Sial. Lagi-lagi seperti ini. Aku benar-benar tidak bisa beristirahat dengan tenang barang sesaat. Tapi di saat seperti ini aku hanya bisa menggerutu dan tidak mampu mengutarakan apa yang aku pikirkan ini.
Apa yang sedang aku lakukan tanyamu? Apa lagi? Tentu saja menjadi budak para guru. Niatku hanya mengumpulkan tugas teman-teman―kurasa bukan teman―sekelas. Tapi pada akhirnya aku bertemu dengan guru olahraga dan diminta untuk membantunya membereskan gudang peralatan. Ayolah, aku ingin pulang.
Beruntung aku hanya harus berada di sana selama tiga puluh menit. Kenapa aku berkata hanya, tanyamu? Tentu saja karena aku pernah terjebak di sini selama dua jam lebih. Sepertinya tempat ini belum lama dibereskan, jadi tidak terlalu berantakan.
"Terima kasih, Yoongi-ssi. Kau boleh pulang sekarang."
Yash. Itu kalimat yang aku tunggu-tunggu sedari tadi. Aku tidak ingin terjebak di sini lebih lama lagi hanya karena berbasa-basi. Jadi aku segera mengambil tasku dan berkata, "Saya pergi, songsaenim." lalu berlalu dengan cepat.
Lain kali aku tidak akan berurusan dengan guru lagi. Sudah cukup aku menjadi dewan sekolah selama setahun terakhir. Jangan harap aku mau disuruh-suruh di akhir masa sekolah menengahku.
"Aku tidak pernah mengatakan apapun."
Kepalaku spontan menoleh ke arah sumber suara. Hanya refleks karena suara itu terdengar begitu familiar. Tapi aku tidak melihat siapapun dan hanya suaranya saja yang terdengar.
Ah, tidak. Sejak kapan aku menjadi mudah penasaran?
Aku berjalan perlahan menuju lorong toilet yang jarang terpakai. Jangan bertanya alasan mengapa jarang terpakai. Sudah ada toilet yang lebih bersih dari pada yang satu ini. Niatnya toilet ini akan direnovasi tak lama lagi.
Ah, sudahlah. Kenapa aku malah harus menjelaskan itu?
Aku berhenti tepat sebelum ujung lorong. Aku hanya ingin mendengarkan saja. Entah kenapa aku penasaran karena suaranya terdengar sangat familiar. Apakah aku sudah mengatakan itu tadi?
"...dan kau pikir aku percaya?"
Ada apa sih?
"Kau percaya atau tidak, itu bukan urusanku. Sekarang aku sudah mengatakan yang sebenarnya, jadi semuanya selesai."
Oh, itu suara Jungkook. Apa yang dia lakukan di sana? Siapa yang sedang berbicara dengannya? Mengapa dia tidak pulang? Hyungnya tidak menjemput atau bagaimana? Tunggu! Aku terdengar cerewet. Baik, berhenti bertanya.
"Jika bukan kau, lalu siapa?"
"Aku tidak tahu. Yang jelas aku tidak melakukannya." hening sejenak sebelum Jungkook kembali bersuara, "Sudahlah. Aku harus segera pergi. Semua ini sudah selesai."
BRAKK!!
"Berhenti bersandiwara!"
"Argh! Kau gila, ya?"
Hei, apa yang terjadi? Apa barusan itu?
"Kubilang katakan yang sebenarnya!"
"Aku sudah... argh! Lepaskan!"
"Jangan keras kepala!"
"Yeon..."
BRUKK!!
"Aku sudah memberimu kesempatan, Jeon."
Hening. Aku masih berusaha menahan diri dan mendengarkan. Tapi selanjutnya benar-benar hening. Apa yang terjadi?
"Ini bukan salahku, oke." bukan, itu bukan suara Jungkook.
Sialan. Apa yang mereka lakukan sih? Ini seperti yang waktu itu? Jungkook... Ah, persetan dengan semua itu. Aku segera berbelok di ujung lorong dan mataku langsung melebar setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fanfiction[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...