Bagian 14 : What's Wrong?

633 79 4
                                    

"Suga hyung, temani aku bermain basket."

Aku menghela nafas sekali lagi. Percayalah jika aku sedang sangat kesal. Jungkook sangat berisik di saat seperti ini. Rasanya aku merasa sangat tenteram saat dia tidak bisa bergerak karena terluka. Tapi setelah sembuh dia benar-benar merepotkan.

Bukan berarti aku ingin dia sakit. Tapi dia benar-benar mengganggu saat tidak mau diam seperti ini. Bukankah akan lebih baik jika dia duduk dengan tenang seperti anak baik dan membiarkanku menyelesaikan lagu yang sedang aku buat? Aku terkadang berpikir mengapa dia tidak bisa membiarkan aku tenang sedikit. Menyebalkan sekali.

"Jungkook-ah, kau belum benar-benar sembuh." bukan aku yang mengatakan itu. Jimin lah yang dengan tegas menentang keinginan maknae itu untuk bermain basket. Tidak salah, kan? Memang itu kenyataannya.

"Hyung..."

"Seharusnya kau melihat wajahmu sendiri." kini Jin hyung yang menimpali. "Apa di sini ada cermin?" lanjutnya.

"Kau tidak takut aku menjadi lebih populer dari pada kau?" apa-apaan yang dikatakan alien ini? Memangnya mereka berdua sedang beradu populer? Aku tidak pernah tahu.

"Aku bahkan tidak peduli, hyung." sepertinya Jungkook membalas perkataan Taehyung. Dan itu menjawab pertanyaanku tadi. Jadi intinya mereka tidak sedang beradu populer.

"Apa wajahku benar-benar menjadi begitu buruk? Ah, Suga hyung! Kau harus menuntut keadilan untukku."

Hei, Jungkook-ah. Tolong berhenti melibatkan ku. Lagi pula sekarang aku tidak memiliki kewenangan untuk menghukum orang-orang yang melanggar peraturan sekalipun. Dan mengenai orang yang memukul Jungkook tempo hari, mereka kan sudah dikeluarkan dari sekolah. Jadi Jungkook ingin menuntut apa lagi? Jika dia ingin lebih dari itu, maka dia harus melaporkannya ke polisi. Kewenangan sekolah hanya sampai mengeluarkannya.

"Aku rasa luka di lenganmu lebih parah. Sebenarnya seberapa dalam?" tiba-tiba Namjoon mengubah arah pembicaraan.

Jungkook nampak terdiam sejenak, mungkin berpikir. "Entahlah. Aku pikir ini tidak terlalu parah. Aku yakin sebentar lagi akan benar-benar sembuh." jawabnya dengan yakin.

Tapi semua orang tidak bodoh dengan mempercayai ucapannya itu. Mana mungkin lukanya akan sembuh secepat itu? Aku yang melihatnya dengan mataku sendiri bahkan yakin jika butuh waktu lama untuk membuatnya benar-benar sembuh. Dan jikapun itu sembuh nantinya pasti akan meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan.

"Jungkook-ah."

Dia langsung menoleh ke arahku begitu aku memanggil namanya. "Ne?"

Aku menutup note book yang aku pegang lalu meletakkannya di atas meja kantin. Dia terlihat menantikan apa yang akan aku katakan selanjutnya saat aku menoleh ke arahnya. "Kau yakin tidak ingin mengatakan yang sesungguhnya?" tanyaku langsung.

"Ne?"

Jangan memasang wajah polos seperti itu. Jangan menatapku dengan tatapan penuh kebohongan itu. Jangan mengatakan apapun jika ingin menyembunyikan kebenarannya. Aku hanya ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa sulit sekali membuat maknae itu berkata jujur?

"Aku juga ingin mendengarnya." kata Namjoon.

"Aku selalu penasaran, lho." imbuh Hoseok.

"Memangnya apa yang sesungguhnya terjadi? Aku pikir sudah mengatakan apa yang terjadi sebelumnya." kata Jungkook dengan santai. Tapi sesaat kemudian ekspresi wajahnya berubah. "Ah, itu sangat menakutkan. Tolong jangan membicarakan itu lagi." meskipun dia mengatakannya dengan nada datar, tapi aku benar-benar menemukan ketakutan dalam suaranya.

"Tidak bisakah kau jujur saja? Sikapmu ini membuat orang lain semakin khawatir." kata Taehyung.

"Ah..."

Aku menoleh ke arah Jungkook yang nyatanya hanya menggumam tidak jelas. Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba dia terlihat ketakutan seperti itu?

"Jungkook-ah, katakan saja."

"Jika ada yang mengancammu, kami pasti akan melindungimu."

"Kau tidak perlu takut untuk mengatakan yang sesungguhnya."

Ada apa? Kenapa Jungkook malah diam saja? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Apa yang sebenarnya dipikirkannya?

"Jungkook-ah..."

"Hentikan!" dengan cepat aku menyela saat ada yang ingin bersuara lagi. Ada yang tidak beres. Ini sama dengan pemaksaan, kan? Dan lagi itu pasti membuat Jungkook merasa tidak nyaman.

"Jungkook-ah, kau baik-baik saja?" tanyaku cukup pelan. Aku yakin ada yang tidak benar pada maknae itu. Aku tidak yakin dengan apa yang aku pikirkan. Tapi jika benar, maka sebaiknya tidak perlu bertanya mengenai apa yang sebenarnya terjadi.

"Jungkook-ah..."

"Maafkan aku."

Apa? Apa maksudnya? Maaf? Untuk apa? Apa yang sebenarnya terjadi di sini? Jungkook menunduk semakin dalam. Aku rasa ini bukan hal yang biasanya dia lakukan. Menunduk saja jarang. Sekarang dia bahkan seperti ingin menyembunyikan dirinya dari tatapan orang lain. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Aku tidak akan melakukannya lagi."

Melakukan apa? Dia ini mengatakan apa, sih? Aku sama sekali tidak mengerti. Sungguh aku tidak pernah melihat Jungkook seperti ini. Jujur saja ini sangat mengejutkan.

"... Aku mohon... Jangan..."

Apa?

"Jungkook-ah?"

"... Tidak."

"Jungkook-ah, hentikan!"

Dia sedikit tersentak saat aku memegang kedua bahunya. Ekspresinya seperti terkejut, tapi juga tampak seakan lega karena terbebas dari ketakutan. Aku tetap diam, begitupun dengan dia dan lima orang lainnya yang duduk mengelilingi meja ini. Namun tiba-tiba setetes cairan bening meluncur dari matanya. Hanya itu. Tanpa suara, tanpa isakan. Bahkan tatapannya masih nampak kosong dalam penglihatan ku.

Sebenarnya apa yang terjadi?

"Ada apa denganmu?" Jimin buru-buru berdiri lalu memutari meja dan berdiri di samping Jungkook. Dia mengatakan sesuatu, aku yakin sedang menenangkan Jungkook. Tapi aku bahkan tidak mendengarkan. Aku lebih terpaku pada ekspresi wajah Jungkook yang bahkan masih terlibat terkejut dan sarat akan ketakutan. Apa yang membuatnya menjadi ketakutan seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

Hingga akhirnya raut wajahnya mulai mengendur lalu menjatuhkan tatapannya ke lantai, aku masih memperhatikannya. Sedetik kemudian dia mengusap matanya dengan terburu-buru sebelum kemudian mendongak.

"Ah, maafkan aku." ucapnya sembari menunduk kembali. Tapi kemudian menampakkan wajah normalnya yang ceria seperti sebelumnya. Aku sempat mendengar gumaman tentang seberapa menakutkannya kejadian itu sebelum kemudian Jungkook berkata kepadaku, "Jadi kau ingin menemaniku bermain basket atau tidak, hyung?"

Cepat sekali dia merubah suasana hatinya. Sangat terlihat jika dia menyembunyikan banyak hal. Rasanya seperti dia tidak mempercayai siapapun dan memilih untuk menyimpan semuanya sendiri. Tapi itu kan menyakitkan. Kenapa dia memilih untuk menyembunyikannya sementara ada banyak orang yang mau mendengarkan keluh kesahnya?

Lagi pula bukankah memilih untuk diam dan memendam semuanya sendiri akan terasa begitu berat? Padahal ada banyak orang yang mendukungnya. Kenapa Jungkook lebih memilih untuk tidak mengatakan apapun? Aku tidak mengerti mengapa dia ingin memendam semuanya sendirian. Aku tahu itu sangat menyakitkan. Tapi kenapa dia masih tersenyum seperti itu bahkan setelah menangis?

"Baiklah, hanya sekali."

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang