Chapter 12

1.7K 240 9
                                    

"Ye in," ucap Nayeon. Dengan cepat ye in mendekat ke arah Nonanya  yang sedang menaruh kepalanya di atas meja.

"Aku sangat bosan!" ujar Nayeon lesu.

"Bukankah jika Nona bosan, nona akan menyulam, hamba akan mempersiapkan peralatannya," ujar ye in.

"Me menyulam? Aku" tunjuk Nayeon pada dirinya sendiri.

Ye in mengangguk.

Yang benar saja, memegang jarum jahit saja ia tak pernah apalagi menyulam.

"Tunggu sebentar," ucap ye in bergegas pergi dan tak lama ia kembali dengan membawa beberapa sulaman yang begitu indah, diantaranya sulaman berupa bunga lotus, bunga anggrek, bunga Kamboja.

Mulut Nayeon terbuka lebar, jari jemarinya bergerak untuk menyentuh sulaman yang begitu menawan tersebut.

"Wahhh, ini bagus sekali," puji Nayeon, ye in hanya tersenyum melihat tingkah Nonanya.

"Nona bahkan melewatkan waktu makan dan istirahat untuk membuat ini," ujar ye in.

"Tapi ye in, kau tahu kan apa yang terjadi padaku?" ujar Nayeon sendu membuat wajah ye in ikut mengiba.

"Nona tidak mengingat apapun," jawab ye in dengan wajah tertunduk.

"Kau benar, begitu pun dengan ini( Nayeon menyentuh sulaman itu lagi) aku juga tidak mengingatnya jika aku yang membuat ini, bahkan kemampuan untuk menyulampun kurasa sudah hilang," ujar Nayeon.

"Nona bisa mencobanya kembali," ye in menyemangati.

"Hari ini aku tidak berminat, adakah tempat yang bisa kita kunjungi untuk menghilangkan kejenuhanku," ujar Nayeon.

"Hmhm, seminggu sekali biasanya akan ada pertunjukan berkuda, di aula bebas bagian belakang istana, dan tepatnya hari ini, waktunya sebentar lagi," ujar Ye in.

Nayeon terlihat berantusias mendengar apa yang di katakan ye in,  sepertinya itu sesuatu yang menyenangkan untuk dilihat.

"Ayo kita kesana!" Nayeon langsung beranjak dari duduknya dan menarik tangan ye in.

"Tapi Nona, bahkan sebelumnya Nona mewanti-wanti untuk tidak pernah kesana setelah kejadian itu," ujar ye in.

"Kejadian apa?" Ujar Nayeon.
Ye in lupa dengan kondisi Nayeon yang tak ingat apa-apa, terpaksa ye in harus menceritakan kejadian saat dimana Nayeon (Nona sebenarnya) terpaksa menerima tantangan dari anak kepala perdana menteri untuk menunggangi kuda, saat itu ada dua kubu yang saling bersaing, tepat pula hari itu ibu pangeran Jong in berulang tahun, ia meminta agar Nayeon memberikannya sedikit hiburan di hari yang bahagia ini dengan pertunjukan menunggangi kuda. Ratu yang juga hadir saat acara itu dengan halus mencoba menolak permintaan selir Choi, tak habis pikir selir Choi mengatakan jika yang mulia ratu terlalu memanjakan Nayeon, bukankah suatu saat nanti ia akan menjadi ratu selanjutnya negeri ini? Setidaknya dia harus menjadi wanita yang kuat dan pemberani.

Yang mulia ratu menjawab, pandai menunggangi kuda bukanlah suatu keharusan untuk menjadi seorang ratu.

Perdebatan itu jelas terlihat walaupun satu sama lain, dari kedua wanita itu tetap menyunggingkan senyum ramah pada lawan bicara, Nayeon ( lama) tau jika selir Choi ingin membuat yang mulia ratu kehilangan muka demi dirinya, apalagi melihat reaksi para pejabat yang mengiyakan apa yang dikatakan selir Choi yang ada benarnya.

"Calon putri mahkota harus belajar banyak pada putri perdana menteri Jung, agar kelayakannya untuk menjadi seorang ratu masa depan negri ini benar-benar adanya," ujar selir Choi.

Sedangkan anak perdana menteri Jung terlihat tersenyum mendengar pujian dari selir Choi, ia bahkan membuka suara untuk menemani Nayeon menunggangi kuda sampai batas akhir.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang