Dufan

3.5K 289 5
                                    

"Ayah" panggil Ananta.

"Ya?" Iqbaal baru saja ingin menyendoki makanan ke mulutnya namun terhenti.

Keluarga kecil ini tengah makan di restoran sederhana setelah pulang pentas seni di sekolah tadi.

"Ayah jangan sama tante Bella ya, nanti Bunda sedih, Anta gak mau bunda sedih lagi" (Namakamu) menoleh.

"Iya ayah" dukung Raffa.

Iqbaal seolah terpojokkan.

"Raffa, Anta, ayah gak bikin bunda sedih kok"

"Itu bunda yang bilang, Anta mau ayah yang bilang"

"Raffa, Anta, ayah gak mungkin dong bikin bunda sedih, kan ayah cuma sayang bunda" sereceh itu mampu membuat pipi (Namakamu) merona. Padahal itu sudah biasa baginya, namun tetap saja.

Natesha yang tidak mengerti hanya diam saja, ia cenderung pendiam. Hanya Raffa dan Ananta yang menjadi saksi hidup (Namakamu) dan Iqbaal yang sempat berpisah

"Habis ini mau ke mana?" tanya Iqbaal.

"Dufan yah!" seru Raffa.

"Boleh, kalau gitu habis makan kita pulang dulu ganti baju, terus ke rumah nenek buat titipin adek ya"

"SIAP KOMANDAN!"

***

"Bun maaf banget ya Iqbaal repotin bunda nitip Tesha sama Aciel"

"Ya ampun Baal, ini kan cucu bunda, santai aja, bunda malah seneng" Iqbaal menyengir.

"Makasih ya bun" ujar (Namakamu)

"Apa sih? Gak usah makasih segala" Rike terkekeh.

"Selamat bersenang senang ya kalian"

"Assalamualaikum bun!" Iqbaal dan (Namakamu) pamit menyalim Rike. Kemudian menuju mobilnya. Raffa dan Ananta sudah masuk ke mobil duluan tadi.

"Go!"

***

"Ayo naik bianglala bun, yah!" Ananta menarik narik tangan (Namakamu). Bahkan sampai sekarang (Namakamu) tidak bisa menghilangkan phobianya dengan ketinggian, apalagi biang lala di dufan lebih tinggi.

"Bunda enggak deh" tolak (Namakamu).

"Yah bun... Ayo dong" Raffa mengerucutkan bibirnya memohon.

"Masih takut?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) hanya tersenyum kikuk.

"Aku gak ikut ya"

"Ada aku kok, gak usah takut"

"Sama aja Baal, gak ngaruh, ada enggaknya kamu, tinggi bianglala tetap sama"

"Cemen ah" (Namakamu) melotot.

"Ayo! Aku gak cemen!" (Namakamu) berjalan duluan menuju biang lala, membuat Iqbaal dan kedua anaknya mengernyit heran. Kesambet apa bunda?

(Namakamu) hanya tidak mau dikatakan cemen oleh Iqbaal. Ia harus berani dan mebuktikan bahwa ia berani, ya sebenarnya hanya pura pura berani. Gengsi terlalu tinggi ya gini, susah.

Keempatnya masuk ke box biang lala. Saat mulai bergerak, (Namakamu) benar saja menutup mata dan meringkuk.

"katanya gak cemen" sindir Iqbaal.

"Enggak"

"Tapi nutup mata"

Raffa dan Ananta hanya menertawai (Namakamu), hilang sudah harga dirinya di depan anaknya.

Super Baby (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang