Keadaan mulai berjalan seperti biasanya, namun pengangkatan putri mahkota di percepat sebelum waktu yang di perkirakan, meskipun sebelumnya ada kendala tentang pengangkatan Nayeon sebagai putri mahkota.
Kini gadis itu, didandani dengan begitu anggunnya menggunakan baju kebesaran seorang putri mahkota, berjalan dengan begitu mempesona, diikuti oleh beberapa pelayan di belakangnya.
Aula istana tempat pengangkatan gadis itu sebagai putri mahkota sudah dipenuhi oleh para pejabat istana. Hanya terdapat dua wajah dalam acara pengangkatan itu, yang pertama wajah bahagia dan kedua wajah tak suka.
Namun, sekarang mungkin belum waktunya untuk bertindak makanya pelantikan putri mahkota dapat berjalan dengan baik.
Selama acara pengangkatan, mata pangeran Jong in tak lepas dari gerak-gerik Nayeon, seolah matanya adalah sebuah magnet yang terus tertarik pada medan magnet.
Tak jauh berbeda dengan pangeran Jong in, putra mahkota pun demikian ia menatap pangeran jong dengan begitu jalan dan kadang kembali ke arah Nayeon.
"Mulai hari ini, putri mahkota adalah tanggung jawab putra mahkota. Walaupun kalian masih belum menikah seiringnya berjalan waktu kalian akan menggantikan posisi besar kerajaan Siam," ucap raja pada Nayeon.
Gadis itu mengangguk sambil melirik putra mahkota yang tersenyum jail ke arahnya.
"Hamba mengerti yang mulia," jawab Nayeon.
Kemudian ia berjalan menuju ke tempat duduknya yang berada di sebelah putra mahkota dan tanpa sengaja ia melihat Yun hee yang menatapnya sinis namun gadis itu malah memperlihatkan ekspresi pongahnya membuat Yun hee menggerutu dalam hati.
Auranya sangat terasa, bahkan banyak yang terpukau melihat Nayeon menggunakan baju kebesaran putri mahkota yang tentu hanya ia pakai saat acara pengangkatan dan acara penting lainnya.
Putra mahkota bahkan sempat terpana melihat Nayeon tersenyum manis ke arahnya, matanya tak berkedip, membuat jaerim yang di sebelahnya angkat bicara.
"Yang mulia, anda baik-baik saja," tegur jaerim.
"Uhuhuk." Putra mahkota mencoba menghancurkan kecanggungan ini.
"Ya, aku baik-baik saja," jawab putra mahkota sambil menghirup napasnya beberapa kali sebelum gadis itu sampai dan duduk di sebelahnya.
"Ampun yang mulia, hamba tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai, karena ada sesuatu yang harus hamba kerjakan, harap yang mulia raja dan putri mahkota memakluminya." Tiba-tiba pangeran Jong in berdiri dari tempat duduknya dan angkat bicara membuat semua mata terarah padanya.
"Pangeran tidak usah sungkan, jika itu lebih penting kenapa tidak, acara intinya sudah selesai, bagaimana menurut pendapat putri mahkota?" Ujar raja pada Nayeon.
"A, tentu pangeran tak perlu sungkan," jawab Nayeon tersenyum pada pangeran Jong in, dan pangeran Jong on membalasnya dengan senyuman tak kalah hangat, membuat putra mahkota mendengus kesal dengan langsung meneguk minuman di mejanya dengan sekali teguk dan meletakkannya sedikit kasar membuat Nayeon dan jaerim yang berada dekat dengannya langsung menoleh ke arah pria yang sudah memasang kembali wajah datarnya seperti tidak terjadi apa-apa.
🍃
Kini ye in sedang memijat badan Nayeon, yang terasa begitu pegal karena melewati berbagai jenis upacara pengangkatan yang cukup melelahkan.
"Kini posisi nona, tidak bisa dianggap remeh lagi dan tidak akan ada lagi orang yang semena-mena meremehkan kita," kata ye in terus memijit punggung Nayeon.
"Kau senang?" tanya Nayeon, ye in mengiyakan.
Nayeon terlihat memikirkan sesuatu sebelum akhirnya ia bangkit dan duduk menatap ye in yang kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...