Nayeon menatap dirinya di cermin. Memandang dirinya yang sudah memakai pakaian pernikahan yang berwarna merah nyala.
Ye in begitu semangat untuk mendandani nonanya yang akan menikah hari ini. Sedangkan jantung Nayeon berdetak tak menentu, ia tak menyangka jika hari ia akan melangsungkan pernikahan di tempat asing ini.
Padahal beberapa hari sebelumnya ia sempat merajuk karena ulah putra mahkota, namun di saat di telaga warna semuanya telah terselesaikan, mungkin benar semua ini hanyalah sebuah kesalahpahaman dan putra mahkota yang tidak plin-plan dalam mengambil keputusan.
"Putri mahkota anda benar-benar sangat cantik," puji ye in.
"Aku tahu ye in, tapi aku sangat gugup dan sedikit khawatir," ujar Nayeon apa adanya.
"Tentu Nona akan gugup, ini hari besar bagi nona dan putra mahkota. Semuanya akan baik-baik saja," kata ye in berusaha menenangkan nonanya.
Nayeon hanya mengiyakan, ia masih menatap dirinya di cermin.
"Ayo kita ke aula pernikahan yang mulia, mungkin semuanya sudah menunggu," ujar ye in.
Nayeon mengangguk, akhirnya ia beserta rombongan pelayannya kini meninggalkan istana selatan, Nayeon di bawa ke aula dengan menggunakan tandu kebesaran.
Di selama perjalanan, yang hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit itu, rupanya masih membuat gadis ini sedikit gugup, di dalam tandu kedua tangannya saling meremas satu sama lain, rasanya ia begitu cemas.
Apakah ini yang akan dirasakan oleh calon mempelai sebelum menikah?
Apalagi putra mahkota Gingju, yang tak lain Jun yi yang merupakan kakaknya juga tidak bisa hadir dalam pernikahannya karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ia tinggalkan, ia berjanji akan menemui Nayeon secepatnya, ia juga merasa sangat bersalah karena tidak datang dihari bahagia sang adik.
Mungkin itu juga yang membuat perasaan gadis itu jadi campur aduk.
Kini rombongan pelayan beserta putri mahkota sudah sampai halaman depan aula pernikahan. Gadis itu turun dari tandu dengan dibantu oleh ye in. Gadis itu memandang sekitar, apa begini pernikahan di tempat ini? Sepi.
Ye in juga merasakan hal yang sama, kenapa rasanya jadi aneh begini?
Dari tempat mereka berdiri menuju pintu masuk aula pernikahan, mereka harus melewati beberapa anak tangga, dan tiap samping tangga akan ada bendera yang berkibaran sebagai lambang kebesaran siam dan simbol pernikahan.
Namun gadis yang tak mengerti apa-apa itu, tak begitu mengambil pusing. Beda halnya dengan ye in dan para pelayan dan pengawal yang lain mereka melihat dua lilin yang berada di sisi paling atas tangga.
"Nona," kata ye in khwatir ia langsung memegang lengan Nayeon.
Gadis itu melihat ye in, wajah cerianya sudah berganti dengan rasa cemas bahkan Nayeon dapat merasakan jika tangan ye in bergetar menyentuhnya.
"Ye in ada apa denganmu? Lihatlah kau bahkan lebih gugup dibandingkan aku," kata Nayeon.
Ye in menggeleng, ia bukan gugup melainkan takut, tapi lidahnya kelu untuk berbicara.
"Ayo kita masuk, tidak bagus bukan jika aku datang terlambat," kata Nayeon terus melangkah menaiki tangga satu demi satu, sedangkan ye in dengan langkah berat untuk masuk ke sana terus memegangi Nayeon hingga mereka melewati kedua lilin itu, dan kini dari teras tempat mereka berdiri, mereka bisa melihat kerumunan orang yang memakai baju putih dan membelakangi pintu masuk.
Nayeon terhenti sejenak, sedangkan ye in langsung menutup mulutnya karena shock. Nayeon merasa ada yang aneh dengan keadaan ini, kenapa aula pernikahan yang seharusnya dihias begitu indah kini nampak suram, dan orang-orang itu yang tak adalah para pejabat istana dan tamu undangan lainnya memakai pakaian putih seperti ini, layaknya orang yang berduka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...