Chapter 37

1.4K 253 50
                                    

Pengasingan seiji bukanlah tempat yang dekat dari kerajaan Siam. Saat gadis itu diiring keluar dari istana, sudah banyak rakyat Siam yang menunggunya dengan pandangan menghina, mencemooh, mencaci dirinya, bahkan tak tanggung-tanggung sayur-sayuran busuk juga ikut di lemparkan ke arahnya.

"Sebaiknya wanita itu dihukum gantung saja!"

"Untung gadis itu tak jadi menikah dengan calon raja kita."

"Akan jadi apa Siam, jika memiliki calon ratu seperti dia."

"Aku dengar yang dibunuhnya adalah anak jenderal besar yang berjasa pada Siam, dan juga sahabatnya putra mahkota."

"Tak kusangka sifat iblisnya tertupi dengan wajah polos itu."

"Bukankah dia adik perempuan putra mahkota kerajaan Gingju?"

Kira-kira begitulah krusak-krusuk orang-orang yang menatap Nayeon yang tertunduk dalam kurungan kecil itu.

Nayeon tak menangis, bukankah ini hanya seperti saat ia di lempar telur ketika ada fitnah yang mengatas namakan dirinya, dia tidak akan marah atas apa yang dibicarakan orang terhadapnya.

Saat ini ia hanya kecewa pada satu orang, orang yang paling diharapkan pengertiannya, namun dirinya jugalah yang membuatnya terjatuh dan tenggelam.

Terik matahari makin menyengat, perjalanan itu tetap dilanjutkan, diam-diam dari belakang jaerim terus mengawasi rombongan pengawal yang membawa Nayeon ke pengasingan sesuai perintah putra mahkota.

Tanpa mereka sadari, ada puluhan mata yang mengintai pergerakan mereka dari balik semak-semak jalan yang mereka lewati, bahkan sebagian dari mereka sudah mengambil anak panah beserta busur yang siap menerkam target, yakni para pengawal tersebut.

Goyangan angin dari arah timur, bertepatan saat anak panah dilepaskan dari busurnya. Para pengawal kerajaan tak menyadari jika musuh sudah mulai beraksi.

Belasan dari mereka sudah menjadi target, dan tumbang di tempat. Sadar akan kondisi, para pengawal bersiap menyerang ketika gerombolan musuh datang dari empat arah mata angin.

Pertarungan tak dapat di elakkan satu sama lain.

Lalu bagaimana dengan gadis itu?

Keberadaan gadis itu, terlihat tidak penting. Tak ada satupun pengawal yang bertahan di tempatnya. Ia kelihatan ketakutan ketika para musuh dengan gampangnya menghabisi para pengawal.

Nayeon tak bisa keluar dari penjara besi kecil itu, ia terkunci di dalam sana.

Jaerim yang tadinya menjaga jarak dengan pengawal kerajaan, melihat sesuatu yang tidak beres, karena adanya penyerangan tiba-tiba dari kelompok yang tidak ia ketahui dari mana asalnya, langsung mengambil tindakan untuk membantu para pengawal.

Adu pedang pun terjadi. Hidup atau mati. Membunuh atau di bunuh. Sekitar dua puluh menitan, pihak pengawal kerajaan terlihat kesulitan melawan para musuh yang terlihat ahli dalam keadaan ini.

Bahkan jaerim, yang memiliki kemampuan di atas rata-rata itu juga sudah kewalahan mendapat serangan beruntun, ia hanya bisa bertahan dan menangkis beberapa serangan tanpa ada kesempatan untuk melawan.

Di sela-sela perperangan tersebut, Jaerim memberi perintah pada salah seorang pengawal untuk kembali ke Siam dan mengabarkan semua ini pada raja maupun putra mahkota.

Kini fokusnya terbagi melihat Nayeon yang ketakutan dalam kurungan besi itu sambil memegang kepalanya.

Sreet.

Saitan pedang yang di asah begitu tajam itu mengenai lengan jaerim, kesempatan itu digunakan oleh para musuh untuk menyerang jaerim, meskipun mendapatkan luka sayatan ia harus tetap melawan para musuh itu.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang