🌜7.🌛

3.9K 240 15
                                    

🌃🌃🌃🌃🌃

Di Balik sorot mata setiap orang, aku bisa ikut merasakan. Yang mungkin ada banyak cerita dan suara yang tidak bisa diungkapkan.

🌃🌃🌃🌃🌃

Saat Aurora memasuki kelas, beberapa temannya menatap horor. Aurora hanya mengernyit tak acuh.

Retta juga menatapnya demikian. Sebenarnya ada apa?

"Oh My God! Sejak kapan lo deket sama Kak Angkasa? Sejak kapan kalian mulai sarapan bareng di kantin? Belajar bareng di cafe?" Retta mencecar pertanyaan sambil mengipas-ngipas dirinya.

Aurora memulatkan matanya.

Dari mana Retta tahu semuanya?

"Nih!" Retta menunjukkan ponselnya.

Disana ada foto Aurora dan Angkasa sedang di cafe kemarin, kemudian Retta menggeser ponselnya, sekarang menampilkan foto mereka sedang sarapan bersama tadi.

Dan Retta menggeser ponselnya lagi, terakhir foto Aurora dan Angkasa saat mengobrol di Perpustakaan.

Aurora menghembuskan napasnya. "Dasar penguntit! Siapa sih!? Lo dapat dari mana?"

"Dari grup penggemar Kak Angkasa."

"Siapa yang ngirim?"

Retta mengedikkan bahunya. "Nomor tidak dikenal."

"Kurang kerjaan banget!" Aurora duduk dibangkunya. Ia menekuk wajahnya.

"Lo harus lebih hati-hati Ra. Fansnya Kak Angkasa itu banyak! Tapi banyak yang bilang kalian juga cocok kok!" Retta mengedipkan sebelah matanya.

"Lo tuh cocok sama Kak Seno! Lucu kalau kalian pacaran, kan jadi couple namanya Senoretta. I love it when they call you Senoretta." Aurora bersenandung di akhir ucapannya, ia terkekeh sendiri.

"Najis! Seno itu ihhh! Jauh dari tipe gue!" Retta bergidik.

"Terus tipe lo yang gimana?"

"Yang kayak Kak Angkasa dong. Pinter, baik, ramah, dan tajir! Sempurna kan dia!" Retta terbahak.

"Tapi gue sekarang nyadar. Dia milik sahabat gue. Dia lebih tertarik sama sahabat gue. Ya gue mah apa atuh kentang begini, mana diliat sama dia." Ucap Retta dramatis.

"Yaudah lo sama Kak Seno aja! Diakan suka sama lo!" Aurora tersenyum lebar.

Retta merubah ekspresinya menjadi jijik. "Ogah!"

Matilah Retta! Niat menggoda Aurora malah ia sendiri yang digoda Aurora.

🌃🌃🌃🌃🌃

"Kenapa sih orang dianggap pintar, kalau dia pintar matematika?" Aurora menaruh dagunya di meja. Bertanya pada Angkasa yang duduk dihadapannya sambil membuka-buka bukunya.

"Mungkin kita bisa tahu IQ kita dari matematika?"

"Nggak gitu juga! Padahal ada beberapa orang yang kurang bisa di Matematika, tapi dia jago di bidang kebahasaan misalnya, atau olahraga, atau kesenian. Gitu! Ngerti maksud gue nggak Kak?"

Angkasa berdehem, ia mengentikan aktivitasnya, lalu menatap Aurora. "Iya ngerti. Jangan pandang orang sebelah mata karena kurang bisa di pelajaran Matematika? Gitu?"

"Lo kenapa pengin banget jadi guru les gue Kak? Oh iya! Bayarannya berapa Kak?" Aurora menegakkan badannya, ya tidak biasanya ia malas-malasan seperti ini.

"Bayarannya ... "

"Cukup lo bahagia dan nggak kayak kakak lo." Bisik Angkasa.

🌃🌃🌃🌃🌃

Bersambung ...

🌃🌃🌃🌃🌃

Angkasa ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang