Extra part 1

2.2K 303 62
                                    

Kegelapan perlahan mulai menghilang. Digantikan dengan cahaya putih yang remang-remang mulai menelusup masuk.

Kelopok mata itu mulai membuka, yang mulanya sayu kini sudah terbuka sempurna. Matanya menyelidik, mencari tahu dimana keberadaannya kini.

Dari tempatnya berbaring, bisa terlihat jelas gedung-gedung tinggi yang menjulang ke langit, apalagi menara Seoul yang menjadi ikon penting negri ginseng tersebut. Belum  usai sampai di sana matanya kembali menoleh ke samping. Di sampingnya ada tiang infus, tanpa diperintah matanya kembali menuju ke bagian tangannya yang sudah terpasang infus.

Gadis itu kembali menutup mata, dan perlahan mengambil napas kemudian membuka matanya lagi, hanya ada sorot kebingungan di sana, tempatnya tak berubah, sama seperti yang ia lihat saat ia bangun.

Setetes air mata jatuh begitu saja, dadanya menjadi sesak diiringi dengan suara pintu terbuka menampakkan sosok yang sangat dikenalinya langsung bergegas ke arahnya.

"Kau sudah bangun?" tanya seorang laki-laki yang tak lain adalah im Siwan.

Gadis itu tak menjawab, ia hanya mencekam dadanya yang begitu sakit sambil menggeleng, merasa khwatir Siwan langsung memanggil dokter untuk memeriksa keadaan adiknya, im Nayeon.

"Bagaimana keadaan adik saya dok?" tanya Siwan melihat dokter keluar dari ruang rawat adiknya.

"Kondisinya sudah mulai stabil, besok dia sudah bisa pulang, hanya saja ada sesuatu yang menganggu pikirannya," jelas dokter tersebut.

Siwan mengucapkan terima kasih sebelum ia kembali masuk melihat keadaan Nayeon. Gadis itu tak ada di ranjangnya ia sudah berdiri dengan tiang infus yang di bawanya memandang suasana kota Seoul yang cukup cerah hari ini.

"Kondisimu belum sepenuhnya pulih, jangan banyak bergerak."

Siwan memegang pundak Nayeon dari samping, membuat gadis itu menoleh.

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku ada di rumah sakit?"

"Kau benar tak ingat apa yang terjadi?"

Gadis itu menggeleng.

"Kau menghilang begitu saja selama seminggu, aku, ibu dan Sora sangat khwatir apalagi setelah mendapat kabar kalau kau tak sadarkan diri di taman tempat biasanya kau sembunyi," jelas Siwan yang merasa marah dengan perangai adiknya.

"Aku bukannya menghilang kak," sela gadis itu.

"Lalu kabur?"

Gadis itu mendengus.

"Apa kakak percaya perjalanan waktu? Aku baru saja mengalaminya," jelas gadis itu ragu-ragu.

"Di mimpimu?"

"Tidak. Ini kenyataan dan bukan mimpi. Saat itu aku bukan menghilang tapi aku ditarik oleh sebuah pusaran yang berada di salah satu ruangan dibangunan kuno itu," jelasnya lagi berusaha meyakinkan kakaknya.

Siwan mengelus rambut adiknya.

"Jangan membuat lelucon, aku tetap akan marah padamu. Aku tahu masalah itu masih terus jadi beban untukmu, tapi jangan menghilang begitu saja," kata Siwan.

"Kak, aku tahu kau mungkin tak percaya dengan apa yang kukatakan, tapi tolong dengarkan aku dulu," pinta Nayeon Sendu.

"Baiklah.'

Siwan kembali membawa Nayeon keranjangnya dan mendengar apa yang yang ingin dikatakan Nayeon.

Siwan melirik jam tangannya, 60 menit berlalu.

"Apa kau masih belum percaya padaku?" tanya Nayeon setelah mengakhiri semua yang telah ia lalui dan alami.

Siwan memberikan segelas air putih untuk Nayeon yang sudah ada di meja, gadis itu langsung mengambil dan meminumnya, sungguh tenggorokannya terasa kering karena bercerita.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang