Putra mahkota kini satu kuda dengan Nayeon, walaupun gadis itu sempat menolak tapi tidak Putra mahkota namanya jika tidak memaksakan kehendaknya.
Sedangkan rombongan pangeran Jun yi memilih untuk pergi terlebih dahulu, diikuti oleh rombongan Baekhyun di belakang baru kemudian putra mahkota.
Posisi putra mahkota yang seperti memeluk gadis di depannya dengan memegang tali kekang kuda ia bahkan tak memacu kudanya lebih cepat untuk menyusul yang lain, tapi malah semakin melambat kadang membuat Nayeon bingung.
"Apa kudanya kelelahan?"
"Sepertinya," jawab putra mahkota tersenyum dengan posisi mereka saat ini, matahari semakin menutup dingin mulai menyelusut, tangan laki-laki itu seolah menjadi penahan agar dingin tak mengambil kesempatan untuk merasuk pada gadis itu.
"Kalau begitu kita berhenti saja," kata Nayeon.
"Tidak, kalau kita berhenti kita akan ketinggalan jauh dan akan lama sampai ke istana," ujar putra mahkota.
"Tapi ku rasa bukan kudanya yang kelelahan."
"Lalu?"
"Yang mulia yang tidak ingin memacunya lebih cepat bukan?" Kata Nayeon.
"Aku tidak memiliki tenaga karena seharian mencari putri mahkota," kata putra mahkota.
"Kalau begitu kenapa tidak membiarkan aku bersama pangeran Jun yi, mungkin aku sudah sampai di istana."
"Apa dia begitu lebih menarik dariku? Dia hanya orang asing!" Nada putra mahkota tidak suka.
Laki-laki ini terlihat sekali sedang cemburu, dan Nayeon sangat suka melihat itu, entah kapan ia mulai menikmati semua ini.
"Dia sangat mirip dengan kakakku, tapi yang mulia putra mahkota sangat baik untuk orang asing ini sampai mencariku," kata Nayeon membuat wajah putra mahkota seketika dingin.
"Kau bukan orang asing, dan tidak akan pernah menjadi orang asing untukku," kata putra mahkota seperti hembusan angin yang samar-samar terdengar oleh Nayeon ia bahkan terlihat lebih memeluk gadis itu dalam dekapannya dan terlihat lebih memacu kudanya dengan cepat.
"Kalau aku katakan kalau aku sudah jatuh dalam pesonamu apa aku adalah gadis yang paling bodoh?" tanya Nayeon.
"Tidak, kau adalah gadis yang paling beruntung bisa memiliku, terutama hatiku," jawab putra mahkota langsung mencium pipi kiri Nayeon dan kembali menarik kepalanya sambil tersenyum.
"Aku menyukai mu im Nayeon, jadi jangan tinggalkan aku, kalau itu terjadi kau sudah membawa separuh jiwaku," kata putra mahkota seperti permohonan takut jika suatu saat gadis itu akan pergi.
"Aku tidak ingin berjanji, tapi aku akan melakukan yang terbaik," jawab Nayeon.
Ia tak ingin menjanjikan satu hal yang nantinya tidak akan bisa ia tepati, tapi jujur dalam hatinya ia juga sudah terbiasa dengan kehadiran laki-laki ini.
🍃
Raja menyambut kedatangan pangeran Jun yi beserta rombongannya, setelah disibukkan dengan kejadian buruk yang menimpa ratu dalam perjalanan menuju istana donghak hingga ke kabar hilangnya Putri mahkota.
Namun semuanya tak terjadi lama, setelah Baekhyun membawa kabar jika putri mahkota sudah ditemukan dan sedang perjalanan bersama putra mahkota menuju istana.
Apalagi setelah mengetahui jika pangeran Jun yi yang menyelamatkan putri mahkota, raja sangat berterima kasih hingga ia mengundang pangeran Jun yi untuk menikmati jamuan teh berdua.
"Aku harus memanggilmu Jun yi atau im Siwan?" tanya raja sambil bersulang dengan pangeran Jun yi.
Pangeran Jun yi sempat tersenyum dan ia meneguk tehnya sebelum menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...