🍓🍓🍓🍓🍓
Kejutan atau kebetulan. Tetapi ini kenyataan.
🍓🍓🍓🍓🍓
Aurora merentangkan tangannya.
Libra membuka-buka buku. "Kemarin nyampe mana ya?" Gumamnya.
"Kak lo kok tau gue ikut olimpiade? Gue belum cerita kan?"
"Kan kata lo mahasiswa psikologi itu cenayang." Jawab Libra tanpa menoleh.
Aurora mengangguk mengerti. "Oh, iya."
Libra membuang napas sambil memutar bola matanya. "Lo tuh terlalu polos atau gimana?"
"Lo kan cenayang, lo bisa bukain hp ini ngga? Soalnya pake pin, tiga tahun gue mikir tapi ngga nemu." Aurora mengambil sebuah ponsel dari kantong celana yang ia pakai, memperlihatkan pada Libra.
Ponsel itu milik Bintang. Aurora benar-benar tidak tahu berapa pinnya, saat bertanya pada Bintang sore tadi, Bintang lupa.
Aurora pernah membawanya ke service hp, katanya bisa terbuka, tapi semua datanya akan hilang.
Aurora tidak mau datanya hilang, karena ada sesuatu yang ingin ia ketahui.
Libra memegangi pundak Aurora. "Ra, mahasiswa psikologi itu bukan cenayang. Faham?"
"Tapi kok lo tau?"
"Gue tau dari Leo, Leo itu adik tiri gue."
"Oh pantesan dia tahu lo ngga kuliah di Harvard."
"APA? ADIK TIRI?" Aurora berteriak.
Ia memegangi mulutnya sendiri, menatap Libra tak percaya, Libra justru terbahak.
Aurora sering menjelek-jelekkan Leo, dan bilang ia benci Leo pada Libra, Kakaknya Leo!
Kenapa Libra baru bilang sekarang?! Auora merasa tidak enak, tentu saja pada Libra.
"Kenapa baru bilang sih?!"
"Lo ngga pernah nanya, lagian ngga penting. Udahlah ayuk belajar, nih soal kalau ngga ngerti tanya." Tumpukan kertas diserahkan kepada Aurora.
🍓🍓🍓🍓🍓
Aurora membalikkan tubuhnya, sejak tadi ia tidak bisa tidur.
Kenapa dunia sempit sekali?
Bagaimana jika selama ini Libra memberitahu Leo bahwa Aurora tidak suka padanya. Tapi dari sikap Aurora saja Leo pasti tahu Aurora tidak suka padanya.
Sudahlah Aurora tidak peduli.
Yang penting sekarang kehidupannya sudah mulai berubah.
Aurora hanya perlu memenangkan olimpiade ini dan mengalahkan Leo.
🍓🍓🍓🍓🍓
Meja makan Angkasa ramai, walaupun hanya ada lima orang disana.
"Udah lama ya aku nggak makan disini." Venus bersorak gembira.
"Tante, nanti aku juga nginep disini ya tidur sama Ananta." Venus mengedip-ngedipkan matanya memohon.
"Modus lo tuh Kak! Bilang aja pengin ketemu Bang Angkasa." Cibir Athala.
Venus memanyunkan bibirnya. Karena dirumahnya tidak ada siapa-siapa Venus ketakutan, jadi ia pergi ke rumah tetangganya ~ Angkasa.
"Kalo Aurora pernah kesini belum Sa?"
"Pernah." Bukan Angkasa yang menjawab, tetapi Mamanya. Angkasa mengangguk.
"Kak Aurora yang cantik itu? Yang mirip aku? Pantesan Bang Angka maunya sama Kak Aurora, soalnya Kak Venus kalah cantik." Ananta antusias bercerita sambil menjulurkan lidahnya pada Venus.
"Sayang sekali, Aurora itu bukan pacarnya Angkasa." Venus balik menjulurkan lidahnya.
"Aku mau ke kamar mandi dulu sebentar." Angkasa pamit.
"Tante, Aurora itu beneran Aurora yang selama i i Angkasa cari?" Bintang sedikit berbisik.
"Iya, adiknya Bintang."
"Wow, dunia itu sempit."
"Semenjak Angkasa kenal Aurora, dia jarang kambuh, dia juga udah ngga minum obat tidur. Tante jadi yakin dia bakal bener-bener lepas dari traumanya."
"Aku seneng Angkasa udah nemu obat yang sesungguhnya."
"Bagi Aurora, Angkasa itu penyelamatnya." Mamanya Angkasa tersenyum.
"Mereka emang cocok, melengkapi satu sama lain." Venus tersenyum sendu, Angkasa mungkin sudah melupakannya, atau memang dari awal Angkasa tak suka padanya.
Sejak kecil Angkasa dan Venus sudah berteman.
Angkasa pernah bercerita bahwa ia mempunyai teman yang lebih tua darinya, namanya Bintang.
Bintang menerangi Angkasa.
Bintang itu baik dan cantik, perhatian dan dewasa juga sosok Kakak yang baik bagi Angkasa.
Mereka sama-sama mempunya penyakit mental jadi mereka mereka merasa bahwa mereka sama.
Venus juga ingin sekali bertemu Bintang, tetapi sayangnya sebelum bertemu Bintang, Bintang sudah pergi terlebih dahulu.
Semenjak itu, penyakit Angkasa yang sudah membaik, mulai memburuk kembali.
Kata Mamany, setiap tidur ia selalu menggumamkan nama 'Aurora' yang entah siapa perempuan itu.
Bahkan ketika saat itu ditanya Angkasa sendiri tidak tahu bagaimana wujud Aurora, dan tidak pernah bertemu Aurora. Jadi, bagaimana caranya bisa menemukan Aurora.
Angkasa pernah bilang, jika ia tidak secepatnya bertemu dengan Aurora, Aurora akan bernasib sama dengan Bintang.
Angkasa tidak mau hal itu terjadi.
Katanya ia akan berusaha menemukan Auroranya, bagaimanapun caranya.
Venus bersyukur, hal yang ia bilang mustahil pada Angkasa, tetapi terjadi, Angkasa menemukan Aurora.
Yang membuat Venus bingung adalah ... Saat Angkasa memutuskannya ia bilang ingin mencari cinta pertamanya di Angkasa.
Venus pikir selama ini cinta pertamanya adalah Bintang, tetapi ia sudah tahu dan paham sekarang.
🍓🍓🍓🍓🍓
Bersambung ....
🍓🍓🍓🍓🍓
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔ (Completed)
Fiksi RemajaCover by @naaverse Idea by @naaverse And Quotes by @naaverse ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Keana Aurora Adalah dedara Masa depan membuatnya membara Ia ingin naik sampai puncak menara Banyak sengsara Sedikit gembira Ingin selalu menjadi juara Tapi selalu merasakan lara...