🍉🍉🍉🍉🍉
Kita hanya butuh saling menyadari, kalau kita saling membutuhkan dan sama-sama tidak ingin kehilangan.
🍉🍉🍉🍉🍉
Baginya, Aurora adalah sosok yang harus ia lindungi.
Angkasa gagal melindungi Bintang.
Angkasa terlambat menyelamatkan batin Bintang yang tersiksa.
Angkasa tidak mau kejadian seperti itu terulang kembali.
Dulu, Angkasa hanya bocah yang sering diam karena ketakutannya. Tidak sekarang, Angkasa belajar semua hal-hal yang perlu ia pelajari.
Angkasa tidak ingin diam seperti orang bodoh lagi. Angkasa harus bergerak agar orang-orang tak pergi meninggalkannya lagi.
Angkasa bisa mati jika hanya berdiam diri, bukan dirinya yang mati, tapi perasaan dan hatinya.
Angkasa yakin selama ada Aurora, ia bisa mengendalikan dirinya sendiri, bahkan Mamanya sadar akan hal itu.
Aurora adalah obatnya, obat satu-satunya, obat yang mungkin bisa menyembuhkannya.
Angkasa hampir kehilangan obatnya karena kesalahan yang ia buat sendiri.
Sayup-sayup Angkasa mendengar suara Aurora. "Sampa ketemu besok Kak Angkasa."
Aurora berbisik, membuat Angkasa merinding.
Setelah yakin Aurora sudah keluar, Angkasa membuka matanya.
Ia hanya pura-pura tertidur agar Aurora pulang. Bukan karena Angkasa tidak mau ada Aurora disini. Angkasa tidak mau egosi, banyak hal yang lebih penting dari Angkasa dalam hidup Aurora, seperti belajar.
Belajar memang masih nomor satu bagi Aurora, kapan-kapan Angkasa akan membuat belajar menjadi nomor dua. Nomor satunya adalah ... tentu saja dirinya.
🍉🍉🍉🍉🍉
"Retta kenapa sih orang jaman sekarang jahat banget? Cuma karena gue deket-deket Kak Angkasa, Kak Angakasa dipukulin sampai masuk rumah sakit." Aurora menopang dagunya di meja.
Ia tidak habis pikir dengan kelakuan orang-orang yang dilihatnya 2 hari yang lalu.
Aurora merasa bersalah. Karena gara-gara dirinya Angkasa masuk Rumah Sakit.
"Namanya juga cerita fiksi Ra. Supaya pembacanya sedikit tegang dong. Lagian yang mukulin Kak Angkasa udah ditangkepin kan?"
"Oh ya? Lo tahu darimana?" Aurora bernapas lega.
Mampus. Retta menelan ludahnya, ia tahu dari Mamanya Angkasa. Retta keceplosan.
"Tadi sih gue denger kata siapa ya? Hm."
Aurora merasakan sesuatu yang gelisah saat menatap Retta. Retta berbohong? Apanya yang berbohong? Atau Retta berbong karena sebenarnya pelaku Angkasa belum ditangkap?
"Ra! Lihat deh!" Retta menunjukkan ponselnya. "Kalau dilihat-lihat orang ini mirip gue kan? Chuu Loona, mirip kan mirip?" Retta mengedip-ngedipkan matanya.
"Lo minta ditampol?"
"Woah. Lo belajar nampol juga?"
Aurora menoyor Retta pelan, sangat pelan. "Aurora lo kok kasar!" Retta mengaduh.
"Karena gue bukan makhluk halus." Aurora diam sebentar. "Kak Bintang makhluk halus tapi dia kasar." Gumamnya tanpa didengar Retta.
🍉🍉🍉🍉🍉
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa ✔ (Completed)
Ficção AdolescenteCover by @naaverse Idea by @naaverse And Quotes by @naaverse ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ Keana Aurora Adalah dedara Masa depan membuatnya membara Ia ingin naik sampai puncak menara Banyak sengsara Sedikit gembira Ingin selalu menjadi juara Tapi selalu merasakan lara...