Sepuluh

47 8 0
                                    

Gadis itu menyeruput jusnya sambil tetap menatap lembaran novel di hadapannya.Kadang,tangannya meraih biskuit di atas piring.

Kegiatan sederhana ini masuk ke dalam kategori 'BAHAGIA' bagi Key.

Hari Minggu,libur.Dan gadis itu tidak punya rencana khusus hari ini.

Papa dan Mama harus pergi ke acara pernikahan kenalan Papa dan Raka yang sibuk dengan tugas kampusnya di kamar.Oleh karena itu,Key memilih mencari 'bahagianya sendiri' dengan jus,biskuit dan novel.
   "Key,temani gue yuk!"
Tiba tiba Raka keluar dari kamarnya.Sudah rapi dengan hodi,celana jins,sneaker,dan topi di kepalanya.
   "Kemana?"sahut Key lalu menutup novel nya.
    "Perpustakaan kota"
Seketika,mata adiknya itu berbinar
    "Oke,gue ganti baju dulu!"
Raka mengangguk sambil memutar lidah topinya ke belakang.Key berlari lari kecil ke kamarnya.5 menit kemudian dia keluar dengan sweater coklat dan jins hitam.Kakinya dibalut sepatu kets putih.
    "Oke,Ayuk!"
*
*
*
    "Bin,temani aku ke perpustakaan kota yuk!"Vera menatap Bintang dengan mata memohon.
   "Untuk apa?"cowok yang tengah menyapu halaman itu menyahut tanpa menoleh.
   "Aku mau ngerjain tugas"
Kali ini Bintang menoleh,tapi matanya mengatakan 'gue sibuk'
  "Pergi aja sendiri.Lo bukan bocah lagi!"
Vera cemberut lalu menyapu poni yang menghalangi pandangan nya.
   "Bantuin!kamu kan jago yang gituan!"
Bintang mendengus lalu masuk ke cafe,tidak peduli.Vera masih dengan wajah memelasnya mengikuti dari belakang.
   "Tugas apaan?"
Tanyanya sambil duduk di salah satu kursi.Pagi itu cafe belum terlalu ramai.
   "Membuat referensi buku.."
Bintang menghela nafas berat.Dia akhirnya mengalah.
   "Gue izin ke nyokap dulu.Lo tunggu di luar!"
Vera mengangguk cepat.Gadis itu berlari kecil ke ruang ganti pelayan.Ia mengganti baju kerjanya dengan kemeja abu abu.

Vera senang Bintang mau menemaninya,yah..walau terpaksa.

Vera menatap cafe di hadapannya.Dia senang bekerja sambilan di sini,Selain karena Tante Nala yang menyenangkan dan suasana cafe nyaman.Vera merupakan salah satu penggemar senyuman Bintang dan ingin melihatnya setiap hari.Bintang mungkin pribadi yang cuek,tapi Vera tidak pernah bisa berpaling dari cowok itu.
*
*
*

   "Gue ke rak sana ya"
Ucap Raka saat mereka selesai menulis nama di buku tamu perpustakaan.Key mengangguk patuh.

Jadi,selama Raka sibuk mencari tugasnya,Key mencari cari buku yang bisa dia nikmati.

Saat gadis itu tengah berkeliling,tanpa sengaja bahunya menabrak bahu gadis yang berjalan dari arah berlawanan.Membuat buku di tangannya jatuh.
   "Ma,maaf.."Key reflek membungkuk,ikut memungut buku buku yang berserakan di lantai.
Gadis dengan poni menutupi sebelah matanya ikut membungkuk.
   "Gak apa apa.."
Setelah buku buku itu terkumpul,Key mengembalikannya dengan segaris senyum ramah.
   "Ini!"
Di gadis menyapu poninya,sehingga penglihatannya jauh lebih baik.
   "Terima Kasih!"
Key mengangguk pelan,lalu gadai dengan kemeja abu abu itu pun berlalu.

Key memandang punggung yang hilang karena berbelok ke rak yang lain.Dia merasa tidak asing dengan gadis berambut hitam sepunggung itu,tapi Key tidak bisa mengingatnya dengan jelas.Gadis berkuncir itu mengedikkan bahunya,tidak peduli lalu kembali mencari buku untuk ia baca.
*
*
*

Bintang memandang rak rak tinggi di sebelahnya dengan tangan dimasukkan ke kantong celana.Mungkin dia bisa menemukan buku yang bisa ia baca.

Bintang hanya menyukai beberapa genre buku,cowok bergingsul itu juga senang menulis syair dan puisi.

Namun,alasan utama ia memilih jurusan bahasa adalah peminat di jurusan itu yang tak begitu banyak dibanding dengan jurusan yang lain.
   "Bintang!"Vera berseru tertahan sambil melambai lambaikan tangannya.Meminta Bintang mendekat.
Dengan sedikit helaan nafas,cowok itu menghampiri Vera yang sudah duduk di salah satu kursi.
   "Mana?cepatan!"
   "Iya,sabar dong!makanya kamu bantuin,biar cepat selesai"

Bintang memutar bola matanya lalu mengangguk sekedarnya.Akhirnya mereka mengerjakan tugas itu bersama,sampai selesai.
   "Udah kan?"
Vera mengangguk puas.
   "Makasih Bin.."
Bintang hanya menanggapinya dengan anggukan kepala.Saat itulah,matanya tidak sengaja menatap dua objek tidak jauh dari mereka.Seorang gadis berkuncir kuda duduk membelakanginya, sedangkan cowok bertopi merah duduk  depannya.

Bintang memicingkan matanya,topi dan wajah itu terasa familiar di matanya.Dia pernah melihatnya,tapi...dimana?

   "Lihat apaan sih?"
Vera memecah lamunan Bintang.
   "Gak apa apa,gue kayak kenal sama mereka"
Bintang menunjuk dua orang yang dimaksud dengan ujung dagu.Vera mengikuti pandangan Bintang.
  "Loh,dia cewek yang tadi kan?"
Gumam Vera di dalam hati,matanya menatap pasangan yang sedang bicara itu.

Bintang mengedikkan bahunya,kembali tidak peduli.
   "Tugas Lo udah kan?yuk balik!"
Tanpa menunggu,Bintang bangkit dari duduknya.Vera buru buru membereskan barangnya dan mengikuti Bintang dengan setengah  berlari
   "Tungguin Bin!"
*
*
*
  
   "Loh udah pulang?"Nala menyambut putranya sambil menyemprotkan air pada tanaman hias di jendela cafe.

Bintang mengangguk singkat lalu duduk di salah satu kursi.Tak lama kemudian,Vera muncul dengan sumringah.
   "Bintang bener bantuin kamu Ver?"
   "Iya Tan,Vera sangat tertolong!"
   "Kenapa langsung pulang?gak jalan jalan dulu?"
Bintang mendecak kesal,Nala memang hobi sekali menggoda.Berbeda dengan Bintang yang terlihat dongkol,Vera malah menggeleng malu malu.
   "A,aku balik kerja dulu ya Tan.."
Nala mengangguk pelan,masih dengan senyum usilnya.
Nala menoleh pada Bintang yang masih cemberut.
   "Udah ah,jangan cemberut mulu.Bantuin Mama gih!"
Bintang,walau dengan wajah yang ditekuk,menurut.Cowok itu berjalan meraih celemek berwarna biru lalu melangkah gontai ke tempatnya sebagai barista.
   "Senyum dong!ntar pengunjungnya malah kabur"celetuk Nala saat berjalan melewati putranya.

Bintang mengehela nafas lalu mulai menarik bibirnya sehingga membentuk lengkungan indah dengan gingsul yang mengintip.

Senyuman sederhana itu seketika mampu menarik perhatian cafe, khusus nya para kaum hawa.
   "Eh,lihat baristanya.cakep!"
   "Iya, senyum nya manis.."
   "Coba minta nomor ponselnya!"
Bintang menggerutu di dalam hati saat mendengar bisik bisik menyebalkan itu.

Tak lama kemudian,seorang wanita menghampirinya dengan senyuman terbaik yang malah membuat Bintang kesal.
   "Mas,cakep bener..kuliah dimana?"
Bintang berusaha mempertahankan senyumannya.
   "Saya masih SMA mbak"
   "Eh,serius?"
Bintang mati Matian mengontrol lidahnya far tidak mengumpat di depan pelanggan.
   "Gak apa apa deh,minta nomor ponselnya dong!"
Oke,cowok itu menyerah.Tanpa ba bi bu,ia pergi dari meja barista dan langsung masuk ke dapur.
   "BRAK!"Bintang membanting pintu dengan kasar.
Dari pada dia harus bertahan dengan wajah palsu,lebih baik dia membantu ibunya membanting adonannya di dapur.

   "Eh,loh?"Nala menatap putranya bingung.
   "Kamu kenapa Bin?"
   "Heran,Mama sama pengunjung kok bisa kompak?kerjaannya,ngusulin orang mulu!"
Omelnya yang sontak membuat Nala tergelak.
   "Digodain?"
Bintang menoleh ke arah lain,masih kesal.
Nala mencuci tangannya di wastafel lalu menepuk pundak Bintang pelan.
   "Ya udah,biar Mama suruh Ben gantiin kamu ya!"
Bintang mengangguk lega,itu keputusan yang tepat.
   "Mama keluar dulu ya,kamu tolong urus adonannya!"
Bintang menurut,dengan telaten cowok itu mengaduk adonan.

Hidup sejak kecil dengan ibu yang mencintai roti dan kopi membuat Bintang menguasai beberapa tehnik dan resep.Karena itulah,ia tidak keberatan jika harus bergelut di dapur.

Ya...ini jauh lebih baik dari pada harus terus menggunakan topeng di depan pengunjung...
*
*
*
  
   

Key dan RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang