🍬🍬🍬🍬🍬
Ternyata rasa nyaman yang kamu beri hanya sekedar perasaan, bukan sebuah ketetapan hubungan.
🍬🍬🍬🍬🍬
"Nih Ra, dari Kak Angkasa." Retta mengambil bekal dengan kotak makan berwarna biru dari tasnya.
"Kak Angkasa?"
Retta mengangguk. "Sarapan sekarang." Kemudian Retta mengambil botol minuman dari tasnya. "Sama ini."
"Makasih."
Lo pasti belum sarapan, dimakan ya.
Angkasa.
Sebuah note kecil yang menempel pada tutup bekal.
Ya mungkin Aurora tahu perihal kenapa kemarin dirinya tak bisa dihubungi. Aurora jadi teringat surat yang Angkasa berikan. Surat yang sebenarnya memang untuk Angkasa.
Apakah Aurora seharusnya tidak usah memberikan surat itu? Dan bilang isinya memang tentang curahan hati Bintang? Aurora menggelengkan kepalanya, tidak, ia tidak mau berbohong.
"Ra."
"Hm."
Wajah Retta terlihat cemas.
"Gue sebenarnya ngga mau bilang ini, tapi lo satu-satunya orang yang bisa hentiin Kak Angkasa."
"Kenapa?"
Retta mengambil napasnya. Bahkan keadaan Aurora saja sedang tidak baik-baik saja. Tapi Retta sudah terlanjur bilang. Ah, Retta jadi bingung sendiri.
"Pulang sekolah, Kak Angkasa mau tawuran, besar-besaran, dia jadi pemimpinnya!"
Aurora tidak berekspresi apa-apa. Dia sudah mendengar bahwa Angkasa memang sering ikut tawuran, walaupun tak sesering yang lain.
"Dia masih belum pulih Ra dari insiden waktu itu. Terus dia kan Ketua Osis, kalau Sekolah tahu, dia bisa didepak dari Sekolah. Tamat sudah riwayat Angkasa yang rajin, pandai, dan baik hati."
Aurora mengangguk. "Gue bakal hentiin dia."
"Masalahnya ... waktu Kak Angkasa ngasihin bekal ini kesini, dia buru-buru. Dia kayaknya ngga Sekolah, bolos."
"Terus gimana? Emang tawurannya dimana?"
"Di jalan belakang Sekolah."
"Nanti gue kesana."
"Lo! Jangan coba-coba kesana Aurora!" Retta berdecak, harusnya ia tidak membiarkan Aurora tahu.
Tapi bagaimanapun Retta khawatir dengan sepupunya, Angkasa. Semenjak insiden itu, pengeroyokan di bekas Mall, beberapa tubuh Angkasa belum benar-benar pulih.
Angkasa memang tahu caranya membuat orang lain khawatir.
🍬🍬🍬🍬🍬
Jalan di belakang Sekolahnya benar-benar ramai.
Tawuran sudah berlangsung, entah sejak kapan.
Yang jelas disini sepertu hujan batu.
Aurora tak habis pikir. Memang apa untungnya tawuran seperti ini? Tidak ada untung, yang ada malah buntung. Padahal mereka senua adalah masa depan negara. Bagaimana bisa satu kubu saling menyerang satu sama lain. Mereka juga membuat takut warga sekitar.
Aurora menerobos sekumpulan siswa yang sedang bergulat. Matanya mencari kesana-kemari. Ia belum melihat sosok yang ia cari, Angkasa.
Hingga di ujung jalan, Angkasa sedang berhadapan dengan orang yang tingginya menyamai Angkasa. Hanya berhadap-hadapan, sambil menatap tajam satu sama lain. Dan dikelilingi beberapa siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔ (Completed)
Novela JuvenilCover by @naaverse Idea by @naaverse And Quotes by @naaverse ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Keana Aurora Adalah dedara Masa depan membuatnya membara Ia ingin naik sampai puncak menara Banyak sengsara Sedikit gembira Ingin selalu menjadi juara Tapi selalu merasakan lara...