Chapter 10

1.9K 264 19
                                    

Seorang gadis tergeletak dengan tak sadarkan diri di sebuah hutan, satu tangannya digunakan sebagai tumpuan kepala. Seiring matahari mulai mencari celah melewati dedaunan dan ranting untuk melepaskan cahayanya menuju ke permukaan tanah, tubuh itu mulai bergerak, terlihat dari jari tangannya yang bergerak diikuti dengan matanya yang membuka.

Sebuah lenguhan berasal dari bibirnya, tubuh yang awalnya terbaring kini perlahan berubah menjadi sedikit duduk. Ia terus mengucek matanya berulang kali melihat keadaan sekitar, pohon-pohon rindang dengan dedaunan yang menari di tiup angin, semuanya penuh dengan berbagai jenis pohon.

Telinganya hanya mendengar gemerisik daun yang bermain dengan angin, sesekali suara burung yang bersahutan, tak jauh terdengar bunyi air yang jatuh begitu deras.

Ia mencoba bangun, berdiri dengan sedikit goyah, pandangan kebingungan yang dirasakan ditempat ia berdiri ini sungguh kerasa.

"Tempat seperti apa ini?" batinnya kembali menelisik.

"Tenang im Nayeon ini hanya mimpi dari tidur siangmu, ayo bangun ayo bangun!!!" ucapnya kembali menyadarkan dirinya sendiri.

Plak

Tamparan yang cukup keras itu, dilakukan sendiri oleh tangannya menyadarkan dirinya supaya bangun dari dunia mimpi yang ia yakini.

"Aish, ini menyakitkan sekali" rintihnya mengusap lembut wajahnya yang menjadi sasaran tangannya sendiri.

"Berarti ini bukan mimpi, lalu siapa yang membuangku ke tempat seperti ini, badanku rasanya remuk semua," ia kembali bersuara sambil memegang badannya yang rasanya cukup sakit.

"Aku akan menghubungi Sora unnie untuk menjemputku," Nayeon memeriksa sesuatu di pakainya yang tentu mencari ponselnya.

Wajah khawatir lagi-lagi terlihat jelas, benda pipih kesayangannya itu tak ia temukan.

"Ponselku? Di mana ponselku," gadis itu kembali memeriksa tempat dimana ia terbangun, tak tanggung-tanggung ia juga menyibakkan dedaunan yang gugur yang menimbun tanah  yang cukup tebal itu.

Kosong.

Ia tertegun sebentar, mengingat kapan ia memegang ponselnya terakhir. Ya, di tempat itu. Lokasi syuting terakhir saat ia dihubungi oleh kai dan masuk ke tempat itu.

Bayangkan ketika sebuah arus berbentuk lingkaran menarik tubuhnya, dan ketika seorang laki-laki tampan yang berusaha menolongnya, tangan mereka terlepas, dan ia tak mengingat apapun lagi setelah itu dan tiba-tiba terbangun di tempat seperti ini.

"Tidak, tidak ini semua tidak benar, dan tentu saja tidak mungkin. Ya tidak mungkinkan aku melakukan perjalanan waktu, bwha ha ha ha ha," tawanya pecah sambil memegang perutnya, tak lama tawanya berubah sendu dan berteriak.

"TIDAK BENARKAN? AKU MUSTI APA? AKU TAKUT SENDIRIAN DI SINI? IBU, SIWAN OPPA, SORA UNNIE DIMANA KALIAN?"

Teriakan itu cukup keras, hanya saja hanya suara kicauan yang lagi-lagi ia dengar.

"Apa yang kulakukan? Aku tidak tahu tempat seperti apa ini? rasanya aku tak melakukan dosa besar sehingga aku harus dilempar ke tempat seperti ini, hiks hiks hiks hiks."

Air matanya luruh, ia memangku kedua lututnya dan menyembunyikan wajahnya dan menangis sejadi-jadinya namun tak lama ia kembali melihatkan wajahnya lagi.

Ia teringat bagaimana serakahnya ia ketika masuk ke pintu yang ia duga tempat penyimpanan harta Karun dan inilah yang ia dapatkan.

"Tuhan, tolong ampuni aku, sebenarnya jika itu tempat harta Karun aku akan menyumbangkannya ke panti asuhan dan tempat sosial. Tolong bawa aku dari sini, aku janji akan menjadi orang lebih baik lagi, dan hidup dengan baik, hiks hiks hiks hiks," ia kembali menangis lagi.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang