(Namakamu) tengah duduk di balkon kamarnya memandang langit yang tidak terlalu banyak bintang dan bulanpun hanya separuh.
(Namakamu) menumpukan kepalanya dilipatan tangan yang memeluk lututnya.
Pintu kamar terbuka, Iqbaal baru saja masuk. Menatap (Namakamu) diluar seperti itu membuat Iqbaal sangat merasa bersalah. Iqbaal sudah terlalu bodoh sekarang.
Iqbaal menghampiri dengan ragu. Berlutut dibelakangnya, perlahan tangannya memeluk (Namakamu) dari belakang. Ia sedikit tersentak karena tidak menyadari kehadiran Iqbaal. Ia menegakkan kepala. Lalu hanya diam.
"Aku minta maaf" kalimat yang sudah sangat lama tidak pernah Iqbaal ucapkan, kini kembali terdengar. Maaf hanya untuk mengulangi kesalahan.
"Aku hanya emosi tadi"
"Kamu emang emosian Iqbaal" ujar (Namakamu) tenang.
"Apa yang masih kamu ragukan dari aku? Apa waktu yang sudah lama ini kita udah bareng gak bisa ubah persepsi kamu? Kamu masih ragu sama rasa cinta aku?" ujarnya dengan posisi yang sama. Ketahuilah jika (Namakamu) sudah menjadi wanita yang berani mengutarakan perasaan.
"Enggak"
"Enggak apa?" (Namakamu) membalikkan badannya.
"Aku gak pernah ragu sama kamu"
"Terus kenapa kamu seolah meragukan aku?"
"Aku cemburu"
"Kamu sadar gak sih.. Kamu gak ngasih aku kesempatan buat jelasin, kamu selalu menyimpulkan apa yang kamu anggap benar padahal tidak"
Iqbaal hanya menunduk.
"Kak Junior yang meluk aku Baal, aku gak tahu kak Junior disana, kita gak sengaja ketemu, tiba tiba meluk aku, bukan aku yang mau, aku telpon kamu bukan untuk memperlihatkan kejadian tadi, aku cuma minta kamu jemput Baal" jelasnya
"Iya"
Hanya itu yang bisa Iqbaal katakan. (Namakamu) hanya menghela nafas. Ia memosisikan diri bersiap untuk berdiri, berjalan meninggalkan Iqbaal. Menaiki ranjang kemudian menutupi dirinya dengan selimut. Iqbaal mengusap wajahnya, lalu menutup pintu balkon dan menghampiri (Namakamu).
"(Nam)"
Iqbaal menatap punggung (Namakamu).
"Please..jangan marah" siapa yang tidak kesal jika seperti ini.
"Please..."
"Please..."
"Please (Nam)"
"Brisik! Mau tidur!" (Namakamu) membalikkan badannya menimpuk kepala Iqbaal dengan guling yang ia peluk tadi. Iqbaal menghela pasrah. Berharap esok hari hati (Namakamu) sudah membaik.
***
Iqbaal membuka mata perlahan karena sinar matahari mulai menyebar ke penjuru kamarnya. Tangannya meraba sebelahnya. Iqbaal menoleh. Tidak ada orang. Diliriknya jam dinding.
"Astaga! (Namakamu) kok gak bangunin sih??" Iqbaal langsung melompat dari kasur segera mungkin. Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi.
Setelah mencuci muka dan gosok gigi tanpa mandi Iqbaal langsung mencari keberadaan (Namakamu).
(Namakamu) tengah mencuci piring di dapur, sebuah tangan tiba tiba melingkari pinggangnya
"Kok gak bangunin sih?" tanya Iqbaal.
(Namakamu) rupanya masih kesal dengan Iqbaal. Mau marah tapi tak bisa. Hanya mendiaminya saja.
"Kamu masih marah?" Iqbaal memajukan wajahnya untuk menatap wajah (Namakamu) dari samping.
"Kamu belum mandi ya?" tanya (Namakamu) dengan raut wajah aneh.
"Iya"
"Pantesan"
"Apa?"
"Pantesan bau!" sontak Iqbaal langsung melepas pelukannya dan mundur selangkah.
"Aku mandi dulu ya" Iqbaal langsung berlari ke kamarnya membuat (Namakamu) kini terkekeh dalam diam.
Setelah selesai dengan aktivitasnya, ia menyusul ke kamar. Menyiapkan pakaian untuk Iqbaal. Dan tak lupa untuk memandikan Aciel.
Sesampainya di kamar..
(Namakamu) celingak celinguk ke segala sudut kamar, tempat tidur Aciel, kereta bayi Aciel, kolong kasur, dalam lemari.
"Kamu nyari apa (Nam)?" tanya Iqbaal yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Aciel Baal.. Mana ya?" sibuknya masih mencari.
"Ini Aciel habis mandi sama aku" (Namakamu) langsung menoleh menatap Iqbaal.
"Aaa!!! Bego Iqbaal bego!!!!" (Namakamu) lantas menutup wajahnya, tidak ingin melihat Iqbaal yang tidak memakai apapun. Iqbaal dengan tanpa dosa mengangkat tubuh Aciel yang juga tanpa sehelai benang pun ke udara dengan air yang masih menetes dari tubuhnya.
"Un.." gumam Aciel.
"Lupa bawa handuk tadi"
"Cepetan pakaii!!! Tuh baju nya!!!"
"Kenapa sih, kamu juga udah lihat kan, lebih malah"
Pipi (Namakamu) merona seketika, untuk saja wajahnya ia tutup, kalau tidak Iqbaal pasti sudah berbesar kepala.
"Cepetan pake!!"
"Iya"
Beberapa detik kemudian..
"Udah" (Namakamu) membuka wajahnya kembali.
"IQBAAL GOBLOK!" ternyata Iqbaal hanya memakaikan baju pada Aciel sementara dirinya masih polos.
(Namakamu) hendak keluar kamar, namun Iqbaal memeluknya dari belakang.
"LEPAS BAAL! JIJIK!" sumpah, (Namakamu) merasa geli sekarang.
"Durhaka kamu sama suami!"
"LEPAS!"
"Gak"
"IQBAAL ADA ACIEL!!!"
"Masih kecil, gak ngerti kok"
"IQBAAL SUMPAH GUE GELI!!!"
Iqbaal mencium leher putih (Namakamu) dari samping membuat bulu kuduk (Namakamu) merinding seketika.
"BAAL..." (Namakamu) meronta seperti tahanan.
Iqbaal dengan jahil menjilat daun telinga (Namakamu). Bagian sensitifnya, membuat kaki (Namakamu) lemas seketika tak kuat menopang tubuhnya.
Tanpa disadari Aciel menatap kedua tingkah orang tuanya itu, walaupun ia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan ayahnya. Aciel hanya menatap polos, namun terekam dikepalanya.
Bersambung..
Apa bat part ini..
Jangan lupa woi
Vote comment
Lah ngegas😂😂
Maacih😘❤Salam sayang,
Meliyana
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Baby (COMPLETE)
RomanceSEQUEL IF YOU KNOW "Bikin dedek buat Natesha yuk" "GILA LO BAAL!"