🌞🌞🌞🌞🌞
Kamu adalah orang bebas. Bebaskan dirimu dari hal-hal yang menjadi kurungan bagi kebebasanmu.
🌞🌞🌞🌞🌞
"Lo mau banget ngajarin gue?"
"Iya!" Jawab Angkasa tanpa ragu.
Mata Aurora menyipit, pasti ada maksud tersenyembunyi dari Angkasa. Atau Retta yang memaksanya dan mengancam Angkasa?
"Gue mau karena kemauan gue sendiri. Dan yang jelas lo bakal tahu alasan sebenarnya nanti kalau lo udah gue ajarin. Kita ngga mesti belajar di rumah. Disini aja, setiap istirahat kedua, itu waktu yang cukup." Ada yang berbeda dari nada suara Angkasa.
Sial! Saat mata mereka saling menatap, Aurora bisa merasakan apa yang Angkasa rasakan, seperti sebuah rasa kehilangan? Ya Aurora merasakan ini ketika ia kehilangan Bintang.
Jadi apa hubungannya kehilangan dan ingin menjadi guru les privat?
Semenjak kecil dan mungkin semenjak lahir, Aurora mempunyai keistimewaan yang Aurora bilang adalah kesialan.
Aurora bisa merasakan apa yang orang itu rasakan jika Aurora menatap matanya.
Tetapi anehnya Aurora tidak bisa merasakan apa yang dirasakan kedua orang tuanya.
Aurora juga bisa merasakan apa yang Kakaknya dulu rasakan, ya tidak sepenuhnya bahagia, Bintang lebih banyak berpura-pura tapi Aurora yang masih kelas 7 SMP tidak mengerti pura-pura seperti apa yang Bintang rasakan.
Bintang meninggal karena serangan jantung, begitu kata kedua orang tuanya, saat itu juga banyak sekali obat dikamar Bintang, kata orang tuanya itu adalah obat jantung.
Aurora rasa orang tuanya berbohong, karena Aurora tidak pernah merasakan sakit - seperti sakit jantung ketika menatap mata Bintang. Aurora merasakan sakit - sakit batin.
Aurora juga aneh sendiri. Memangnya masih muda bisa terkena serangan jantung? Dan jika Aurora mengungkit kematian Bintang pada Ibunya, Ibunya selalu marah.
Terakhir Aurora berbicara dengan Bintang di ranjang Aurora, keduanya menghadap jendela yang disugui pemandangan langit malam.
"Kalau gue pergi, mungkin lo bisa kayak gue Ra." Gumam Bintang.
Aurora tidak tahu apa yang Bintang rasakan karena keduanya sama-sama menghadap langit.
"Kalau lo pergi, gue ikut Kak."
"Lo harus disini, lo harus jadi apapun seperti yang lo inginkan, bukan keinginan siapapun." Bintang memutar tubuhnya, Aurora juga ikut memutar tubuhnya, kini mereka berhadapan.
Bintang memegangi pundak Aurora. "Lo harus jadi diri sendiri Ra, lo itu berani! Lebih berani dari gue. Lo bisa jadi diri sendiri."
Saat menatap mata Kakaknya malam itu, Aurora merasakan kesedihan luar biasa, sebuah rasa ketidakrelaan, dan terselip rasa egois disana. Aurora pikir Kakaknya ingin minggat dari rumah hingga berkata demikian.
Tiba-tiba Bintang memeluk Aurora. "Gue sayang banget sama lo Ra. Lo adik terbaik gue. Lo nggak boleh seperti gue."
Aurora membalas pelukan Kakaknya. "Gue juga sayang Kak Bintang."
Malam itu menjadi malam terakhir Aurora bersama Bintang.
Keesokan paginya Bintang ditemukan meninggal di kamarnya.
Aurora tidak percaya, tapi semua ini memang nyata.
Aurora kembali sadar. Bayangan tentang masa lalunya sudah hilang dari pikiran. Ia mengerjapkan matanya. Di hadapannya masih ada Angkasa yang sedang menaik turunkah tangannya di depan wajah Aurora.
"Lo kesambet penunggu Perpus?"
Aurora menggeleng, ia merapihkan alat tulisnya. Ia menaruh buku yang ia pinjam di Perpus. Lalu kembali ke kelasnya tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Angkasa yang dilanda kebingungan.
🌞🌞🌞🌞🌞
Hari ini Libra tidak datang, jadi Aurora belajar sendirian di kamarnya.
Aurora merasa bosan, ia kesepian!
Ia mengambil ponselnya di tas dan dengan iseng memencet tombol panggilan pada nomor Angkasa.
"Halo." Suara serak dari sebrang sana menyapa.
"Kak!"
"Eh?"
"Gue mau belajar sama lo."
"Hah?"
"Gue mau belajar sama lo." Ucap Aurora ulang dengan penuh penekanan.
"Oke, mulai besok ya di Perpustakaan dengan senang hati gue bakal ngajarin lo."
"Gue maunya mulai sekarang Kak."
"Eh?"
"Lo tuli ya Kak?"
"Nggak lah. Oke lebih cepat lebih baik. Dimana?"
"Alamatnya gue kirim di sms ya." Aurora menutup teleponnya.
Ia mengetikkan sebuah alamat dan mengirimnya pada Angkasa.
Aurora mengganti seragamnya menjadi baju kasual yang santai. Ia memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya.
Aurora berani melakukan ini karena kedua orang tuanya sedang mengadakan perjalanan bisnis ke luar negeri. Di rumahnya hanya ada 2 asisten rumah tangga, 1 supir pribadinya, dan 1 satpam rumahnya.
Aurora tahu seluruh orang di rumahnya diberi perintah oleh Ibunya untuk mengawasi Aurora dan tidak memperbolehkan Aurora pergi kemanapun.
Aurora berjalan dengan santai keluar dari kamarnya sambil menggendong tasnya.
Saat sampai di pagar rumahnya, tentu saja Satpamnya melarang.
"Bapak jangan bilangin saya ke Ibu, nanti saya juga nggak bilangin Bapak ke Ibu. Kita sama-sama diam aja. Plis Pak." Aurora memohon.
"Jangan Neng, saya ngga mau dipecat, saya masih butuh uang buat anak istri saya."
"Yaudah kita sama-sama diam aja intinya Pak! Ibu sama Ayah pasti nggak tahu. Aku pergi Pak!"
Aurora berlari, ia sudah memesan taksi jadi tinggal naik.
"Keluar rumah kayak keluar penjara." Aurora bergidik ngeri, membayangkan bagaimana jika orang tuanya tahu Aurora keluar rumah?
🌞🌞🌞🌞🌞
Bersambung ...
🌞🌞🌞🌞🌞
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔ (Completed)
Fiksi RemajaCover by @naaverse Idea by @naaverse And Quotes by @naaverse ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Keana Aurora Adalah dedara Masa depan membuatnya membara Ia ingin naik sampai puncak menara Banyak sengsara Sedikit gembira Ingin selalu menjadi juara Tapi selalu merasakan lara...