Chapter 21

1.6K 235 15
                                    

"aku tidak mau tahu, ayah harus memberikan gadis itu pelajaran!" Jung yun hee meminta pada ayahnya perdana menteri jung, atas apa yang dilakukan oleh im Nayeon padanya.

"Kau sabarlah Yun hee, kecoak kecil itu memang secepatnya harus disingkirkan, hanya anakku satu-satunya yang pantas menjadi calon ratu kerajaan ini, bukan gadis yang tak jelas asal-usulnya itu," jawab perdana menteri seraya menenangkan Yun hee yang sudah beberapa hari ini harus menjalankan hukuman kurungan.

"Aku akan membalasnya berpuluh-puluh kali lipat atas apa yang ia lakukan padaku," geram Yun hee.

"Tentu saja, lakukan sesukamu," ujar ayahnya menyemangati putri kesayangannya itu.

Setelah kepulangan Nayeon dan putra mahkota dari kediaman pangeran Jong in, sepanjang perjalanan Nayeon hanya mengikuti langkah besar putra mahkota yang terkesan buru-buru, hingga ia tak menyadari jika putra mahkota berhenti mendadak, dan membuat kepalanya menubruk punggung putra mahkota.

"Aiss," Nayeon mengeluh sakit sambil memegang jidatnya, sedangkan putra mahkota langsung membalikkan badannya menatap Nayeon yang masih mengusap keningnya.

"Tak adakah sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya putra mahkota tiba-tiba membuat Nayeon menatap ke arahnya.

"Memangnya apa yang harus kukatakan padamu? Bukankah tadi yang mulia putra mahkota yang mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin dibicarakan padaku" tanya Nayeon balik bertanya.

Putra mahkota sungguh merasa geram jika berbicara dengan gadis bernama im Nayeon ini, ia melihat sekitar cukup sepi, hanya ada beberapa penjaga yang berjaga cukup jauh dari tempat mereka berdiri.

"Dindingpun bisa mendengar, jadi cari tempat lain," ucap putra mahkota kembali melanjutkan perjalanannya lagi, kali ini Nayeon berjalan sedikit menjaga jarak dari putra mahkota ia tak mau kecelakaan kecil itu terjadi lagi.

Di sinilah mereka, disebuah perpustakaan besar kerajaan Siam. Tempat ini hanya akan ramai di waktu tertentu apalagi musim pelajar/sarjana muda mulai naik tingkat.

"Untuk apa kita ke sini?" tanya Nayeon.

Putra mahkota langsung mengambil tempat duduk.

"Kau akan berdiri di sana untuk pembicaraan yang cukup serius ini?"

Nayeon segera duduk, namun kenapa putra mahkota menatapnya seperti itu, tajam tanpa pergerakan sama sekali.

"Siapa kau sebenarnya?"

Pertanyaan itu langsung keluar dari mulut putra mahkota, membuat Nayeon terperanjat, tapi gadis itu tak cemas sama sekali.

"Apa yang kau katakan putra mahkota? Aku sama sekali tidak mengerti," sangkal Nayeon sambil tertawa canggung.

"Aku tahu kau paham apa maksudku,"  jawab putra mahkota terus memberikan intimidasi pada Nayeon.

"Kalau kau tidak mengatakannya terus terang, bagaimana aku mengerti apa maksud pembicaraanmu," ujar Nayeon.

"Baiklah, sepertinya calon putri mahkota lebih suka bermain-main rupanya," ujar putra mahkota menopang dagunya dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain sudah mengambil pedang yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya dan dengan tak terduga ujung pedang itu sudah hampir menyentuh leher Nayeon.

Gadis itu cukup shock, ini pedang sungguhan sedikit saja tangan putra mahkota bergerak, bisa dipastikan ujung pedang yang cukup tajam itu akan melukainya.

"Kau ingin membunuhku?" tanya Nayeon tampak tenang.

"Aku tidak akan main-main jika itu seorang penipu," jawab putra mahkota enteng, Nayeon tersenyum, dan putra mahkota berpikir ini lebih menarik dari apa yang ia pikirkan melihat reaksi gadis di depannya ini.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang