chapter 51

568 108 44
                                    

Maafkan beribu typo yang terbaca..

Tetap biasakan memberikan VOTE SEBELUM MEMBACA DAN BERIKAN KOMEN SETELAHNYA..

HAPPY READING

.

.

.


Kai menatap khawatir pada kamar serba putih yang ada didepannya sembari merapalkan berbagai doa,  salahkan saja para dokter yang tidak membiarkannya menemani sang istri di ruang bersalin itu.

Pagi tadi semua orang tampak panik kala mendengar teriakan Kyungsoo dari arah dapur, dan kepanikan semakin menjadi saat mengetahui air ketuban Kyungsoo yang sudah pecah. Tanpa berpikir dua kali Kai langsung berlari dan membawa Kyungsoo ke rumah sakit bahkan sampai meninggalkan Doyoung bersama sang ibu dimeja makan.

"hah.. Tuhan.. Tolong lancarkan persalinan istriku,  selamatkan dia dan anak kami", Kai menunduk dalam, kakinya terus saja bergerak gelisah. Keadaan Kyungsoo saat persalinan Doyoung dulu terus membuatnya takut. Kyungsoo saat itu sempat tak sadarkan diri hampir seminggu lamanya. Kekhawatiran akan terjadinya hal yang sama membuat jantungnya berdebar kencang sampai seseorang menepuk pundaknya.

"ah eomma.. "

"tenanglah.. Kyungsoo wanita yang kuat.. Semua akan baik-baik saja Jongin-ah", Yura mencoba menyemangati.

Kai mengangguk dan tak lama ia melihat kesekeliling mencari sang anak yang sempat terlupakan,  tahu akan tatapan Kai sang ibu menjelaskan.

"Doyoung sedang bersama Shiro di luar menunggu Kris. Sedari tadi anak itu tak hentinya menangis mencari Kyungsoo, Eomma ingin mengajaknya kemari, tapi eomma tidak tega membawanya kesini disaat keadaanmu sedang panik begini", Kai mengangguk membenarkan.

"apa eomma yang menghubungi Hyung?", Yuri menggeleng.

" kebetulan Kris memang sedang ada pekerjaan disini, tak lama setelah kau pergi dia menelpon kerumah bermaksud untuk singgah. Dia bilang sebelumnya sudah berulangkali menghubungimu tapi tak ada jawaban. Saat eomma menceritakan keadaan Kyungsoo ia memilih langsung datang kemari", Kai mengangguk, jangankan ponsel, ia pergi hanya membawa Kyungsoo dan kunci mobilnya.

"Appa!! Hiks,, appa..", Doyoung berusaha turun dari gendongan Kris dan berlari ke arah Kai. Kai langsung berdiri dan membawa Doyoung kepelukannya, mengelus pundak anak sulungnya itu untuk menenangkan.

"sst..sstt.. kakak Doyoung kenapa menangis?? kan sebentar lagi akan bertemu adik Tae Tae. Apa kakak Young tidak malu?? nanti  ditertawakan adik loh", Tangisan Doyoung langsung terhenti, anak lima tahun itu langsung menghapus airmatanya.

"Ani.. hiks.. Young tidak menangis Appa.. hiks.. Mata kakak Doyoung cuma kemasukan debu", Kai terkekeh mendengarkan jawaban putranya yang menepis kata-kata Kai. Ia sedikit lega, setidaknya ada Doyoung disampingnya selalu menguatkan.

"baiklah.. baiklah.. Sekarang kakak Young berdoa ya, agar Eomma dan adik sehat dan bisa segera bertemu dengan kita", Doyoung turun dari gendongan Kai dan berdoa menghadap pintu ruang persalinan sembari menutup matanya.

"tuhan.. tolong segera pertemukan Young dengan Eomma dan adik ya.. Young kan sudah jadi anak yang baik, jadi Tuhan akan mengabulkan Doyoung kan?? Young sudah tidak sabar untuk bertemu adik, Young mau mengajak adik bermain bola dan membacakan buku dongeng yang sering Eomma bacakan untuk Young. Jadi tolong kabulkan doa Young ya?? Aamiin", Doyoung membuka matanya, bisa ia lihat Kai yang tersenyum kearahnya.

"anak Appa memang yang terbaik", Kai memberikan kedua jempolnya kearah Doyoung.

Kris tersenyum melihat pemandangan didepannya, Kai memang Appa terbaik untuk Dooung dan suami terbaik untuk adiknya. Kris berjalan mendekati Kai dan menepuk pundaknya.

This Destiny (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang