🌜57.🌛

2.3K 130 2
                                    

🐌🐌🐌🐌🐌

Rasanya seperti orang bodoh. Bersikap tidak jelas karena kurang keberanian.

🐌🐌🐌🐌🐌

Sudah seminggu Angkasa tidak berbicara pada Aurora. Keduanya sama-sama menghindar. Seno dan Rettapun menyadari itu. Tapi Retta tidak mau bertanya, karena Aurora terlihat lemas dan tidak bertenaga akhir-akhir ini. Wajahnya juga terlihat murung. Sepertinya Retta harus berbicara pada sepupunya itu.

Seperti sekarang, padahal waktunya istirahat, tapi Aurora masih fokus pada bukunya. Retta sudah memaksanya untuk ke kantin, tapi Aurora menolak dengan paksa juga.

Brakkk!

Pintu kelas yang sengaja Aurora tutup, dibuka dengan keras. Aurora mendengar, tapi ia memilih untuk fokus pada bukunya.

"Lo punya masalah apa sih sama Angkasa?!" Venus to the point, ia duduk dibangku hadapan Aurora sambil berkacak pinggang.

"Bukan urusan Kak Venus." Jawab Aurora tanpa menoleh pada Venus.

"Gue tuh enek liat Angkasa kayak mayat hidup, nyebelin banget lagi." Venus memutar bola matanya. "Kalian berdua kayak bocah emang ya."

_"Masa Kak Angkasa selebay itu?!"_

Aurora juga bingung. Sebenarnya apa masalah ia dengan Angkasa? Tidak jelas kan?

"Jangan kayak gini Ra." Venus tersenyum. "Gue nggak mau lihat Angkasa kambuh."

"Gue juga nggak ngerti Kak Venus! Kak Angkasa sendiri yang tiba-tiba begitu." Sudak cukup. Menurut Aurora bukan hanya Aurora yang salah disini, bahkan Aurora tidak tahu dimana permasalahannya?

"Kalau sampai Angkasa kenapa-kenapa gue marah sama lo ya." Ucap Venus tajam sebelum akhirnya meninggalkan Aurora sendirian.

🐌🐌🐌🐌🐌

Mungkin Angkasa terdengar lebay. Ia memang seperti raga tak bernyawa akhir-akhir ini. Tidak seperti biasanya. Sudah lama sekali Angkasa tak begini.

Angkasa melampiaskan kekesalannya dengan menulis. Ia menulis surat untuk Aurora. Surat yang berisi bagaimana selama ini perasaanya pada Aurora. Sebuah kata yang tak bisa ia ungkapkan langsung pada Aurora. Entah sudah berapa ratus lembar.

Sejak seminggu yang lalu, beberapa surat ada dirumahnya, hari ini Angkasa baru menulis 3 surat karena sejak pagi banyak tugas. Semua surat dibungkus oleh amplop dengan warna yang berbeda-beda. Selain surat, dalam amplop itu juga ada foto Aurora yang sering Angkasa foto diam-diam.

Mungkin menurut kebanyakan orang tindakan seperti Angkasa terlihat romantis, tapi justru di mata Venus terlihat menyeramkan. Venus menghampiri sahabat yang dulunya menjadi pacarnya itu.

"Jangan kayak orang gila Sa."

"Gue emang gila."

Venus mengambil pulpen yang sedang Angkasa gunakan. Angkasa menatap Venus datar.

"Lo ngga gentle banget jadi cowo! Kalau ada masalah ya diselesaiin. Kalau ada kesalapahaman ya di lurusin. Kalau ada yang ngga jelas ya dijelasin. Bukan menghindar kayak gini."

"Bukan urusan lo."

"Siapa bilang urusan gue?! Emang bukan!" Venus menancapkan pulpen Angkasa dikertas. "Lo nggak bodohkan? Lo mau berakhir kayak gini sama cinta pertama yang lo cari di Angkasa?"

Angkasa menatap Venus tak percaya. "Lo-lo tahu dari mana?"

Venus tersenyum. "Ayo kejar, jangan sampai hilang lagi, nanti diambil Alien Auroranya."

Angkasa mulai lunak. "Gu-gue harus gimana?"

"Emang ada masalah apa sih kalian berdua? Ya Tuhan ... drama banget."

"Gue juga nggak tahu."

"Gimana sih?!"

Angkasa menceritakan kejadian minggu lalu dirumah Aurora. Setelah diceritakan semuanya Venus justru tertawa sekaligus prihatin.

"Itu mah lo nya yang bego. Nembak nggak jelas gitu. Kok nggak romantis? Waktu nembak gue lo romantis tuh."

Angkasa tergelak. "Kan beda. Habis gue gugup banget."

"Waktu ke gue lo nggak gugup?"

Angkasa mengedikkan bahunya. "Enggak sih."

Venus terkekeh. "Berarti lo beneran nggak cinta sama gue ya?!"

"Eum, buk-"

"Udah-udah jangan bahas yang udah-udah. Terus lo mau gimana? Lo mau gini terus sama Aurora? Sampai kapan?"

"Gue juga nggak tahu."

"Aurora sukanya apa?"

"Gue."

"Astaga, percaya diri banget. Siapa tahu Aurora sukanya Seno? Gue sering ngeliat mereka berdua ngobrol berduaan."

"Nggak mungkin. Seno sukanya sama Retta."

"Kan siapa tahu? Plot twist?"

"Jangan ngomong aneh-aneh dong. Omongan kan doa."

"Tapi gue punya ide nih."

"Gimana?"

🐌🐌🐌🐌🐌

Bersambung ...

🐌🐌🐌🐌🐌

Angkasa ✔ (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang