"Hari ini?" Nayeon tak percaya dengan kabar yang diberikan ye in padanya.
"Iya Nona, yang mulia ratu mengatakan seperti itu," jawab ye in.
"Tapi aku sedang malas keluar ye in," kata Nayeon merajuk sambil berguling-guling di atas tempat tidur.
"Ayo Nona! Sebentar lagi kita akan berangkat, yang mulia ratu mungkin sudah menunggu kita," kata ye in menyiapkan perlengkapan keberangkatan Nayeon.
"Apa putra mahkota juga ikut?"
Ye in menggeleng "ini adalah perjalanan Nona, kenapa putra mahkota juga ikut?"
Wajah Nayeon jadi muram, ia bangun sambil mengambil pakaian yang telah disiapkan ye in.
"Nona tak usah khawatir, banyak pengawal yang akan menjaga keamanan Nona dan yang mulia ratu," ye in.
Kini di gerbang istana, ratu sedang menunggu putri mahkota disampingnya juga ikut berdiri putra mahkota, dari jauh mereka sudah melihat Nayeon yang terlihat berjalan malas-malasan.
"Ibu lihatlah, hanya tubuhnya yang berjalan, dia sama sekali tidak memiliki niat untuk ikut," cerca putra mahkota.
"Kalau dia tidak ikut, dia tidak akan tahu tugasnya sebagai putri mahkota. Apalagi perjalanan ini tidak memakan waktu lama, hanya satu hari," ujar Ratu.
"Di luar sana terlalu berbahaya, aku tidak ingin mengambil resiko," jawab putra mahkota.
Yang mulia ratu tahu akan keresahan putranya mengenai keselamatan dan keamanan gadis itu.
"Yang mulia putra mahkota tenang saja, semuanya akan baik-baik saja," ujar Ratu.
"Apa aku membuat yang mulia menunggu lama" ujar gadis itu datang dengan wajah tak enak.
"Jika untuk putri mahkota tak masalah, ayo kita pergi! Setengah hari kita akan sampai di tempat tujuan," kata yang mulia ratu mulai masuk ke kereta kuda yang berada di dekat mereka.
Kini tinggal putra mahkota dan dirinya yang di luar, merasa sedikit kikuk Nayeon mulai menyusul yang mulia ratu menuju ke kereta namun teguran putra mahkota menghentikan langkahnya.
"Tak ingin mengatakan sesuatu padaku?"
"Ah itu," Nayeon kembali menatap putra mahkota.
"Aku akan pergi sebentar," kata Nayeon.
"Sebentar atau lama kau tetap akan membuatku menunggu dan merindu" ujar putra mahkota langsung memeluk gadis itu.
"Sebenarnya aku tidak ingin membiarkanmu pergi, tapi bagaimana lagi aku bukan laki-laki yang egois. Aku menghawatirkan mu jika terlalu lama diluar sana yang mulia putri mahkota," kata putra mahkota mengatakan perasaannya sambil mengelus pelan rambut gadis itu yang hanya terdiam.
"Aku akan baik-baik saja," kata Nayeon
"Aku yang tidak baik-baik! Sepulang dari sana kita persiapkan upacara pernikahan kita! Tak ada bantahan!" Kata putra mahkota serius.
Nayeon langsung melepaskan pelukannya.
"Me- menikah?"
Putra mahkota mengangguk "kenapa? Keberatan?" tanya putra mahkota mengangkat satu alisnya.
"Bukankah terlalu cepat membicarakan pernikahan? Apalagi aku_"
"Yang mulia putri mahkota, waktunya kita berangkat," suara ratu dari dalam kereta membuat pembicaraan mereka jadi terhenti.
"Aku harus pergi," ujar Nayeon melangkah pergi.
"Ingat ucapanku, calon ratu kerajaan Siam."
Perkataan putra mahkota sukses membuat Nayeon tersipu malu dengan sebuah senyuman yang terbentuk indah di lekuk bibirnya, akhirnya rombongan yang akan berangkat kesebuah anak istana yang berada di sebuah perbukitan arah selatan kerajaan Siam, perjalanan ke sana memakan waktu setengah hari sorenya mereka baru kembali dan sampai di kerajaan sebelum tengah malam, cukup menjadi perjalanan yang melelahkan bagi Nayeon dan yang mulia ratu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...