"kalau darahku di tolak oleh tubuhnya bagaimana?" tanya putra mahkota membuat yang mulia ratu dan yang mulia raja saling melirik diam satu sama lain, mereka tidak tahu apa yang harus mereka jawab jika itu benar terjadi nantinya.
"Kalian keluarlah!" ucap yang mulia raja pada para pelayan termasuk ye in, dan menyisakan putra mahkota, jaerim, ratu, raja dan tabib hwa di dalam paviliun itu.
"Maaf atas kelancangan hamba yang mulia, tapi kemungkinan menggunakan darah putra mahkota sebagai penawar racun juga sangat berisiko," tabib hwa angkat bicara.
Rasa bimbang meliputi yang mulia raja beserta ratu, keputusan apa yang harus mereka ambil, bagaimana jika nyawa Nayeon semakin terancam, tetapi jika mereka tidak mencoba, mereka juga tidak akan tahu bagaimana hasilnya.
Putra mahkota melihat kegusaran diwajah orang tuanya, ia juga melirik Nayeon yang terbaring kaku, ada perasaan sakit melihat keadaan gadis itu, ia berjalan mengambil sebuah belati, semua orang yang ada di sana hanya memperhatikan apa yang ia lakukan.
Srett
Putra mahkota melukai tangan kanannya dan menggenggam tangannya erat.
"Putra mahkota," ujar ibunya menutup mulut melihat darah yang sudah bertetesan jatuh kelantai yang awalnya berwarna merah kini sudah berwarna biru berkilauan.
"Aku akan mencobanya, namun jika ini berhasil aku ingin tahu siapa gadis ini sebenarnya," ucap putra mahkota.
"Baiklah," jawab yang mulia raja tanpa berpikir panjang, karena cepat atau lambat semuanya akan terungkap.
Putra mahkota menuju keranjang tempat tubuh Nayeon terbaring, ia duduk ditepi ranjang dengan perlahan tangannya yang terluka ia arahkan ke mulut gadis itu, dengan sedikit membuka mulutnya.
Darah tangan putra mahkota langsung turun berjatuhan ke mulut Nayeon, bisa dipastikan darah itu sudah masuk ke tubuhnya, merasa cukup putra mahkota menjauhkan tangannya dan dengan cepat tabib hwa membalut luka putra mahkota.
Semuanya menunggu reaksi dari tubuh Nayeon dengan harap-harap cemas, hingga tubuh Nayeon bergetar, bahkan spontan tangan gadis itu mencekram alas tempat tidurnya begitu kuat, wajahnya menggeleng kesana-kemari dan matanya terbuka, warna bola matanya yang semulanya hitam kini berubah menjadi biru toska dan itu tak luput dari pengelihatan orang-orang di sana.
Sorot matanya begitu kosong, hingga tak lama gadis itu kembali muntah darah yang lebih banyak dari sebelumnya.
Tangan yang mulia ratu gemetaran melihat ini, wajah raja sudah nampak berkeringat, sedangkan wajah putra mahkota nampak serius dengan ke dua alis yang ingin menyatu.
Gadis itu kembali tak sadarkan diri, namun tubuhnya yang awalnya membiru kini perlahan-lahan mulai seperti semula, membuat senyum terbit di wajah ratu dan raja sedangkan tabib hwa dan jaerim tanpak lega, sedangkan wajah putra mahkota penuh dengan tanda tanya.
Berhasilkah?
Tapi bagaimana bisa?
Bukankah sebelumnya darahnya ini akan memakan korban?
Tapi, di balik semua itu ia cukup lega ketika wajah gadis itu kembali normal seperti biasanya.
"Tabib hwa, periksa keadaannya," perintah raja. Tabib hwa pun melakukannya dengan memeriksa denyut nadi Nayeon dan mengambil sedikit semple darah gadis.
"Hamba menjawab yang mulia, menjadikan darah putra mahkota sebagai penawar sepertinya berhasil," jawab tabib hwa.
"Syukurlah," ucap ratu mendekat keranjang Nayeon dan membersihkan sisa-sisa darah di mulutnya tak lupa ia juga menglap keringat gadis itu dengan perlahan tak ingin menyakiti kulitnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/215522762-288-k329348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CROWN (END)
FanfictionIm Nayeon aktris ternama dengan berbagai konflik yang menghiasi karirnya. Memiliki sikap angkuh yang tiada batas, selalu meremehkan orang lain, keras kepala, dan selalu mendapatkan apa yang ia inginkan, dan selalu mendapatkan garis keberuntungan. Ki...