👻👻👻👻👻
Sejatinya setiap pertemuan membawa pesonanya masing-masing.
👻👻👻👻👻
Angkasa dan kelompoknya sudah baris di tempat luas yang menjadi semua tempat para siswa berkumpul saat ini.
Aurora berdiri dibelakang Angkasa, karena disebelah Angkasa ada Venus.
Seorang guru menjelaskan, sekarang waktunya mereka mencari jejak, yang mereka cari adalah sebuah bendera dengan lambang sekolah yang berukuran 15×30.
Semua bendera yang disebar sebanyak 500 bendera. Yang paling banyak mendapat bendera akan dapat hadiah, dan 3 kelompok yang paling sedikit akan mendapat hukuman.
Aurora memeluk dirinya sendiri. Dingin. Sebelumnya ia memang jarang keluar malam.
Peluit dibunyikan oleh guru yang menjelaskan tadi bertanda bahwa mencari jejak dimulai.
"Jangan sampai kita pisah." Instruksi Angkasa pada anggota kelompoknya.
"Disini ada hantu nggak ya?" Tanya Seno ~ entah pada siapa.
"Elo hantunya!" Jawab Retta ketus.
"Daripada hantu, gue lebih takut ada hewan buas." Leo meringis.
"Yakin lo ngga takut hantu?" Seno menatap hutan sekitarnya.
"Nggak Bang, soalnya gue bisa lihat begituan." Leo meringis lagi, ia merinding. Disini banyak sekali.
"Gituan gimana Yo?!"
"Hantu Bang. Disini banyak genderuwo sama pocong, ada kuntilanak, ada tuyul, ada sundel bolong juga. Banyak deh. Bahkan kita diikutin sama kuntilanak." Seno merindin mendengar ucapan serius Leo.
Retta dan Aurora yang mendengar jelas percakapan mereka hanya diam, walau sebenarnya dalam hati Retta ingin kabur dan beterteriak takut.
"Tapi gue pengen pipis! Yo! Temenin!" Seno berlari sambil menarik Leo.
"Kak- Kak Angkasa." Panggil Leo.
Angkasa dan lainnya melebarkan mata, mereka itu ~ padahal belum mendapat satu bendera.
Angkasa mengacak rambutnya. "Kalian disini, gue mau kejer mereka. Jangan kemana-mana oke. Jagaian Aurora sama Retta, Ven. Soalnya lo paling tua disini."
Para perempuan mengangguk takut, setelahnya Angkasa ikut berlari ke arah yang sama dengan Seno dan Leo.
"Kenapa disini sepi banget ya?" Retta perhatikan hanya kelompok mereka yang ada disini. Kemana yang lain?
"Kalian tadi denger ucapan Leo kan? Katanya kita diikutin Kun-" Retta membekap mulut Venus.
"Kun- itu cuma ngikutin laki-laki. Kita perempuan semua." Retta menatap malas Venus.
"Tapi katanya ada Gen-" Retta membekap mulut Venus lagi.
"Gen- cuma doyan anak kecil. Kita udah remaja."
Venus mengangguk. "Ada poc-" Sudah bosan membekap, Retta mencubit lengan Venus.
"Aaaa! Lepasin!" Ringisnya.
Retta melepaskan. "Jangan sebut Poc- nanti katanya datang! Jangan bahas begituan Kak Venus! Lo bahas gituan sekali lagi, gue lari narik Aurora terus gue tinggal lo disini! Biar lo dimakan sama Pocong!" Retta terkekeh, kemudian ia sadar. Dia menyebut apa katanya? Pocong?
"Kalian denger nggak ada suara sesuatu?"
Suara itu ... suara orang cekikikan diiringi suara gesekan daun yang keras membuat ketiganya merinding, benar-benar merinding!
Retta sudah meneteskan air matanya karena terlalu takut, ia ingin pulang, ia ingin tidur nyenyak di kamarnya.
Venus berdehem untuk menetralkan suasana. "Ret, Ra, kalian tau kan apa yang harus kita lakuin?"
"LARI!" Teriak ketiganya bersama sambil berlari dengan arah tak tentu.
👻👻👻👻👻
Bersambung ...
👻👻👻👻👻
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔ (Completed)
Fiksi RemajaCover by @naaverse Idea by @naaverse And Quotes by @naaverse ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Keana Aurora Adalah dedara Masa depan membuatnya membara Ia ingin naik sampai puncak menara Banyak sengsara Sedikit gembira Ingin selalu menjadi juara Tapi selalu merasakan lara...