Chapter 17

1.6K 255 26
                                    

Bulan sudah berada di ketinggian, bersinar terang tanpa ada yang menghalangi, kesunyian dan kedinginan malam ini sungguh mencengkam dari malam biasanya.

Seorang gadis yang terbaring lelap di tempat tidurnya mulai gelisah, keringat dingin mulai membanjiri wajahnya yang begitu putih dan lembut, kepalanya sudah menggeleng kesana-kemari, mata yang tadi terpejam kini terbuka spontan dengan napas yang memburu, ada yang aneh dengan tubuhnya, tangan kanannya langsung memegang dadanya yang begitu sesak, ia mencoba untuk bangkit tapi kenapa badannya terasa lemas dan tak bertenaga.

Kali ini, rasa yang begitu menyekik itu kian bertambah, dia sudah berada diposisi duduk dengan pemandangan yang tak begitu jelas, samar-samar ia melihat tangannya yang kini berubah biru.

Apakah ini hanya mimpi buruk?

Tapi kenapa rasanya begitu menyakitkan?

Seolah ini kenyataan, seperti kematian yang datang menjemput.

Aku belum ingin mati! Banyak hal yang harus kulakukan!

Jadi sadarkan aku ini hanya mimpi, ya hanya mimpi.

Uhukk

Bugh

Tubuh lemah itu terjatuh kelantai, darah kental yang begitu pekat keluar deras dari mulutnya saat ia batuk.

Gadis itu mencoba menarik tubuhnya untuk menuju ke arah pintu, lagi-lagi sakit ini sungguh menyiksanya, bahkan tangannya sudah biru memucat begitu pun dengan wajahnya sudah berwarna biru mengikuti saraf diwajahnya.

"Ye in, tolong bantu aku," ucapnya lemah berharap ada seseorang yang membuka pintu dan berlari menolongnya.

Ia tak kuat lagi, rasanya ini saat terakhirnya untuk tidak terbangun lagi, napasnya yang tadi memburu cepat kini sudah begitu pelan, penglihatannya semakin gelap, samar-samar ia melihat seorang wanita yang ia yakini ye in berlari sambil memanggilnya Nona, dan setelah itu ia tidak tahu apa-apa lagi semuanya gelap.

"Nona, apa yang terjadi, hiks hiks hiks," tangis ye in memangku tubuh Nayeon yang sudah menbiru dan darah di mulutnya.

Ye in langsung meminta tolong, dan beberapa pelayan langsung masuk, mereka sempat menghentikan langkah mereka melihat kondisi Nayeon yang begitu memprihatinkan,  namun mereka kembali mendekat dengan perasaan khawatir apalagi melihat ye in yang terus menangis.

"Cepat beritahu yang mulia!" Perintah ye in pada salah satu pelayan yang langsung beranjak pergi dengan perasaan cemas, sedangkan ia dan dua orang pelayan lagi langsung mengangkat tubuh Nayeon ke atas tempat tidur.

Uhuk.

Nayeon kembali batuk memuntahkan darah yang begitu pekat menyerupai warna hitam, dengan mata yang tertutup, ye in dengan kedua pelayan itu bertambah cemas.

"Kenapa bisa begini, bukankah sebelumnya dia baik-baik saja, kenapa malah jadi begini? nona ku mohon bertahanlah sebentar lagi tabib akan datang, hiks hiks hiks," ye in tak berhenti menangis sambil melap keringat di wajah Nayeon begitu pun dengan darah di bibirnya.

Pelayan yang tadi diperintahkan menuju kediaman raja, akhirnya sampai dengan tangan gemetaran dan wajah keringatan.

"Tolong sampaikan pada yang mulia jika Nona im Nayeon sakit parah di istana selatan," ucap pelayan itu memohon kepada para pelayan yang bertugas di pintu masuk kediaman raja tepatnya istana barat.

Mendengar itu, si pelayan langsung masuk untuk mengabari raja yang mungkin sedang beristirahat, dan benar raja langsung terbangun setelah dibangunkan oleh ratu yang kebetulan bermalam di sana, karena ratu mendengar ketukan pintu dan suara kasim  yang terus minta maaf karena sudah menganggu istirahat yang mulia.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang