Halo, hari ini Yoongi tidak akan bercerita. Katanya dia sedang ingin menghayati perannya yang mungkin akan menjadi batu di kehidupan selanjutnya. Jadi sekarang aku yang akan menjadi mata kalian. Belakangan ini aku merasa tidak yakin dengan tulisanku sendiri. Maaf jika pada akhirnya ini terlihat sedikit aneh. Selamat membaca...
***
Tiga pasang mata itu beralih melihat ke arah pintu sebagai bentuk respon spontan tepat setelah terdengar suara pintu terbuka. Setelah benar-benar melihat siapa yang ada di sana, ketiganya memberikan reaksi yang berbeda-beda.
Taehyung langsung mendelik kesal, Hoseok menatap cemas, dan Yoongi yang nampak tidak peduli. Jimin datang dengan Jin yang membantunya berjalan tanpa meninggalkan infus yang masih terhubung dengan tangannya. Tanpa perlu melihat dua kali pun sudah pasti jika anak itu tidak dalam keadaan yang cukup baik untuk berkeliaran seperti ini. Tapi ketiganya sudah dapat memastikan jika dia tetap keras kepala dan memaksa ke ruangan itu.
"Jimin hyung, kenapa kau ke sini?" Taehyung sudah bersiap untuk memberikan omelan yang lebih dari itu, tapi berhenti ketika mata sayu Jimin bertemu tatap dengannya. Mendadak Taehyung tidak tega melakukannya saat menyadari begitu buruknya kondisi Jimin saat ini.
"Jungkook bagaimana?"
Suara Jimin membuat Hoseok dan Taehyung meringis. Dia masih selemah itu dan memaksa untuk datang. Demi apapun Taehyung ingin mengunci pintu ruang rawat Jimin agar dia tidak bisa berkeliaran.
"Dia mengalami pendarahan hebat. Tapi selebihnya dia baik-baik saja. Dokter mengatakan jika Jungkook akan segera bangun." jawab Yoongi sembari menolehkan kepalanya ke arah orang yang bertanya. "Dari pada itu, Jimin-ah, kau harus melihat kondisimu terlebih dahulu sebelum mencemaskan orang lain. Kau tentu tidak ingin kondisimu memburuk, kan? Tolong perhatikan itu."
Jimin menunduk bersalah. Sementara empat orang selain dirinya langsung menatap Yoongi dengan takjub. Dia baru saja mengatakan rentetan kalimat yang lumayan panjang. Padahal sedari tadi dia terus terdiam.
"Jin hyung, mau sampai kapan kau membuat Jimin berdiri seperti itu?"
Sedikit tersentak mendengar ucapan Yoongi, dengan segera Jin membantu Jimin untuk berjalan kembali dan mendudukkannya di sisi ranjang tempat Jungkook terbaring tak sadarkan diri. Setelah itu barulah dia berjalan menjauh kemudian duduk di antara Taehyung dan Hoseok.
Tangan Jimin gemetar saat menangkup jemari Jungkook. Ada bagian dari dirinya yang ikut merasa sakit ketika melihat laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai adik terbaring tak berdaya di sini. Jimin tidak menyukai aroma rumah sakit. Terlebih saat tahu jika dirinya harus ada di tempat ini karena orang lain.
Tidak apa-apa jika Jimin harus berada di tempat ini selamanya asalkan bukan teman-teman dan keluarganya yang menjadi alasan. Lagi pula Jimin memang sudah mempersiapkan banyak hal untuk itu. Cepat atau lambat dirinya harus selalu berada di rumah sakit. Tapi Jimin berharap tidak ada lagi orang yang harus terbaring di sini.
"Jimin hyung, kembali ke ruang rawatmu. Tolong perhatikan kondisimu juga." entah sejak kapan Taehyung berdiri di belakang Jimin dan mengatakan itu.
Tapi meskipun Taehyung berbicara kepadanya, Jimin tetap diam dan tidak berencana untuk merespon. Pandangannya terjatuh kepada Jungkook dan dia tidak berencana untuk mengalihkannya. "Kenapa ini terjadi?" hanya bergumam kemudian Jimin menunduk dalam.
"Berhenti memikirkan itu, hyung. Aku bisa saja menyeretmu pergi jika kau tetap tidak menurut." kata Taehyung dengan kesal.
"Biarkan aku di sini sebentar. Aku lelah berjalan-jalan terus."
Akhirnya Taehyung terdiam. Menghela nafas, laki-laki itu berbalik dan kembali duduk bersama para hyung. Jika Jimin sudah menyebut kata lelah atau sakit, Taehyung tidak akan bisa memaksanya. Jimin sangat mengetahui bagaimana caranya membuat Taehyung menyerah.
Sementara yang ditinggalkan sempat merasa tenang sebelum tiba-tiba menyadari cairan anyir yang menetes dari hidungnya. Jimin segera membekap hidungnya sendiri tanpa membuat banyak gerakan. Berusaha menghentikan pendarahan tapi tak berhasil. Dirinya sedikit panik kala mendapati cairan merah itu semakin banyak dan mulai mengotori pakaiannya.
Jimin memejamkan matanya, berusaha menghalau pening yang tiba-tiba datang. Tapi lagi-lagi tak berhasil. Rasa sakit yang menghantam kepalanya semakin menjadi dari detik ke detik.
Jimin masih sibuk dengan dirinya sendiri hingga tak menyadari bahwa laki-laki yang terbaring di hadapannya sudah mulai membuka matanya. Jungkook mengerjap perlahan dan menatap langit-langit ruangan dengan tatapan kosong sebelum kemudian dia menoleh karena menyadari presensi orang lain di sana.
Hanya butuh satu sekon bagi Jungkook untuk menyadari apa yang terjadi. Tubuhnya bergerak spontan, langsung bangkit begitu menyadari apa yang terjadi pada hyungnya itu. "Hyung..." kendati kemudian maknae itu mengerang sakit ketika menggerakkan tangannya, suara yang dikeluarkannya berhasil menarik perhatian lima orang lainnya.
"Jungkook-ah, kau sudah bangun?"
Tak merespon. Jungkook masih fokus pada Jimin yang berusaha keras menghentikan aliran darah yang terus keluar. Tapi ketika menyadari jika ada orang lain di sana, dia langsung menoleh panik dan berkata, "Hyung, tolong Jimin hyung... "
Seolah benar-benar mengerti apa yang terjadi, kelima orang itu langsung berdiri dan mendekat kepada Jimin dan Jungkook. Melihat pias panik di wajah si maknae, mereka langsung memandang Jimin yang masih menunduk. Terkejut tentu saja saat mendapatinya berdarah-darah seperti itu.
"Jimin-ah, jangan menunduk."
Jin segera melakukan pertolongan pertama dan meminta siapapun yang mendengar untuk memanggil dokter. Sementara yang menjadi pusat perhatian lebih memilih untuk menumpukan tubuhnya kepada yang lebih tua setelah mendapati dirinya nyaris terjatuh karena tak memiliki tenaga lagi.
"Jungkook-ah, jangan banyak bergerak."
Sementara Jin mencoba menghentikan pendarahan dan Namjoon yang menjaga tubuh Jimin agar tetap tegak, Hoseok lebih memilih untuk mencegah si maknae bergerak lebih banyak dan membuat lukanya kembali terbuka. Yoongi hanya berdiri di sana, tak ingin ikut panik dan malah menambah masalah. Sementara Taehyung langsung berlari keluar setelah Jin mengatakan kepada siapapun yang mendengar untuk memanggil dokter.
Hoseok merangkul tubuh si maknae agar tetap tenang. Matanya yang menatap cemas kepada Jimin membuat Hoseok khawatir maknae itu akan melukai dirinya sendiri dengan tidak sengaja. Lebih baik berjaga-jaga dari pada sesuatu yang buruk terjadi.
"Jimin-ah, kau masih bangun?" pertanyaan dari Jin mendapat anggukan kecil dari Jimin. Tapi mata sipitnya sudah hampir menghilang di balik kelopak matanya. Sementara Namjoon juga dapat merasakan beban tubuh Jimin semakin bertumpu kepadanya.
"Tetap tersadar, oke? Taehyung akan segera datang dengan dokter."
Lagi-lagi hanya anggukan kecil yang menjadi respon. Setidaknya Jin berhasil menghentikan darah yang keluar dan segera membersihkannya. Tepat setelahnya pintu terbuka dan Taehyung masuk dengan seorang laki-laki berjas putih.
Tapi sayangnya saat itu Jimin sudah terlanjur terlempar ke alam bawah sadarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence [END]
Fiksi Penggemar[방탄소년단 x 민윤기] Min Yoon Gi lebih dikenal dengan nama Suga, dewan sekolah yang tampan dan terkenal ternyata mengalami trauma. Entah mengapa dia lebih nyaman mengobrol dengan notebook kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Satu hal yang sangat disukain...