Chapter 38

1.5K 245 62
                                    

Jaerim sudah kembali di Siam, dan langsung mendapatkan penanganan dari tabib, tak lupa dengan orang yang ditangkapnya kini sedang di tahan.

Putra mahkota menunggui jaerim hingga tabib selesai membalut lukanya, setelah kepergian tabib jaerim mencoba bangun dari tempat tidurnya namun putra berkata ia tak perlu bangun lantaran kondisinya.

"Maafkan kelalaian dan ketidabergunaanku ini yang mulia," sesal jaerim dengan rasa bersalahnya.

"Sudahlah, jangan dipikirkan. Yang jelas kau harus cepat sembuh," kata putra mahkota memegang pundak jaerim kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu.

Hari sudah mulai sore, pencarian gadis itu masih belum tentu titik terang keberadaannya, ia dibawa seperti ditelan bumi, tak ada tanda-tanda pun, bahkan laki-laki yang ditangkap juga enggan untuk membuka suara siapa mereka sebenarnya, dan apa tujuan mereka menculik Nayeon yang hendak di bawa ke pengasingan seiji.

Begitu pun dengan Jun yi, meskipun hubungannya dengan pihak Siam masih bertentangan. Ia juga mengirim prajuritnya untuk menulusuri hutan dimana tempat kejadian untuk mencari adiknya.

Ye in, yang sudah mendengar jika nonanya diculik, tidak tahu harus bersikap seperti apa.

Apa orang yang membawa nonanya adalah orang baik yang membatalkan agar Nayeon tak ke Seiji, atau malah sebaliknya.

Baekhyun dengan tergopoh-gopoh, langsung masuk ke istana dengan sesekali menghadap kebelakang, tubuhnya sudah di penuhi keringat, lingkaran hitam sudah menghiasi matanya, menjelaskan kalau ia tidak tidur semalaman.

Brugg.

Baekhyun bertabrakan dengan perdana menteri Jung, perdana menteri Jung berniat membantu Baekhyun untuk berdiri, namun Baekhyun malah menolaknya.

"Ti-tidak perlu tu-tuan Jung," tolak Baekhyun dengan senyum yang dipaksakan seraya berdiri sambil membersihkan pakaian bagian belakangnya.

"Tuan muda Baekhyun sepertinya tidak istirahat semalam, apa ada sesuatu yang menganggu pikiran tuan muda?" tanya tuan Jung terlihat khawatir dengan penampilan Baekhyun.

"Ya banyak sekali yang menggangguku, terutama kau tua Bangka bersama putri penyihirmu itu," gerutu Baekhyun dalam hatinya.

"Ya, aku memang tidak tidur semalaman, ada beberapa tugas yang diberikan ayah untukku, dan aku harus menyelesaikannya sampai pagi ini," jawab Baekhyun.

"Tuan Hyun pasti sangat bangga memiliki putra sepertimu tuan muda," kata tuan nam.

"Tentu, aku terlahir dengan wajah bak dewa dan memiliki banyak bakat yang tak kau duga sibangka nam," jawab Baekhyun lagi-lagi dalam hatinya.

Baekhyun hanya membalasnya dan seraya untuk izin karena ada sesuatu yang harus dikerjakannya lagi, tuan nam mempersilahkannya meskipun ia menaruh kecurigaan pada anak kucing jelmaan harimau itu.

Baekhyun melihat putra mahkota akan meneguk minumannya, ia yang sudah sampai di depan putra mahkota langsung mengambil minuman putra mahkota dan menghabiskannya sekali teguk.

"BAEKHYUN!!!" bentak putra mahkota melihat sikap Baekhyun yang keterlaluan, laki-laki itu tak merasa terintimidasi sedikitpun, ia memilih duduk dan menetralkan detak jantungnya.

"Kau harus melepaskan putri mahkota, ma-maksudku nona im, kau belum mengirimnya ke Seiji kan?" Tanya Baekhyun.

Memang Baekhyun tahu kalau nayeon akan dikirim ke Seiji pagi ini, tapi setidaknya ia masih berpikir kalau putra mahkota akan menundanya selama ia mencari bukti.

"Aku sudah mengirimnya," jawab putra mahkota.

"KAU," geram Baekhyun tak melanjutkan kata-katanya ia serasa mendapatkan serangan jantung melihat sikap sepupunya.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang