Chapter 22

1.6K 241 20
                                    

Nayeon dan ye in sedang berjalan-jalan keluar dari kediaman istana selatan, ia akan meminta izin pada raja untuk pergi keluar. Tapi lihatlah dari jauh ia sudah melihat kristal alias  Jung yun hee bersama para pelayannya ia mendekat ke arah mereka.

"Nona," ujar ye in memegang lengan Nayeon melihat Yun hee yang tersenyum sinis ke arah mereka.

"Sepertinya lukamu sudah sembuh," ucap Nayeon melihat ke arah wajah Yun hee dengan memangku kedua tangannya di dada.

"Kau jangan senang dulu, karena baru sekali berhasil menjatuhkanku," bisik Yun hee ketelinga  Nayeon.

"Lalu kau ingin ku jatuhkan beberapa kali Nona Jung? Bukankah sudah kuingatkan jangan mengusikku," bisik Nayeon tak kalah sengit sambil memegang bahu Yun hee.

"Kau," geram Yun hee menatap Nayeon sengit.

"Jangan marah, kalau kau tak ingin ku buat kesal," ujar Nayeon meninggalkan Yun hee yang pasti akan merutukinya.

Nayeon dan ye in langsung mengarah ketempat kediaman raja, istana barat. Namun di tengah jalan ia sudah melihat raja sedang berjalan-jalan dengan Ratu tak lupa dengan putra mahkota.

"Keluarga yang harmonis," guman Nayeon melihat mereka yang masih bisa di dengar oleh Ye in.

"Tapi nona, raja tidak pernah bersikap seperti itu terhadap selir Choi dan anaknya pangeran Jong in," ucap ye in.

"Siluman rubah itu memang tak pantas mendapatkannya, pada hakikatnya status selir memang hanya sekedar selir tak lebih," ucap Nayeon.

"Tapi nona jika putra Mahkota sudah menjadi suami Nona dan seorang raja, tentu raja akan memiliki banyak selir Nantinya," canda ye in yang mungkin juga ada benarnya.

"Kau pikir nonamu ini akan membiarkannya, aku tidak suka berbagi, jika pun dia memiliki selir, kenapa aku tidak," jawab Nayeon langsung membuat ye in melongo dengan perkataan nona yang aneh.

Raja, ratu dan putra mahkota terkejut dengan kedatangan Nayeon yang langsung memberi hormat pada mereka.

"Salam yang mulia," ucap Nayeon hormat.

Ratu tersenyum melihat raut wajah Nayeon yang lebih ceria.

"Aku yakin calon putri mahkota ingin mengatakan sesuatu bukan?" Tebak ratu.

"Hmhm itu," ujar Nayeon terlihat ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Katakan saja," ujar raja.

"Aku ingin jalan-jalan keluar istana," kata Nayeon pelan.

"TIDAK!!!" jawab ratu dan raja bersamaan yang membuat Nayeon terperanjat begitupun dengan putra mahkota, tapi bukan Nayeon namanya jika ia tidak berhasil untuk membujuk kedua orang dengan status ini.

"Tapi kemarin putra mahkota berjanji akan mengajakku," ucap Nayeon melirik putra mahkota.

"Aku? Kapan?" sangkal putra mahkota ketika ayah dan ibunya melihat ke arahnya.

"Apa yang mulia pura-pura lupa," ujar Nayeon mendekat ke arah putra mahkota dan memegang lengan putra mahkota, dan menarik-narik kecil pakaian putra mahkota.

Putra mahkota yang canggung dengan kondisi ini, berusaha untuk membuat Nayeon sedikit menjauh darinya, tapi perempuan itu kenapa semakin tak membuat jarak dengannya, dan lihatlah gadis ini, wajahnya benar-benar memelas sekarang.

Bolehkah putra mahkota memenggalnya gadis tak tahu malu ini?

"Lepaskan! Jaga sikapmu!" Geram Putra mahkota, berusaha melepaskan tangan Nayeon.

"Katakan pada yang mulia jika kau memang mengajakku," ucap Nayeon seperti memohon.

"Tidak," tolak putra mahkota dengan suara pelan.

CROWN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang