Bagian 39 : Pandangannya

427 54 0
                                    

Halo, ini Suga. Atau kalian sudah terlalu akrab dengan nama Yoongi? Aku ingin menyampaikan beberapa hal penting yang sebaiknya kalian dengarkan dengan baik. Jadi, Reader-nim... Belakangan aku malas berbicara terlalu banyak. Aku merasa tidak nyaman dan mungkin sebaiknya lebih memikirkan hal-hal yang terjadi belakangan ini. Sesungguhnya semua yang terjadi membuatku kehilangan mood untuk berbicara atau menjelaskan apa yang terjadi. Jika kalian ingin complain, silakan sampaikan itu kepada Author-nim. Semua yang ditulisnya membuat aku semakin kesal dari hari ke hari. Bagaimana mungkin dia dengan teganya membuat Jimin dan Jungkook terus-terusan sakit dan terluka. Ah, aku hanya ingin mengeluhkan itu. Aku tidak tahu sampai kapan aku akan membiarkan Author-nim yang bercerita. Jika moodku kembali, maka aku akan merebut kewenanganku darinya. Jadi sampai saat itu tiba, baik-baiklah bersama Author-nim.

***

Setelah kejadian berdarah-darah tadi, ruang rawat Jungkook kembali tenang. Di sana masih ada Namjoon, Yoongi, Hoseok, Taehyung, dan tentu Jungkook sendiri. Sebenarnya beberapa di antara mereka ingin pindah ke ruang rawat Jimin. Tapi Seokjin mengusir mereka dengan mengatakan lebih baik menemani Jungkook dari pada mengganggu istirahat Jimin. Dan begitulah akhirnya semuanya menjadi seperti ini.

Sebenarnya itu juga tidak banyak membantu. Bahkan sedari tadi mereka tetap diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Jungkook juga hanya memandang keluar jendela dan melamun, seolah memang berniat mengacuhkan presensi keempat hyungnya.

Banyak hal yang berputar di otaknya. Tapi tetap saja tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya. Jungkook adalah orang yang mudah bergaul, tapi misterius di saat yang bersamaan. Terkadang apa yang dipikirkannya terlalu sulit untuk dipahami.

Terlebih saat dirinya memilih untuk tetap diam seperti saat ini. Dia terlihat sangat jauh meskipun kau berada di dekatnya. Lihat saja tatapan kosongnya itu, terlihat menerawang terlalu jauh entah kemana.

Terkadang para hyungnya ingin sekali mengetahui apa yang dipikirkan oleh si maknae. Tapi anak itu tetap saja diam entah apapun pertanyaan yang diajukan oleh para hyung. Dia akan bertingkah menyenangkan dan menyebalkan di saat bersamaan. Dia terlihat begitu terbuka, tapi sebenarnya sangat tertutup. Terlalu banyak hal yang disembunyikannya. Tak ada yang bisa menebak bagaimana reaksi masing-masing ketika mendengar semuanya.

Jungkook selalu terlihat begitu mudah diandalkan karena dia kuat dan serba bisa. Saking banyaknya kemampuan yang dia miliki, semua orang malah lupa untuk sekadar mengintip kelemahan yang sangat sulit untuk dihadapinya.

Mungkin memang itu yang diinginkan oleh si maknae. Dia hanya ingin terlihat kuat sehingga tidak ada yang memedulikan kelemahannya, tidak ada yang mencemaskannya. Tapi dibalik semua itu bukankah tidak ada yang tahu seberapa rapuhnya punggung itu?

Jika kau baru mengenalnya kemarin atau tadi, maka kau hanya akan menemukan pribadi yang baik dan lugu. Jika kau mengenalnya sedikit lebih lama, maka kau akan melihat dia sebagai orang yang bisa selalu diandalkan. Tapi jika kau sudah mengenalkan sejak lama, maka kau akan tahu jika dia adalah sosok yang berpura-pura kuat, bekerja keras agar bisa diandalkan, terlalu memikirkan orang lain, dan... orang yang selalu menyembunyikan rasa sakitnya seorang diri. Dia adalah laki-laki yang penuh kebohongan, wajahnya penuh akan persona.

Jungkook memang terbuka dalam pergaulannya, tapi dia sulit mempercayai orang lain. Dia tidak pernah membuka topengnya, bahkan kepada para hyung sekalipun. Dia memang memberi secuil kepercayaan kepada mereka, tapi itu masih tidak cukup untuk menjadikan mereka pantas untuk menjadi tempat membagi beban baginya.

Lagi pula Jungkook tidak pernah ingin membuat orang lain kesusahan karena dirinya. Dia hanya ingin melihat orang lain bahagia. Dengan begitu dia bisa belajar untuk merasakan kebahagiaan seperti mereka. Itu hal yang cukup sederhana, bahkan terlalu sederhana untuk dilakukan.

Jungkook pikir selama ini dia sudah bisa menyembunyikan semuanya dengan baik. Jungkook pikir selama ini dia sudah bisa menjadi sosok yang diinginkannya. Tapi semuanya terlihat hancur ketika dia menoleh dan mendapati para hyung memberikan tatapan cemas kepadanya.

Padahal Jungkook selalu menempatkan diri di depan mereka. Dirinya akan menjadi orang pertama yang mencoba jika mereka merasa tidak nyaman. Setelah menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja setelah mencoba, maka dia bisa memberi semangat dan dukungan  kepada mereka untuk mencoba juga.

Tapi sekarang tak bisa lagi. Otaknya sudah kehilangan terlalu banyak fungsinya. Banyak hal yang terjadi belakangan ini dan hal itu benar-benar membuat Jungkook merasa tidak nyaman. Para hyung terus mencemaskannya dan Jungkook sudah tidak bisa melakukan terlalu banyak hal. Maknae itu ingin kesal dan mengeluhkan semuanya kepada Tuhan, tapi nyatanya dia tidak pernah bisa. Memikirkan semua itu benar-benar membuatnya merasa lelah.

Maknae itu menghela nafas lalu memutus pandangannya dari objek-objek menakjubkan di luar sana. Dengan pandangannya yang mulai kembali mengabur, Jungkook memandang keempat hyungnya yang duduk tenang di sofa. Entah apa yang menusuk ruang hatinya, Jungkook kemudian mengalihkan pandangan. Entah memang tubuhnya yang menjadi lemah atau efek obat yang diberikan kepadanya, Jungkook merasa kelopak matanya kian memberat.

Dia menyerah. Awalnya ingin tetap terjaga, tapi tubuhnya menolak. Jungkook bahkan belum sempat mengembalikan posisinya untuk berbaring dengan benar karena tubuhnya memaksa untuk segera diistirahatkan.

"Jungkook-ah, kau merasa sakit?"

Mata sayu yang nyaris benar-benar tertutup itu masih sempat melihat tatapan cemas dari salah satu hyungnya. Berusaha mengacuhkan rasa tak nyaman yang selalu muncul ketika dirinya bergerak, maknae itu mengulas senyum tipis di wajahnya sebelum kemudian bibirnya bergerak samar. "Aku mengantuk." dan kemudian matanya merapat sempurna.

Taehyung yang melihatnya sontak berubah panik. Dia langsung menoleh ke arah tiga hyungnya dan berkata, "Hyung, Jungkookie..."

"Kenapa?"

"Dia tiba-tiba berkata jika dia mengantuk lalu..."

"Itu artinya dia tidur, Tae." Yoongi langsung memotong ucapan Taehyung sebelum laki-laki itu menyelesaikan ucapannya. Taehyung tentu saja langsung menatapnya dengan kesal.

"Mana ada orang yang mengatakan mengantuk lalu sedetik kemudian benar-benar tertidur." ucapnya.

"Taehyung-ah, tolong tenang sedikit. Jungkook menjadi mudah mengantuk karena pengaruh obat. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padanya. Jangan berpikiran negatif begitu, kau membuatku ikut panik." kali ini Namjoon yang mengatakan itu.

"Benarkah begitu?"

"Benar. Jadi tenang saja, oke?"

Setelah mendapatkan kalimat-kalimat yang menyatakan bahwa si maknae akan baik-baik saja, akhirnya Taehyung berhenti bersuara. Dia kemudian memandang wajah tenang si maknae yang dilapisi rona pucat. Banyak hal yang terjadi belakangan ini dan itu membuatnya mudah khawatir. Terlebih karena kemungkinan besar kekhawatirannya itu memang beralasan.

Jadi tolong jangan terluka lagi, Jungkook-ah.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang