Aciel Ganggu

7K 336 3
                                    

"Yeyyy dedek baru!!!" seru Raffa dan Ananta sedari tadi. Menyambut kedatang Aciel ke rumahnya.

"Mau dedek lagi gak?" tanya Iqbaal.

"Kamu bosen hidup Baal?" sinis (Namakamu). Ia meletakkan Aciel dalam tempat tidur bayi yang sudah disiapkan di kamarnya, bersebelahan dengan tempat tidur Natesha.

"Canda sayang" Iqbaal menyengir.

"Baal Natesha ngantuk tuh" Natesha menguap dalam gendongan Iqbaal.

"Bobo" gumam Natesha.

"Iya sayang, mau bobok ya?" Iqbaal meletakkan Natesha di tempat tidurnya.

"Raffa sama Anta ke kamar ya yah, bun" ujar Raffa kemudian dianggukan kedua orang tuanya.

(Namakamu) segera menidurkan Natesha dengan lantunan kecil dari mulutnya hingga tertidur pulas.

"Oek!!!" Aciel tiba tiba menangis membuat keduanya terkejut. Tak terkecuali Natesha yang juga ikut terbangun.

"Aduh Aciel sayang" (Namakamu) menggendong Aciel menepuk nepuk bokongnya pelan sambil diayunkan ke kanan dan kiri.

"Baal kamu tidurin Natesha tuh"

"Gini nih kalau punya dua anak usia tanggung" gerutu (Namakamu). Iqbaal hanya diam sambil menidurkan Natesha kembali.

Aciel tak berhenti menangis. Membuat (Namakamu) kelimpungan.

"Aku kasih asi ke Aciel dulu"

"Iya"

(Namakamu) berjalan ke ranjang dan duduk di tepinya. Mulai memberikan asi pada Aciel yang perlahan tertidur. Setelah merasa Aciel tidak akan terbangun lagi ia meletakkan kembali ke box bayi.

***

Setahun kemudian..

Natesha menginjak usia 3 tahun dan sudah mulai lancar berbicara. Raffa dan Ananta sudah duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar dan sudah bisa membantu (Namakamu) mengurus adik adiknya.

Aciel dalam masa ini tumbuh menjadi balita yang super aktif. Harus was was jika menjaganya atau mengajak bermain. Padahal dulu ketiga anaknya tidak seaktif ini.

"Un..unn.." panggil Aciel.

(Namakamu) menghampiri Aciel yang berdiri di pinggir box bayi sambil melambaikan sebelah tangannya. Ia segera mengendong Aciel yang mungkin meminta sesuatu.

"Kenapa sayang? Mamam? Mau mamam?"

"Aaaa" Aciel menyengir dengan ucapan yang tidak bisa dipahami (Namakamu). Ia anggap Aciel meminta makan. Ia segera ke dapur membuatkan bubur bayi. Aciel ia dudukan di kereta bayi.

"Assalamualaikum!" sapa Iqbaal.

"Waalaikumsalam Baal!"

Iqbaal mendekati (Namakamu) yang ia dengar suaranya berada di dapur.

"Wah.. Anak ayah lagi ngapain ini?" Iqbaal berjongkok di depan kereta bayi, Aciel terus menyengir seraya bertepuk tangan.

"Minta makan tadi"

"Oh" Iqbaal mengangguk. Menghampiri (Namakamu) lalu mencium kening sang istri.

"Yang lain mana?" tanya Iqbaal. Maksudnya Raffa, Ananta dan Natesha. Seperti terlalu banyak saja anaknya.

"Natesha lagi di kamar kakaknya lagi main bertiga"

Selesai membuat bubur (Namakamu) menghampiri Aciel, sementara Iqbaal sudah ke kamarnya. Ia mendorong kereta bayi sampai ke ruang tengah dan duduk di sofa. Tak lama Iqbaal menghampirinya.

Iqbaal mengambil ahli bubur yang (Namakamu) suapkan.

"Aaa.." Iqbaal menerbangkan sendok seperti pesawat. Aciel tertawa. Tangannya bergerak seperti mengservice sendok. Alhasil bubur tersebut melayang mengenai wajah Iqbaal. Sontak Iqbaal memejamkan matanya.

(Namakamu) menutup mulutnya sendiri, menahan tawa yang akan meledak sejadi jadinya. Ia mengambil mangkuk dari tangan Iqbaal tanpa diminta karena Iqbaal masih terdiam.

Tangan Iqbaal bergerak membersihakan wajahnya. "Kok jahat sama ayah sih?"

"Baal, udah deh Aciel gak mau kamu yang suapin" (Namakamu) terkikik.

Iqbaal mengerucutkan bibirnya. Kemudian berdiri lalu ke dapur untuk membersihkan wajahnya. Tak lama ia kembali dan duduk di sebelah (Namakamu).

"Aciel nakal" Aciel menatap Iqbaal dengan lucu. Kemudian menyengir.

"Anak kamu" ucap (Namakamu).

"Pantes kemarin ngidamnya juga aneh, ngerjain ayah lagi"

"Kamu sih nakal Baal, maksa banget buat Aciel, nurun deh sifatnya"

"Jangan ngomong soal itu depan anak kecil dong"

"Aciel gak akan ngerti Baal, bodoh amat!"

***

Iqbaal dan (Namakamu) pun naik ke ranjang untuk menikmati penghujung malam. Lelah sudah beraktifitas hari ini, harus diistirahatkan agar besok bisa segar kembali.

Keduanya saling berhadapan. (Namakamu) mendekat ke Iqbaal hingga bersandar pada dada bidangnya. Iqbaal mengelus rambut (Namakamu) kemudian mengecup keningnya lama. (Namakamu) hanya memejamkan mata, ini sangat nyaman.

"Thankyou my beloved"

"Thankyou my husband"

Keduanya saling menatap. Padahal usia yang sudah hampir tiga puluh dua masih terlihat seperti sepasang kekasih yang baru menikah. Cinta keduanya tidak pernah berhenti bersemi.

(Namakamu) meraba wajah Iqbaal, tampannya tidak pernah luntur sedikitpun seiring menuanya usia. Iqbaal tersenyum seraya menyingkirkan rambut rambut yang menutupi wajah (Namakamu).

Iqbaal mendekatkan wajahnya. (Namakamu) perlahan menutup matanya. Helaan nafas menerpa kulit wajah keduanya.

"OEKKK!!!"

Keduanua menghentikan aktifitasnya, membuka mata, saling menatap dan menghela nafas.

Bersambung..

Vote 75+ comment 25+?
Nyamoe gak neh😐

Salam sayang,
Meliyana

Super Baby (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang