Bagian 41 : Yang Terjadi (di Masa Lalu)

438 56 0
                                    

Entah apa yang dipikirkan oleh Jung Hyun dan entah apa yang merasuki Yoongi. Sungguh entah bagaimana caranya mereka bisa berakhir mengobrol berdua seperti saat ini. Mereka masih di ruang rawat Jungkook, tentu saja. Tiga orang yang sedari tadi berada di ruangan itu juga sudah berpindah ke ruang rawat Jimin ketika mendengar bahwa laki-laki itu sudah bangun. Dan sekali lagi entah bagaimana akhirnya Yoongi dan Jung Hyun berakhir di sana.

"Jadi Yoongi-ssi, sebenarnya kau masih mengingat apa yang terjadi hari itu, kan?"

Yoongi mendengar, tapi entah kenapa bibirnya tetap mengatup seolah tak ingin membalas. Meskipun begitu Jung Hyun tentu sudah tahu apa jawabannya dan tidak memerlukan konfirmasi Yoongi untuk mengetahuinya.

"Padahal itu sudah belasan tahun yang lalu."

Mata Yoongi memejam kemudian tangannya meraba kening, mencoba menghalau pening yang tiba-tiba mampir. Jung Hyun bukannya tidak menyadari itu atau tutup mata dari apa yang terjadi selama ini. Dia mengetahui semuanya.

"Mungkin kau tidak akan percaya, tapi ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi?"

Lagi-lagi ucapan Jung Hyun tidak mendapat balasa. Meskipun begitu laki-laki itu tetap melanjutkan, "Aku saat itu hanya memiliki Jungkook karena kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan lalu lintas beberapa minggu sebelumnya. Dan kau tahu, pengendara yang menyebabkan orangtuaku meninggal adalah ayahmu. Dia melanggar aturan lalu lintas dan menyebabkan kecelakaan itu."

Mata sipit Yoongi membulat. Kepalanya langsung menoleh ke arah Jung Hyun yang masih berusaha menjelaskan. Tapi kenyataan bahwa ayahnya yang membuat orang tua laki-laki itu meninggal sudah cukup mengejutkan bagi Yoongi.

"Sebenarnya hari itu aku dan Jungkook tak sengaja bertemu dengan ayahmu di toko roti. Ayahmu yang mengenali kami lalu menyapa. Aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat itu hingga akhirnya aku dan Jungkook berakhir di rumahmu. Padahal ayahmu bersikap baik kepada kami..."

"Lalu kenapa kau membunuhnya?" Yoongi memotong cepat, menegaskan bahwa dirinya hanya ingin mengetahui alasan dibalik meninggalnya sang ayah.

"Ayahmu menceritakan semuanya dan aku terlalu syok saat itu. Aku meminta izin untuk ke kamar mandi dan pergi meninggalkan ayahmu berdua dengan Jungkook. Ketika aku kembali, ayahmu sudah berdarah-darah dengan luka tusuk di perutnya. Jungkook saat itu juga mengalami luka serius juga."

Jung Hyun menjeda sejenak kemudian menghela nafas, seolah sedang mengais keberanian untuk mengatakan kebenaran itu. "Ayahmu sudah tidak bisa bergerak, tapi Jungkook masih tersadar. Dia mengatakan kepadaku jika dia telah menusuk orang yang membuat ayah dan ibu meninggal. Maaf."

Mata Yoongi membulat sempurna, tak pernah menyangka bahwa peristiwa sebenarnya adalah seperti ini. Tapi bagaimana...? Bukankah saat itu Jungkook masih sangat kecil? Dia bahkan lebih muda daripada Yoongi. Apa mungkin dia bisa melakukan hal itu?

"Aku tahu ini tidak masuk akal karena saat itu Jungkook masih sangat kecil, tapi memang itu yang terjadi. Itu juga membuat Jungkook trauma dan merasa bersalah hingga saat ini. Kau tahu, dia sering menyakiti dirinya sendiri tanpa sepengetahuanku. Luka-luka itu... dia sendiri yang membuatnya."

Yoongi tetap diam. Sesungguhnya dia kehilangan kata-kata untuk bisa merespon. Jungkook? Jadi selama ini Yoongi hanya salah paham? Justru selama ini orang yang membunuh ayahnya adalah orang yang sangat dekat dengannya. Bahkan orang itu adalah orang yang ingin dilindunginya. Untuk pertama kalinya Yoongi merasa tidak mengetahui apa yang sebenarnya dia rasakan.

