Chapter 8

1.8K 250 20
                                    

Laki-laki yang tanpa mengunakan atasan itu terbangun dari tidurnya, ketika sang mentari sudah mulai melihatkan cahaya dan menebus jendela kaca yang langsung mengusik tidur seorang pria.

Ia terduduk, dengan mata menyipit ke arah sebelah kiri, tepat di sampingnya, melihat tempat tidurnya yang tidak menemukan apa-apa namun terlihat kusut.

"Itu sama sekali bukan mimpi! Aku merasakannya, ada seseorang yang memelukku," ujarnya mengingat saat semalam ia dipeluk seseorang, namun  awalnya itu hanya sebuah mimpi atau ilusi sebagainya. Karena, siapa yang berani menorobos ke apartemennya malam-malam, apalagi password-nya hanya dia yang tahu.

"Hantu mana yang berani menggodaku, dan memelukku seenaknya, tapi tak kupingkiri tadi malam adalah tidur ternyenyakku," ucapnya bangun langsung ke kamar mandi.

Lima belas menit kemudian ia keluar dari kamar dengan pakaian santai tapi malah menemukan jae duduk di sebuah sofa dengan sebuah sepatu wanita di atas meja.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya laki-laki itu yang masih berdiri di balik pintu dengan  kedua tangan yang ia letakkan kedalam saku.

Jae langsung berdiri dan sedikit menunduk.

"Maafkan aku Tuan, ada sesuatu yang perlu ku katakan," ucapnya.

Laki-laki itu mendekat, matanya melihat sepatu wanita yang ada di atas meja.

"Untuk apa kau membawa sepatu wanita ke tempatku? Dan seenaknya meletakkannya di atas meja?" ucapnya membuang sepatu itu dengan satu kakinya begitu saja.

Jae, sudah biasa melihat sifat majikannya seperti ini, bahkan ada yang lebih parah, namun yang membuatnya tak mengerti adalah pertanyaan majikannya mengenai sepatu wanita itu.

"Bukan aku yang membawanya Tuan, justru aku menemukannya di bawah meja dan kursi," jujurnya.

Kedua alis laki-laki itu terlihat menyempit pendengar pengakuan tangan kanannya.

"Hmz, apa semalam Tuan membawa seorang wanita ke sini? Dan melakukan_" tanya jae sedikit hati-hati namun ia tetap penasaran dengan asal usul sepatu wanita ini.

"Kau sudah bosan hidup, hah?" Ucap tuannya dengan melayangkan pandangan tajam pada jae, yang langsung menelan ludah.

"Tapi, Tuan tidak mungkin sepatu ini datang sendiri kan?" tanya jae.

"Lalu kau pikir aku yang memakainya?" tanyanya lagi.

" Bukan itu maksudku, tapi jika Tuan punya teman wanita, setidaknya itu adalah sedikit kemajuan," ucap jae dengan pandangan yang menunduk.

"Jae, kalau aku mau, aku bisa mendapatkan siapa pun yang aku mau, hanya saja tidak  wanita sembarangan yang bisa dekat denganku," ucapnya langsung duduk dan menekan sebuah tombol yang ada pada mesin yang seukuran dispenser yang spontan mengeluarkan minuman ginseng yang lengkap dengan cangkir dengan ukiran ginseng merah yang mempesona.

"Bagaimana kau masuk ke sini?" ucapnya meminum ginseng itu, sebenarnya pertanyaan itu memang sudah memenuhi pikirannya ketika melihat jae sudah ada di apartemennya.

"Sebenarnya, kemarin aku lupa memberi tahu Tuan, kalau ada masalah dengan pintu kunci digitalnya, maksudku digitalnya error," jelas jae takut-takut.

Mendengar penjelasan jae, laki-laki itu langsung menaruh cangkirnya sedikit kasar.

"Error kau bilang jae? Bagaimana mungkin," ungkapnya tak terima.

" Itu mungkin saja Tuan secara apartemen ini sudah lama tak di pakai, dan masalahnya pin apa saja yang dimasukkan dengan 6 digit tetap saja akan memberikan akses masuk dan terkunci otomatis," jelas jae.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang