🌜31.🌛

2.8K 149 2
                                    

🐬🐬🐬🐬🐬

Pertanyaan tanpa jawab yang memuaskan akan terus dipertanyakan.

🐬🐬🐬🐬🐬

"Bulan depan, kalian olimpiade. Mulai besok kalian juga akan belajar bareng disini. Bapak yang akan ngajarin kalian."

Aurora menganga, sejak SMP ia memang sering mengikuti olimpiade. Tetapi kali ini ia harus mengikutinya bersama Leo?! Saingannya?!

Aurora tidak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya ia lebih baik sendiri daripada bersama Leo, tetapi ini juga keputusan Sekolah.

Mau tidak mau Aurora harus menerima ini, Ibunya pasti akan senang.

Ia berjalan lesu menuju kelasnya, dibelakangnya ada Leo.

Semenjak kenal dengan Angkasa, Aurora memang menjadi terkenal, ya itu berkat kepopuleran Angkasa juga.

"Ra, semoga kita bisa jadi tim yang baik." Leo mengimbangi langkahnya dengan Aurora.

Aurora tidak minat membalas ucapan Leo.

"Kita bakal terus ngehabisin waktu bareng Ra, kita harus akrab."

Terserah saja. Aurora tidak peduli.

Aurora duduk dibangkunya.

"Gimana? Benerkan kata gue? Lo jadi ikut olimpiade sama si Leo apa sendiri?" Retta seperti wartawan.

"Ya gitu."

"Gitu gimana?"

"Ya gue sama Leo."

"Lo jangan judes-judes lah ke Leo, kasihan dia Ra." Retta menatap Leo prihatin dari kejauhan.

Leo memang bukan anti sosial atau orang dengan kepribadian dingin. Dia biasa-biasa saja. Tidak sombong dan selalu ada jika teman-temannya membutuhkan.

"Lo juga jangan judes-judes lah ke Kak Seno, kasihan dia Rett." Aurora mengikuti gaya biacara Retta.

Retta mendengus kesal. "Dia menyebalkan, pantes digituin! Beda sama Leo!"

"Menurut gue Leo juga pantes digituin! Beda sama Kak Seno!" Aurora tidak mau kalah.

"Ter-se-rah! Gue mau ke kantin." Retta tidak mengajak, tahu jadwalnya istirahat ke dua saatnya Aurora bersama Angkasa.

Aurora mengambil beberapa buku dan alat tulis yang ia butuhkan seperti biasa untuk ia bawa ke Perpustakaan.

Saat sampai di Perpustakaan, Angkasa sudah duduk di tempatnya.

"Lo dipilih?" Aurora paham maksud 'dipilih' yang Angkasa katakan.

"Ya ... "

"Sama Leo?"

"Ya ... "

"Mulai sekarang lo harus ngakrabin diri sama dia, tapi jangan terlalu akrab kayak gue sama lo begini, ya!"

Aurora tidak paham. "Hah?"

"Nggak ada pengulangan."

"Kalau dipikir-pikir. Waktu gue sama lo lebih banyak ngobrol daripada belajar, kan Kak?" Aurora berucap pelan, takut Angkasa tersinggung dengan kata-katanya.

Angkasa berdehem. "Kata siapa?"

"Gue."

"Ngobrol juga belajar Ra."

"Belajar your head kak."

"Beneran lo. Nih kita ngobrol ya kita lagi belajar. Gue mempelajari lo, lo mempelajari gue. Belajar kan?"

"Terserah lo deh Kak." Aurora mengedikkan bahunya.

Ia merasa lelah, kakinya masih pegal karena turun dari gunung berjalan selama empat jam, juga perjalanan yang jauh.

Saat pulang ia duduk bersama Retta dan Venus, jadi bisa tidur dengan nyenyak karena saat bersama Angkasa, dalam hatinya Aurora merasa janggal.

"Ra, gue tahu lo semenjak beberapa bulan yang lalu lho, waktu MPLS!"

"Tapi lo bukan pembingbing kelas gue."

"Lo itu perempuan yang pakai sepatu merah di hari pertama masuk. Di hari kedua lo telat, lo dapat hukuman kelilingan lapangan. Hari ketiga lo debat sama kakak kelas gara-gara beda pendapat sampai lo jadi pusat perhatian di kantin."

Aurora mengangguk. "Mungkin, soalnya gue aja lupa. Kok lo bisa tahu?"

"Kan lo jadi perbincangan sana sini, gimana gue nggak tahu?"

"Terus kenapa lo mau jadi guru les gue waktu itu?"

"Gue kan udah jawab Ra."

"Gue lupa Kak."

"Lo butuh gue Ra." Angkasa menatap Aurora serius. "Bayangin kalau gue ngga datang ke kehidupan lo dan lo ngga nerima gue ke kehidupan lo, hari ini kita nggak akan disini kan?"

"Gue kira karena gue adiknya Kak Bintang."

"Gue nggak tahu lo adiknya Kak Bintang. Dulu, Kak Bintang cuma sering nyeritain lo, dia nggak pernah nunjukin foto lo. Kalau ingat-ingat Kak Bintang, gue jadi kangen dia. Dia sosok kakak yang baik." Angkasa menatap lurus, matanya menerawang.

"Kak, lo suka sama Kak Bintang kan? Lo juga udah ketemu sama hantunya Kak Bintang."

"Eh?"

"Kak Bintang cerita sama gue."

"Tapi akhir-akhir ini aneh, Kak Bintang jarang nemuin gue. Terakhir gue ketemu sama dia waktu di hutan itu."

"Kalian ngomongin gue?" Angkasa dan Aurora melebarkan matanya, Bintang ada dihadapan mereka.

🐬🐬🐬🐬🐬

Bersambung ...

🐬🐬🐬🐬🐬

Angkasa ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang