🌜45.🌛

2.3K 132 2
                                    

🐬🐬🐬🐬🐬

Diantara semua gelap yang kumiliki, inginku hanya kamu yang ada sebagai terang.

🐬🐬🐬🐬🐬

"Gue ngerasa bersalah, bersalah banget." Aurora menunduk matanya sudah berkaca-kaca, ia yakin sebentar lagi air matanya akan jatuh.

Angkasa tersenyum, ia hanya bisa menatap Aurora. "Gue ngga bisa ngehapus air mata lo, tangan gue ngga bisa di gerakkin."

"Jangan deket-deket gue Kak." Aurora menggeleng.

Aurora kacau.

"Lo kenapa sampai begini deh? Gue nggak pa-pa Ra, gue masih hidup nih. Dipukulin kayak tadi nggak bikin gue mati juga."

"Gue khawatir!" Aurora menekan ucapannya agar Angkasa bisa mendengarnya dengan jelas.

"Maafin gue Ra, waktu itu harusnya gue percaya sama lo, gue udah nu-nuduh lo."

Aurora mengangkat kepalanya, matanya menatap mata Angkasa. Angkasa sedang khawatir, entah apa yang dikhawatirkan.

"Jangan bahas itu, jangan inget-inget itu lagi, nanti gue kesel sama lo lagi."

Angkasa menghembuskan napas lega. Tetap saja ia tidak enak karena Aurora memaafkannya begitu saja.

"Lo udah sekarat kayak gini, kalo gue ngga maafin lo berarti gue keterlaluan."

Angkasa tersenyum lagi, kekhawatirannya tidak dimaafkan sudah hilang. "Kalau gue sembuh gue janji bakal bawa lo ke suatu tempat."

"Jangan berantem lagi, Kak Angkasa." Aurora menatap Angkasa kosong.

"Jangan jauhin gue lagi, Aurora."

🐬🐬🐬🐬🐬

Seno berdiri di depan kamar inap Angkasa. Ia menghalangi Retta dan Venus yang ingin masuk.

"Didalam ada Aurora. Biarin mereka berdua dulu, ini kata Tante Tata."

"Minggir Seno!" Venus menginjak kaki Seno.

Sebelum Venus membuka pintu, Retta mencekal tangan Venus sambil menggeleng. "Lo mau gue katain perusak hubungan orang?"

"Yang ada sahabat lo tuh perusak hubungan gue sama Angkasa."

Retta berdecak. "Tante Tata lho yang bilang."

Venus menyingkirkan tangan Retta yang mencekal dirinya.

Andai Seno tidak sigap mungkin Retta sudah jatuh ke lantai.

Venus pergi dengan wajah kesal.

Retta dan Seno berdiri canggung. Retta membereskan rambutnya yang acak-acakan.

Seno duduk ditempatnya tanpa mengucapkan apapun pada Retta.

Retta mengernyit, tak biasanya seperti ini.

Retta duduk disamping Seno.

"Lo dari tadi sejak kapan?"

"Sejak Aurora datang." Seno menjawab, tetapi ia memalingkan wajahnya.

"Lo kenapa Kak Seno?"

Seno menoleh, biasanya Retta hanya memanggilnya dengan nama, tanpa embel-embel 'Kak'.

"Kenapa?" Seno bertanya balik.

"Lo ... udah nggak ganggu gue?" Retta membulatkan matanya.

"Ganggu lo bikin lo nambah benci sama gue kan?"

Retta bingung harus menjawab apa. Seno memalingkan wajahnya lagi.

Ada rasa tidak terima yang Retta rasakan. Ayolah, diganggu oleh Seno adalah hal yang biasa Retta alami, ada yang mengganjal jika Seno tidak seperti biasanya.

"Kak Seno, maafin gue, gue udah keterlaluan sama lo." Cicit Retta.

Seno tersenyum. "Harusnya gue yang minta maaf, selama ini udah gangguin lo."

Hati Retta mencelos. Ia sadar selama ini sikapnya sudah keterlaluan pada Seno. Jika ia tidak suka, harusnya tidak berkata pedas pada Seno juga kan?

"Kak Seno jangan begini." Retta mencicit lagi, ia menarik seragam Seno.

Seno melepaskan tangan Retta pelan. "Gue mau ke kantin rumah sakit."

Seno pergi.

Retta menatap nanar kepergian Seno, daripada ia sendiri disini, mungkin makan bersama Seno bukan hal yang buruk kan?

🐬🐬🐬🐬🐬

"Kak Angkasa."

Angkasa berdehem, ia membuka matanya yang terpejam.

"Dimana yang masih sakit?" Aurora menopang dagunya.

Dengan sekuat tenaga Angkasa memegang dadanya sambil menepuk-nepuk pelan. "Disini ... soalnya kemarin lo nyuekin gue."

"Gue serius!"

"Gue limarius."

"Jangan raguin kepercayaan gue lagi. Kalau bukan lo orangnya ngga bakal gue maafin." Aurora memasang wajah pura-pura kesal, tapi kemudian ia tersenyum.

"Iya Aurora."

"Lo tidur aja, nanti kalau lo udah tidur gue pulang."

"Jangan pulang."

"Gue harus belajar!"

Angkasa tersenyum kecil. "Oke, tapi besok harus kesini lagi."

"Iya Kak Angkasa."

Mata Angkasa kembali terpejam.

Bagi Aurora, Angkasa sudah seperti Kakaknya sendiri, Angkasa bukan pengganti Bintang, karena Bintang tidak pernah ada penggantinya. Angkasa hanya penerus Bintang untuk menjaga Aurora.

Aurora memandangi wajah Angkasa. Damai sekali wajahnya.

🐬🐬🐬🐬🐬

Bersambung ...

🐬🐬🐬🐬🐬

Angkasa ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang