"uhh"
Akhirnya Nayeon sampai di kediaman putra mahkota tepatnya di istana timur.
Dilihat dari tempat ini dan dibandingkan dengan kediamannya, jelas jauh berbeda apalagi dengan pengawal yang berdiri di setiap sisi.
Nayeon di antar oleh ye in sampai ke gerbang, sisanya hanya Nayeon yang harus masuk sendiri, karena memang bukan sembarang orang yang diizinkan atau masuk ke dalam kediaman tersebut.
Pintu utama di buka oleh para dayang, tanpa banyak bicara Nayeon langsung masuk, ia jelas melihat putra mahkota sedang berbicara dengan seseorang begitu serius, namun hanya punggung orang tersebut yang dapat dilihat Nayeon.
Putra mahkota menyadari keadaan Nayeon, dengan sebuah anggukan yang ia berikan pada laki-laki yang kembali memasang cadarnya yang merupakan tangan kanan putra mahkota, setelah itu ia juga mengambil pedangnya yang tadi ia letakkan di sebelah sisinya, kemudian tanpa menyapa Nayeon ia melewati gadis itu yang terus menatapnya intens.
"Apa kau tidak mengucapkan salam?" Suara putra mahkota mengalihkan fokus Nayeon, dengan cepat Nayeon mendekat dan sedikit menunduk.
"Selamat malam yang mulia putra mahkota," ujar Nayeon.
Putra mahkota mengangkat alisnya.
"Selamat malam?" Ulangnya memastikan.
"Maksudku semoga yang mulia putra mahkota selalu dikelilingi oleh kebaikan, ya kebaikan." Potong Nayeon menegaskan.
Putra mahkota duduk di kursinya, kemudian dengan aura bangsawannya ia meminum ginseng hangat yang mungkin baru dibawa oleh pelayan.
Nayeon hanya diam memperhatikan, tak mau mengubah posisi ia berdiri, ia lihat putra mahkota terlihat sibuk dengan beberapa gulungan dokumen berbeda warna itu, wajahnya terlihat serius, seolah melupakan keberadaan Nayeon yang sudah menunggunya lama, mungkin sejam lebih.
"Sampai kapan aku harus berdiri dan menunggu seperti ini?" Nayeon mulai jengah dengan sikap putra mahkota.
Putra mahkota menjatuhkan dokumen yang ia pegang begitu saja, kemudian menopang dagunya dengan kedua tangannya, menatap Nayeon dengan tajam.
"Apa kau tak lihat aku sedang sibuk?"
Nayeon tersenyum kecup mendengar jawaban putra mahkota.
"Kalau kau sedang sibuk, jangan memintaku datang kesini! Kalau tahu begini lebih baik aku memilih tidur di kediamanku," amuk Nayeon dengan nada tinggi, bahkan kesopanan yang ia coba lakukan selama ini hancur begitu saja.
"Apa kabar bahwa dirimu yang lemah lembut itu hanya bualan semata? Atau apa mungkin orang yang hilang ingatan akan membuat sifatnya juga berubah?"
"Kalau iya apa ada masalah? Apa yang terjadi padaku itu bukan urusanmu? Lanjutkan saja kesibukanmu, aku akan kembali!" ujar Nayeon membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi namun sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Bukankah kau belum menerima hukumanmu calon putri mahkota?"
"Persetan dengan hukuman, kau pikir aku takut dengan statusmu itu, aku tidak peduli!" Jawab Nayeon tanpa menghadap putra mahkota yang sudah dikelilingi dengan aura kemarahan di sekitarnya.
"Apa ia masih memiliki muka untuk bertemu denganku selanjutnya? Apa ia tidak sadar waktu kematian seseorang akan lebih cepat jika berani menyinggungku," ujar putra mahkota yang terdengar seperti bisikan tapi terdapat kesungguhan dalam setiap katanya.
Nayeon tak berhenti menggerutu, sudah jauh-jauh dia datang kesini, sehingga harus menunda makan malam dan waktu istirahatnya ternyata hanya berdiri seperti patung yang bernapas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...