"Tentang alasan mengapa aku membuatmu pingsan hari itu... Aku tidak ingin Jungkook mendapat masalah. Jadi sebisa mungkin aku harus menyembunyikan dia dari saksi. Tidak masalah jika akhirnya aku yang harus menerima hukumannya. Dan sebenarnya Jungkook tidak tahu jika kau adalah anak dari orang yang dibunuhnya. Jika dia tahu, mungkin dia akan bersujud meminta maaf kepadamu."

Jung Hyun menghela nafas lalu melanjutkan, "Aku tahu ini sedikit tidak mengenakkan untukmu, tapi bisakah jangan katakan ini kepada Jungkook? Tolong jangan membencinya. Kau bisa terus membenciku seperti sebelumnya. Jika kau ingin melaporkanku karena pembunuhan itu, maka lakukan. Tapi tolong jangan lakukan itu kepada Jungkook. Aku hanya ingin dia bahagia."

Yoongi bahkan tidak tahu harus menjawab apa. Dia hanya tidak menyangka jika memang itu yang terjadi. Rasanya tidak mungkin, tapi kenapa Yoongi malah percaya begitu saja? Jung Hyun tidak seperti orang yang ingin menghancurkan adiknya sendiri. Sementara Yoongi juga tidak ingin membenci Jungkook.

Selama ini Jungkook tidak tahu jika dia telah membunuh ayah Yoongi. Selama ini dia merasa bersalah dan selama ini dia menyakiti dirinya sendiri. Sekarang Yoongi mengerti mengapa luka di tubuh maknae itu semakin banyak dan membutuhkan waktu untuk sembuh.

"Apa... Jungkook ingin bunuh diri sebelumnya?" tanya Yoongi, merujuk luka pada pergelangan tangan Jungkook yang cukup dalam.

"Dia sudah berkali-kali berniat melakukannya. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menghentikannya."

Ternyata semua yang di pikirkan Yoongi selama ini salah besar. Kenyataannya adalah Jungkook yang membunuh ayahnya dan terus merasa bersalah hingga saat ini. Dan meskipun Yoongi mengetahui itu, dia masih tidak bisa membencinya.

"Aku sedang bertemu dengan Seokjoong hyung saat kau meneleponnya. Aku dengar dia menyebut adikmu, tapi tidak yakin jika itu adalah Jungkook karena dia menyebutnya Kookoo. Apa itu memang dia? Dan apa yang meneleponnya saat itu adalah kau?" akhirnya Yoongi memilih untuk mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan itu.

"Ah, itu memang Jungkook dan memang aku yang meneleponnya. Tapi bagaimana kau mengenalnya?"

"Dia sepupu temanku. Kau tidak bertemu dengannya tadi karena dia ada di ruangan sebelah."

Jung Hyun mengangguk-angguk saja. Dia tidak ingin terlalu banyak bicara dan mungkin membuat Yoongi merasa tidak nyaman. Tapi karena Jung Hyun tetap diam, jadi Yoongi kembali bersuara. "Aku tidak bermaksud mendengarkan, tapi pembicaraan kalian di telepon terdengar seperti kau yang melukai Jungkook."

"Ah, Seokjoong memang tidak mengetahui kebiasaan Jungkook yang melukai dirinya sendiri. Aku berbohong dengan mengatakan bahwa aku terlalu emosi dan tanpa sengaja melukainya." jawab Jung Hyun.

"Lalu kenapa kau meneleponnya, bukan langsung membawa Jungkook ke rumah sakit?" tanya Yoongi lagi, menyuarakan keganjilan yang dirasakannya.

"Seokjoong dokter."

Yoongi mengernyit. Seingatnya Seokjin mengatakan jika Seokjoong adalah produser musik. Yoongi ingat sekali. "Bukankah dia produser musik?"

"Dia lulusan kedokteran dan sekarang masih menjadi dokter. Tapi dia mendapatkan banyak cuti dan biasanya digunakan untuk memproduksi lagu."

Begitukah?!

"Aku tidak memaksamu untuk percaya, Yoongi-ssi. Kau bisa menganggap aku pembunuh seperti sebelumnya." ucap Jung Hyun, sepenuhnya menyadari jika Yoongi hanya masih meragukan penjelasannya.

"Sudahlah, lupakan saja."

Yoongi beranjak. Penjelasan memusingkan itu sampai disini saja. Yoongi membutuhkan waktu untuk mencerna semuanya. Jadi selama itu dia akan menjauh dulu dari kakak beradik itu. Tenang saja. Yoongi tidak akan membutuhkan waktu lama untuk berpikir. Lagi pula dia hanya akan menengok Jimin.

"Yoongi-ssi, tolong jangan membenci Jungkook."

Tidak akan.

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang