Bagian 5 : Berubah (Part 2)

802 101 0
                                    

KRIIIINNG!!!

Tepat sekali bel berbunyi. Aku sudah bosan karena terlalu lama mendengarkan guru sejarah yang sedang mengajar. Aku dapat menghembuskan nafas lega saat guru paruh baya itu mengakhiri kegiatan pembelajaran dan langsung beranjak untuk pergi.

Aku segera bangkit. Orang penting sepertiku harus menghadiri rapat dewan sekolah. Tentu saja karena sebentar lagi akan lengser dari jabatan ini. Senangnya. Tapi ada banyak acara yang harus diurus.

"Yoongi, kau mau kemana?"

Aku yang sudah nyaris melengang pergi akhirnya berhenti dan berbalik ke arah seokjin hyung. "Ada rapat dewan sekolah." jawabku tanpa ada niat untuk menjelaskan lebih lanjut. Tentu saja seharusnya dia sudah mengerti.

"Aissh, kau ini sibuk sekali ya. Perhatikan juga kesehatanmu." kata Seokjin hyung. Sepertinya dia masih mencemaskanku karena kejadian tadi pagi. Tapi aku masih tidak bisa memastikan apa penyebabnya. Dan lagi aku sudah merasa lebih baik sekarang

"Aku baik-baik saja, hyung. Tidak perlu mencemaskanku." ujarku seraya melanjutkan langkahku yang tadi sempat tertunda.

"Sejak kapan dia memanggilku hyung?" aku bahkan masih dapat mendengar gumaman Seokjin hyung. Aku tahu jika dia tidak percaya karena tiba-tiba aku memanggilnya dengan sebutan hyung. Jangankan dia, aku sendiri bahkan bingung mengapa aku memanggilnya begitu.

Beberapa orang membungkuk ketika berpapasan denganku. Aku yang masih mengenal sopan santun ini juga harus menunduk untuk menghormati mereka. Yang aneh adalah mengapa aku kembali merasa gelisah?

"Hei, Yoongi." aku tidak sengaja bertemu dengan seorang anggota dewan sekolah yang lain tepat di depan ruangan dewan sekolah. "Pihak sponsor datang kemari untuk melihat persiapan acara dan tempatnya." lanjutnya.

"Oh?! Kalau begitu gantikan aku memimpin rapat. Aku akan menemui mereka." ujarku kepadanya.

"Baiklah."

"Oh ya, tolong beritahu wakil ketua untuk menyusulku." ucapku sebelum benar-benar pergi.

"Dia sudah di depan." teriaknya karena aku sudah mulai menjauh darinya.

Aku tidak menanggapinya lagi dan lebih memilih untuk terus melangkah ke koridor utama. Aku dapat melihat sekerumun orang di sana, nampaknya baru datang. Aku juga dapat melihat si wakil ketua menoleh ke arahku sebelum akhirnya membuka celah, membuat seseorang yang jelas-jelas ku kenal terlihat di sana.

Langkahku berhenti begitu saja. Mataku sedikit membelakak, meskipun pastinya tidak akan terlalu berpengaruh bagi mata sipitku. Ah, lupakan saja itu. Si wakil ketua dan 'dia' masih terus melangkah dan semakin dekat denganku. Dapat kurasakan tubuhku mulai bergetar, mendadak lemas.

"Selamat siang."

Tak kusadari jika 'dia' sudah berada tepat di depanku. Bahkan dia yang menyapaku terlebih dahulu. Aku sungguh tidak sopan, aku tahu. Tapi lidahku kelu, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Peluhku sudah mengucur deras, entah karena apa aku takut.

"Yoongi hyung?!"

Aku menundukkan arah tatapanku. Menghela nafas, masih terdiam. Aku mendongak, memaksakan seulas senyum sopan. "Selamat siang. Maaf barusan saya bersikap kurang sopan." suaraku benar-benar bergetar, aku yakin itu. Mereka juga pasti menyadarinya.

"Mohon kerjasamanya." ucapku lagi.

"Mohon kerjasamanya juga."

'Dia' mengulurkan tangannya. Namun aku masih terdiam, terpaku seolah tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Namun kemudian aku mengangkat tanganku yang bergetar lalu menjabat tangannya.

Aku memejamkan mataku. Tanganku mati rasa saat telapak tangan kami bertemu. Kakiku benar-benar lemas, mungkin sebentar lagi tubuhku akan ambruk. Aku merasa mual dan kepalaku terasa begitu berat.

"Suga hyung..."

Aku belum sempat mendengar kelanjutannya atau memikirkan siapa yang mengatakannya ketika aku merasakan tubuhku roboh dan semuanya menjadi gelap sama sekali.

***

Jungkook POV

"Seokjin hyung."

Dia menoleh begitu mendengar suaraku. Senenarnya aku tidak ingin mencarinya, yang kucari adalah Suga hyung. Tapi sepertinya dia tidak ada. Bukannya aku pilih kasih kepada hyungku. Hanya saja aku masih khawatir kepada Suga hyung karena tadi dia benar-benar pucat.

"Ada apa, Jungkook?" tanya Seokjin hyung karena aku malah terdiam setelah memanggilnya.

"Kemana Suga hyung?"

Seokjin hyung tersenyum ketika mendengar pertanyaanku. Entahlah apa maksudnya, aku tidak mengerti. "Senang sekali mendapat perhatian dari maknae. Aku jadi ingin sakit." ucapnya kemudian.

Aissh, dasar hyung bodoh. Masih sempat dia menggodaku seperti itu. Dan sialnya aku seakan merasa jika semua darahku mengalir secara bersamaan ke wajahku. Aku yakin jika wajahku sudah memerah. Jadi begini ya rasanya ketahuan ketika diam-diam memberikan perhatian. Lalu bagaimana perasaan Suga hyung selama ini? Dia 'kan selalu memperhatikan kami diam-diam.

Oh ya, benar. Suga hyung.

"Sudahlah, katakan saja di mana Suga hyung."

Seokjin hyung sempat terkekeh pelan sebelum akhirnya menjawab, "Katanya akan ada rapat dewan sekolah."

"Baiklah, terima kasih. Kalau begitu aku pergi dulu." tentu saja aku tidak ingin berlama-lama dengan Seokjin hyung dan memilih untuk segera mencari Suga hyung ke ruangan dewan sekolah.

"Sunbae-nim!" aku langsung memanggil seorang anggota dewan sekolah yang akan masuk ke dalam ruangan.

"Jungkook-ssi, ada apa?"

"Sunbae-nim mengenalku?" tanyaku terkejut. Aku saja tidak mengenal sunbae nya itu.

Laki-laki itu memandang Jungkook dengan tatapan jengah sebelum berkata, "Kau terkenal, apa tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu?" sementara aku menggaruk tengkuk mendengarnya.

"Apa Suga hyung ada di sini?" aku mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keberadaan Suga hyung seperti tujuan awal.

"Dia baru saja pergi ke depan, menemui pihak sponsor."

"Baiklah, terima kasih."

Aku bergegas menuju koridor utama. Benar saja, aku dapat melihat Suga hyung berdiri di sana. Tapi aneh. Dia terlihat seperti... Entahlah. Aku tidak dapat mendeskripsikannya. Hanya saja dia benar-benar terlihat aneh.

Atensi mataku berpindah, kini tertuju pada sosok yang tak asing bagiku. Itu Jung hyung. Tiba-tiba aku merasa gelisah meskipun tak tahu apa yang mungkin akan terjadi. Tapi aku sedang berpikir untuk tidak membiarkan merea berdekatan.

Jung hyung mengatakan sesuatu, meskipun aku tidak tahu apa yang dikatakannya. Dengan jarak yang cukup jauh seperti ini, aku memang tidak mungkin bisa mendengar perbincangan mereka.

Ah, tidak. Ini tidak bisa disebut perbincangan karena sejak tadi Suga hyung tetap diam. Padahal aku yakin jika Jung hyung pasti sudah menyapanya. Aku tahu jika Suga hyung itu kelewat dingin, tapi tidak mungkin 'kan dia bersikap tidak sopan kepada pihak sponsor. Itu artinya dia bodoh.

Tapi aku malah mulai mencemaskannya. Apa dia benar-benar masih sakit? Wajahnya masih begitu pucat bahkan hingga saat ini. Belum selesai aku bergelut dengan pikiranku, tiba-tiba aku melihat Suga hyung mulai limbung. Mataku melebar sempurna, terkejut. Tanpa pikir panjang aku langsung berlari ke sana.

"Suga hyung..."

Dia benar-benar ambruk. Aku langsung menahannya sebelum tubuhnya menyentuh permukaan lantai. "Suga hyung?! Hyung?!" Percuma, dia tidak mau membuka matanya. Dan bodohnya aku malah bingung harus melakukan apa.

Entah sudah berapa lama berlalu dan sudah banyak orang yang berkerumun. Saat itulah akhirnya aku tersadar dan berteriak, "Minggir! Berikan jalan!"

Silence [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang