Ujung jalan itu tak ada habis-habisnya, rasanya mereka sudah jauh keluar dari keramaian terutama kawasan istana.
Melewati hutan yang begitu tenang, sesekali suara burung berterbangan dari pohon, dan sisanya hanya ada bunyi sepatu kuda yang saling bersautan satu sama lain.
Tiba-tiba Nayeon berhenti, dan memutar kudanya kebelakang tepat saat putra mahkota yang baru mendekat ke arahnya.
"Kenapa berhenti?" tanya putra mahkota.
"Ini bukan tipuan untukku kan?" tanya Nayeon memastikan karena sedari tadi tempat yang menjadi tujuan mereka belum jelas juga bagi Nayeon.
Jaerim yang awalnya terus memacu kudanya terpaksa berhenti dan kembali kebelakang melihat Nayeon dan putra mahkota terlihat sedang berbicara.
"Atas dasar apa aku menipumu? Tidak ada untungnya untukku," jawab putra mahkota.
"Tapi kenapa dari tadi kita belum sampai juga?"
"Sebentar lagi kita akan sampai, kita harus bergegas dan kembali sebelum malam ke istana," ujar putra mahkota.
Nayeon tak berkomentar lagi, selama hidupnya baru kali ini ia memacu kuda di alam bebas seperti ini, biasanya ia hanya melakukannya di sebuah galanggang dengan beberapa putaran saja, ia pun kembali mengikuti putra mahkota yang memimpin jalan sekarang.
Akhirnya mereka sampai di sebuah kuil pertapaan yang berada di sebuah kaki perbukitan, hanya saja kuil itu kelihatan tak terurus dari depan.
Mereka bertiga berjalan menaiki tangga, Nayeon memerhatikan sekitarnya, benar-benar suasana yang mencengangkan bahkan gadis itu spontan memegang lengan putra mahkota, tapi kali ini putra mahkota membiarkannya.
Setelah masuk, jaerim langsung menuntun mereka ke sebuah pintu rahasia yang berada di balik dinding tempat doa. Nayeon sempat dibuat heran sekaligus takjub dengan kuil ini, apalagi setelah mereka menuruni beberapa anak tangga yang di setiap perbelokannya ada obor yang siap menjadi penerang mereka.
Belum habis semua rasa penasaran Nayeon, kini suhu tempat itu menjadi berubah, gadis itu perlahan mencoba memeluk dirinya sendiri.
"Kenapa di sini rasanya dingin sekali?" tanya Nayeon bahkan dari mulutnya sudah keluar uap.
"Sebentar lagi kau akan tahu jawabannya," jawab putra mahkota seiring dengan jaerim yang memutar sebuah jangkar.
Dan suhu dingin itu malah semakin menjadi, perlahan mereka bertiga masuk ke dalam, Mata Nayeon terbuka lebar ketika tempat yang mereka masuki penuh uap-uap air yang siap membeku pada sisi dinding.
Belum lagi dengan sebuah objek yang berada di tengah-tengah, sebuah peti layaknya peti mati di atas bongkahan batu es besar seperti persegi panjang.
Entah kenapa kakinya mencoba menariknya ke sana, dengan perlahan namu tampak pasti ia terus mendekat dan saat ia melihat dengan jelas siapa yang terbaring kaku di dalam sana.
Deg.
Nayeon kembali menarik kakinya kebelakang beberapa langkah, dengan tangan yang menutup mulutnya.
"Ba-bagaimana mungkin?" Ucap Nayeon terlihat tak percaya dengan apa yang ia lihat sendiri.
Itu dirinya?
Benar-benar mirip.
"Dia Nona yang asli," ucap putra mahkota mendekat.
"Kalian bak pinang dibelah dua, sulit untuk dibedakan, hanya saja saat ini dia sudah mati dan kau hidup, jadi tidak akan membingungkan," jawab putra mahkota.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...