Tiga puluh satu

17 4 0
                                    

   "Anggi!"
Kepala gadis itu menoleh cepat,senyumnya seketika merekah saat mendapati Raka yang berlari lari kecil mendekatinya.

   "Gila,capek banget nyari Lo"keluh Raka dengan nafas terengah engah
Anggi tertawa renyah menertawakan Raka yang kelelahan mencarinya

   "Haha,sori..kenapa?tumben nyari gue"
   "Lo udah makan siang belum?"
Anggi menggeleng dengan perasaan berdebar,dia punya feeling bagus.
   "Nah,kebetulan,yuk makan sama gue,gue traktir"
   "Eh,serius nih?"
   "Ya,hitung hitung balasan untuk cookies tadi pagi"

  Anggi mengeluh di dalam hati,ternyata ini cuma balas budi.
Gadis itu menghela nafas pelan lalu tersenyum lebar,Raka tidak perlu tau soal hatinya yang kecewa.

   "Oke,tapi gue yang nentuin tempatnya ya"
Raka terkekeh lalu mengacungkan jempol,setuju.
Anggi harus sabar,pelan pelan saja, semoga perasaan nya tersampaikan.
*
*
*
   "Waa!"Key menatap kamar berdinding hitam putih itu takjub.

  Ruangan itu rapi dengan satu lemari pakaian,tempat tidur,meja belajar dan satu rak buku di dekat jendela.
   "Kenapa?"
Tanya Bintang melihat reaksi Key saat masuk ke kamarnya.
   "Kamar Lo rapi.."sahut Key lalu nyengir,Bintang terkekeh lalu manggut manggut,ikut memerhatikan kamarnya.
   "Nyokap gue bawel banget soal kebersihan"
Key merasa hatinya berdebar,ini pengalaman pertama ya masuk ke kamar cowok selain kamar Raka.

Bintang mendekati rak bukunya lalu meraih salah satu buku
   "Ini buku yang gue maksud"
Key dengan antusias mendekati Bintang,menatap buku yang disodorkannya dengan tatapan takjub.Seolah kekhawatiran nya tadi langsung menguap.

   "Gue gak nyangka cewek kayak Lo ternyata punya selera kayak gini"
Kening Key berkerut,dia tidak mengerti maksud dari 'cewek kayak lo' yang diaktakn Bintang.
   "Cewek kayak gue itu maksudnya gimana?"
Bintang nyengir,
   "Yaa,maksud gue image Lo gak cocok untuk genre horor"
Key terkekeh,teman temannya juga sering bilang begitu.

  Key terbilang gadis imut,lembut walau cerewet,tapi dia bukan tipe blak blakan apalagi pemberontak,orang akan heran karena selera dia yang menyukai hal hal berbau horor.
Apalagi Key sebenarnya takut hantu.

   "Gue terpengaruh Raka,sejak kecil gue selalu ikut kemana dia pergi,jadi gue juga suka apa yang dia suka.Raka suka film action dan horor,jadi yaa..gue ikutan,aneh ya?"
   "Enggak sih..em,beda aja"
Bintang menjawab seadanya
Dia mendengus di dalam hati.Apa Key tidak pernah jauh-jauh dari Raka?

"Bin,gue lihat lihat ya"
    Mata Key lalu memerhatikan rak buku di hadapannya sampai matanya terhenti pada sebuah buku bercover merah di bagian atas.

   "Eh,itu buku The Red Devil kan?"
Bintang mendekati Key untuk melihat buku yang ditunjuk gadis itu.
  "Ya,baru seminggu lalu gue beli"
  "Wah!"
Key tanpa sadar menjulurkan tangannya untuk bisa meraih buku itu tapi sayang ia tidak sampai,bahkan setelah menjinjit.

Bintang tersenyum menahan tawa,ia baru sadar tinggi Key hanya sebatas dagunya.
Cowok itu lalu menahan Key yang mulai melompat lompat demi meraih buku bersampul merah itu.
   "Lo selalu harus lompat lompat gini ya?"
Blush!
Key menggigit bibir nya menahan malu,dia selalu terlihat konyol di depan Bintang karena melompat lompat demi bisa mendapatkan buku yang ia inginkan,seperti pertemuan pertama mereka.

Menyerah dan membiarkan Bintang mengambilkan buku itu untuknya,gadis itu mundur lalu membungkuk,melihat buku di bagian bawah sampai matanya tertuju pada sederet buku di bagian bawah dengan tulisan 'album foto'

   "Ra,ini bukunya"
Bintang menoleh,namun ia langsung tersentak kaget saat melihat gadis berkuncir kuda itu kini sedang sibuk menatap foto foto pada salah satu album.Foto foto lamanya.
  "Ra!"
Key menoleh dengan cengiran,gadis itu berusaha menahan tawanya.
   "Lo dulu imut banget ya,tembem gini"Key menunjuk salah satu foto,membuat Bintang meringis menahan malu,
Rasanya ia ingin berlari sembunyi sekarang!
*
*
*
  "Enak!"
Raka tertawa menatap Anggi yang begitu semangat menikmati makanannya.
  "Pelan pelan aja kali Gi!"
Anggi menelan makanan di mulutnya lalu tersenyum,
   "Ini tempat makan favorit gue,gimana?"
   "Bagus,makanannya nya juga enak"
Anggi tersenyum lebar lalu melanjutkan menghabiskan makanannya.
   Raka terdiam sesaat,matanya mengawasi Anggi yang sibuk dengan makanannya.

  Sebenarnya ada yang ingin dia bicarakan,tapi ia ragu.
Ini soal perasaan Anggi.Jujur saja Raka tidak bisa membalas perasaan Anggi,selama ini ia hanya menganggap gadis itu sebagai teman tidak lebih.

Raka harus
mengatakannya,dia tidak mau membuat Anggi berharap.
  "Eng,Gi-"
  "Makasih ya Ka udah mau makan siang sama gue,gue seneng!"
Raka menahan kalimatnya, menatap senyuman itu,rasanya tidak tega kalau harus sampai mematahkan perasaan gadis sebaik Anggi.

   "Ya,sama sama"
Raka menghela nafas pelan,sudahlah,mungkin dia tidak harus mengatakannya sekarang.
*
*
*
   "Hua,kenyang!"
Anggi tersenyum puas,senyumnya tidak berhenti terukir.
Raka menatap gadis yang menapaki trotoar dengan penuh semangat itu.

Anggi selalu punya aura yang menyenangkan,seperti Key.
  "Ternyata,jalan sama Lo seru juga ya"celetuk Raka
Anggi sontak menoleh,dadanya berdebar,
   "Lain kali kita jalan bareng lagi ya"
Raka melanjutkan dengan senyum lebar.Cowok itu terus berjalan,menapaki trotoar tanpa sadar bahwa gadis di belakangnya sudah tidak lagi mengikuti nya.
   "Raka.."
Anggi menahan lengan Raka,menatapnya lekat.
   "Ya?"
Anggi terdiam beberapa detik,mengontrol debaran di hatinya.Mungkin kali ini ia tidak bisa lagi hanya berharap.
   "Gue suka sama Lo,gue..mau jadi pacar Lo!"
Deg!
Raka menatap Anggi kaget,lidahnya kelu.Walau tau bagaimana perasaan gadis itu,tapi mendengar langsung dari orang nya langsung tetap saja membuatnya terkejut.

Terlebih,dia baru saja berusaha untuk menolak gadis itu,tapi sekarang Anggi malah menyatakan perasaannya.Raka harus bagaimana?
   "A,apa?"
   "Gu,gue gak bisa menunggu lagi,gue harap Lo membalas perasaan gue"

Raka mengalihkan matanya,tidak kuat menatap Anggi,hatinya dipenuhi rasa bersalah.
   "Maaf Gi,gu,gue..gak bisa,Lo itu-"
   "Gak bisa ya?"
Perlahan Anggi melepas lengan Raka,membuat perasaan Raka campur aduk.
   "Maaf Gi,gue-"
Namun diluar dugaan,Anggi tidak terlihat kecewa,gadis itu nyengir lalu terkekeh,
   "Gue udah duga jawaban Lo bakal gini"
   "Ha?a,apa?"
   "Gak apa apa kok"
Anggi tersenyum tulus lalu menatap Raka lembut,membuat Raka salah tingkah.
   "Tapi,gue bakal tetap nunggu walau gue gak tau kapan penantian ini berakhir"
Kalimat itu seketika membuat Raka bungkam.
   "Em,dari sini gue pulang duluan aja deh,bye Raka!"
Raka masih membisu di tempatnya,menatap Anggi yang  memberhentikan sebuah taxi,lalu hilang dari pandangannya.

   Satu hal yang tidak bisa dilihat Raka,Anggi yang menangis di dalam taxi,menyesali perasaannya yang tidak bisa dibendung,sampai harus merasakan sakit hati ini.
*
*
*





Key dan RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang