"Nona kau memang luar biasa," puji ye in pada Nayeon sambil memijit ke dua kaki Nayeon, sedangkan gadis itu tersenyum sambil menikmati kue manisan yang tinggal setengah di dipiringnya.
"Itu belum seberapa, tapi semua ini berkat dirimu ye in, yang menceritakan semua padaku, kalau tidak mana mungkin aku mendapatkan ide seperti itu," ujar Nayeon tersenyum menang.
"Tapi bagaimana Nona bisa mengeluarkan air mata seperti itu?" tanya ye in penasaran.
"Oh itu bakat yang kubawa sejak lahir, tidak semua orang bisa lakukannya, kalau bisa itu juga butuh proses," ujar Nayeon ye in hanya mengangguk.
"Perdana menteri Jung pasti tidak akan melepaskan kita Nona, bagaimana kita akan menghadapinya nanti," cemas ye in.
Nayeon menghentikan makannya, ia pikir juga begitu.
"Kau tenang saja, aku sudah cukup menonton film seperti ini, tapi apa benar cerita kalau aku memang dibawa oleh yang mulia raja saat aku masih kecil?"
Ye in mengangguk, cerita itu bukan sesuatu yang perlu disembunyikan lagi, semua orang sudah tahu itu semua, hanya saja yang mulia raja untuk tidak menanyakan dari mana asal usulnya.
"Kenapa bisa begitu?" Pikir Nayeon penasaran, ye in hanya mengangkat bahunya tak menentu.
"Ye in bisakah kau menemaniku untuk berjalan keluar istana ini, sungguh aku jengah berada di dalam putaran ini," ujar Nayeon.
"Tapi Nona tidak diizinkan untuk keluar dari kawasan kerajaan," sela ye in.
"Kenapa tidak bisa?" Nayeon tentu saja tak terima.
"Ini untuk kebaikan Nona sendiri, mengingat kejadian yang hampir membuat Nona kehilangan nyawa," ujar ye in.
"Tapi aku tidak bisa terus berada di sini, aku tidak bisa terkurung di tempat ini," celetuk Nayeon.
"Kalau begitu kita pergi diam-diam saja, tidak masalahkan," sambung Nayeon yang langsung membuat ye in menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? kau tak mau ikut? Kalau begitu aku akan pergi sendiri saja," ujar Nayeon melihat ye in selalu plinlan.
"Bukan begitu Nona, itu sama saja kita melanggar titah Raja, dan hukumannya adalah hukuman mati," lagi-lagi kenapa terus kata hukuman yang menjadi kata favorit di tempat ini.
"Asal raja tidak tahu, tidak akan ada yang namanya hukuman mati, kau harus tahu diluar itu lebih menyenangkan dari pada di dalam sini," bujuk Nayeon.
Ye in sempat bimbang, sudah lama juga ia juga tidak keluar, untuk melihat suasana di balik tembok kerajaan.
"Bagaimana kau ingin ikut atau aku yang pergi sendiri?" Nayeon kembali menghasut ye in yang langsung terbujuk dan mengiyakan.
"Kalau begitu ayo kita siap-siap," jawab Nayeon bergegas ke kamarnya.
🍃
Suasana diluar yang begitu ramai, dengan berbagai kesibukan masing-masing, menjajakan barang dagangannya, ada juga yang berpuisi romansa yang menjadi tempat kerumunan yang banyak didatangi oleh para gadis, belum lagi perhiasan yang begitu menarik, seperti tunsuk rambut.
"Whaaah aku menginginkan ini ye in," ucap Nayeon antusias apalagi saat pedagang itu mengambilkan tusuk rambut yang dia inginkan.
"Nona uang kita sudah tidak tersisa lagi, semuanya sudah habis untuk membeli semua makanan yang tadi nona makan," ye in mengucapkan itu dengan wajah yang begitu tersiksa apalagi melihat raut wajah Nayeon yang berubah muram.
"Kenapa kau tak membawa uang banyak ye in? Siapa tahu besok kita tidak bisa keluar lagi," keluh Nayeon memijat kepalanya.
Terpaksa mereka harus meninggalkan kedai perhiasan itu tanpa membawa apa pun, jalan Nayeon sudah gontai, matahari juga sudah mulai meninggi belum lagi ye in yang terus mengoceh agar mereka segera kembali ke istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...