang tersedia.
"Bodohnya kau ini. Jika kau ingin mati, aku bisa membunuhmu. Apa yang terjadi padamu?" aku mengeluarkan isi otakku tanpa peduli dengan kasarnya kalimatku barusan.
"Mianhe." cicitnya.
Aku menghela nafas dan mengalihkan pandanganku ke luar jendela. Jungkook ini terlalu mudah meminta maaf. Padahal aku saja tidak tahu apa kesalahannya.
"Katakan saja apa yang terjadi padamu." aku berucap dengan tegas. Maknae itu tidak akan berbicara jika tidak dipaksa. Jadi maaf saja aku akan keras kepadanya.
"Aku tidak..."
"Jeon Jungkook!" aku memotong ucapannya dengan cepat. Yang aku inginkan adalah alasan mengapa dia bisa terluka seperti ini. Aku tidak membutuhkan basa-basi tidak jelas dan aku tidak menginginkan jawaban selain itu.
Jungkook tampak memandangku dengan terkejut. Aku bahkan dapat melihat jika dia tampak gemetar. Seakan-akan dia takut pada sesuatu.
"Jungkook-ah, katakan!" kondisinya saat ini sama sekali tak membuatku luluh.
"Kumohon tinggalkan aku."
"Mwo?!" aku tentu saja terkejut mendengar itu. Tinggalkan bagaimana? Apa aku tidak dianggap lagi sebagai hyungnya? Dia ingin merahasiakan ini selamanya? Yang benar saja. Apa yang ada di pikiran Jungkook?
"Aku mohon."
"Jungkook-ah..." aku menahannya saat dia ingin membalikkan tubuhnya untuk membelakangiku.
"Argh... sakit, hyung."
Aku segera melepaskan tanganku darinya, sadar jika aku telah menyakitinya. Namun aku tidak lantas menyerah dan kembali berkata, "Siapa yang melakukannya, Jungkook?"
Diam sejenak sebelum terdengar Jungkook menjawab, "Tidak perlu mencemaskanku, hyung. Aku baik-baik saja."
"Kau tidak mempercayai hyungmu, ya?"
"Bukan seperti itu." Jungkook kembali memandangku, tapi aku segera memalingkan wajahku dari pandangannya. "Hyung, aku tidak bermaksud seperti itu." ucapnya lagi.
"Tapi kau tidak ingin mengatakan apapun kepadaku, kan? Berhentilah berpura-pura, kau memuakkan."
Jungkook kembali terdiam dengan wajah terkejut. Tak lama kemudian dia menunduk dalam. "Mianhe."
Oh, astaga! Sepertinya aku keterlaluan. Apa yang tadi aku katakan? Ucapanku terlalu kejam. Bahkan Jungkook sampai menangis. Ah, bodoh sekali aku.
"Uljima. Aku tidak bermaksud mengatakan itu." aku berseru panik ketika mendengar isakannya semakin kencang. Apa yang harus aku lakukan?
Tanpa pikir panjang lagi aku menarik tubuhnya dan memeluknya. Demi apapun aku merasa sangat bersalah karena membuatnya menangis. "Uljima." aku menepuk pelan punggungnya, mencoba membuatnya tenang.
Bukannya berhenti, tangisnya malah semakin menjadi-jadi. Sungguh aku bingung harus melakukan apa agar dia berhenti menangis.
"Hyung... aku takut." aku bisa mendengar apa yang dia ucapkan di sela isakannya.
"Aku akan menjagamu." ujarku cepat. Aku baru melihat sisi lemah dari maknae ini. Biasanya dia hanya akan bersikap usil dan mengganggu hyungnya. Tapi sekarang aku melihatnya menangis. Ternyata itu menyakitkan.
Biasanya Jungkook bisa bersikap lebih dewasa dari hyungnya. Ternyata dia bisa menangis seperti ini. Aku tidak tahu apa yang disembunyikannya dari kami. Tapi aku pasti akan membantunya. Aku tidak ingin dia menanggung semuanya sendiri.
Aku melepaskannya saat isakannya mulai mereda. Sembari memberikan senyum tipis aku berkata, "Maafkan aku karena telah memaksamu. Aku hanya mencemaskanmu. Kau bisa mengatakannya saat kau sudah lelah menyimpannya sendiri. Aku akan mendengarkannya kapan pun itu."
Jungkook tidak menjawab, hanya mengangguk. Dan aku pikir masalah ini tak akan menjadi lebih buruk dari ini. Bagaimana pun aku akan membantunya.
BRAKK!!
"Kookie-ya!"
Aku spontan menoleh ketika mendengar kegaduhan itu. Aku langsung melotot melihat si bantet dan alien membuka pintu dengan rusuh. Sementara mereka tidak menghiraukan ku dan langsung masuk menghampiri Jungkook.
"Apa yang terjadi padamu?"
"Kau terluka?"
Taehyung dan Jimin bertanya bersamaan, membuat Jungkook hanya bisa memasang wajah cengo ketika mendengarnya. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala, tak mengerti dengan tingkah mereka.
"Kau menangis?" Jimin bersuara lagi. "Ya! Yoongi hyung, apa yang kau lakukan pada Jungkook?" lanjutnya mengintimidasi ku.
"Aku tidak melakukan apapun." jawabku dengan tenang.
"Astaga! Tidak bisakah kalian lebih tenang sedikit?" itu suara Jin hyung. Dia masuk dengan Hoseok dan Namjoon.
"Lihat, hyung! Yoongi hyung membuat Kookie menangis."
Aku langsung melotot. Apa-apaan alien itu mengadu kepada mereka. Lagi pula tahu apa dia tentang yang terjadi. Aku ingin sekali menjewer telinganya sekarang juga.
"Yoongi-ya, apa yang kau lakukan?" ini yang paling ku benci. Jin hyung tentu langsung menyalahkan ku. Ini tidak adil. Harusnya aku lahir beberapa tahun lebih muda. Menjadi hyung itu tidak menyenangkan.
"Suga hyung tidak melakukan apa-apa, hyung." nah, bagus sekali. Jungkook memang mengerti apa yang harus dia lakukan. Aku menyukaimu, Jungkook.
"Kau tidak perlu berbohong, Jungkook-ah. Katakan saja yang sebenarnya. Apa yang dilakukan Yoongi hyung kepadamu?" apa si bantet itu ingin ku pukul?
"Tapi Suga hyung memang tidak melakukan apa pun. Kenapa kalian menyalahkannya?" maknae itu mulai akan menangis lagi.
"Ah, uljima." Jimin segera menenangkannya. "Kau benar-benar tidak membuatnya menangis kan, hyung?" kini dia melihatku.
"Tidak." jawabku. "Dari mana kalian tahu jika kami ada di sini?" kini aku bertanya kepada tiga orang yang masih berdiri di dekat pintu.
"Kami bertanya kepada penjaga sekolah. Dia mengatakan jika Jungkook pingsan dan hyung membawanya ke rumah sakit." jawab Namjoon.
"Oh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fiksi Penggemar[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...